Senin, 06 Maret 2017

(BungBas) Sekilas Tentang Ekonomi

MENULIS  opini berarti menyebar luaskan gagasan. Dengan menulis opini, maka seseorang berarti mentransfer ide dan gagasannya ke ruang publik. Ia masuk ke ranah publik, dan berusaha mempengaruhi publik, dengan tujuan akhir: gagasannya diterima atau juga diperdebatkan. Dan ia siap untuk itu.

Karena itulah, menulis opini sesungguhnya adalah melakukan "rekreasi intelektual": mengasah otak, menajamkan pikiran, menantang munculnya ide-ide baru, juga menantang pendapat orang dengan argumentasi yang siap untuk diperdebatkan.

Menulis opini berarti memberikan wawasan dan pengetahuan untuk orang lain. Berbagai informasi, data, juga pengalaman.  Karena itulah, kegiatan menulis opini mestinya kegiatan yang dilakukan dengan hati. Dengan kesukacitaan, kegembiraan membagi gagasan dan kecintaan menyumbangkan ilmu dan pengetahuan.

Menulis opini adalah kegiatan yang menyenangkan. Siapa pun sesungguhnya bisa dan mampu untuk menulis opini.  Setiap orang yang memiliki  pengetahuan, mampu menulis,  sesungguhnya ia bisa menulis opini.  Dengan opini, tidak saja gagasan itu bisa menyebar, tapi juga, antara lain, membuat ia dikenal, juga mendapat honorarium.

Di Indonesia, hampir semua halaman surat kabar menyediakan rubrik opini. Dan hampir semuanya juga menyediankan honorarium untuk opini yang dimuat. Misalnya Koran Tempo dan Majalah Tempo.  Opini-opini ini pun beraneka ragam. Bisa soal masalah sosial, politik, agama,  pertanian, perkebunan, pertambangan, hukum, dan lain sebagainya. Penulis dengan latar belakang bidang yang dikuasainya, akan mendapat tempat khusus di media massa jika ia menulis opini tentang bidang yang dikuasainya tersebut. Ini karena dia dinilai memiliki otoritas.

Bahkan, kadang media secara khusus meminta orang tersebut untuk menulis topik-topik tertentu untuk hari-hari tertentu pula. Karena itulah, misalnya, kita mengenal nama Kwik Kian Gie untuk masalah ekonomi, Rhenald Kasali untuk pemasaran dan periklanan, nama Ignas Kleden untuk bidang sosial, nama  Mulya Lubis untuk bidang hukum atau nama HS. Dillon untuk bidang pertanian. Juga, misalnya Al Chaidar jika berkaitan dengan NII atau Emerson Yuntho jika berkaitan dengan masalah-masalah korupsi.

Tentu saja mereka ini tidak langsung menjadi penulis opini.Mereka juga belajar, melalui banyak tahap. Tetapi, yang jelas mereka memiliki kompetensi yang membuat masyarakat  mengakui,  mereka memang layak untuk menulis soal atau masalah yang mereka tulis tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar