Selasa, 30 Oktober 2018

07181310254-Jawaban saya

Isi
1). Drs. Moh. Hatta, K.H. Wachid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Mr. Kasman Singodimejo, dan Teuku M. Hasan.


2). - Nama : Drs. H. Mohammad Hatta
Nama lahir : Muhammad Athar
Tempat dan Tanggal lahir :  Fort de Kock (Bukittinggi, Sumatera Barat) pada12 Agustus 1902
Meninggal : Jakarta, 14 Maret 1980
Kebangsaan : Indonesia
Partai politik : Non Partai
Profesi : Pejuang, negarawan, ekonom, dan juga Wakil Presiden Indonesia Pertama
Agama : Islam
Ayah : Muhammad Djamil
Ibu : Siti Saleha
Istri : Rahmi Rachim
Anak : Meutia Hatta, Gemala Hatta, Halida Hatta

- Nama : Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim
Tanggal Lahir : 1 Juni 1914
Tempat Lahir : Jombang, Jawa Timur, Hindia Belanda
Zodiak : Gemini
Profesi : Menjadi anggota MIAI(Majelis Islam A'la Indonesia), Pahlawan Nasional Indonesia, Menteri negara dalam kabinet pertama Indonesia
Meninggal : Cimahi, Jawa Barat, 19 April 1953 (umur 38)
Makam : Tebuireng, Jombang
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Anak : 6

- Nama : Ki Bagus Hadikusumo
Tempat Lahir : Kampung Kauman, Yogyakarta
Tanggal Lahir : 24 November 1890
Agama : Islam
Meninggal : Jakarta, 4 November 1954
Karir : Ketua Majelis Tabligh (1922) Ketua Majelis Tarjih, Anggota Komisi MPM Hoofdbestuur Muhammadiyah (1926) dan Ketua PP Muhammadiyah (1942-1953)


- Mr. Kasman Singodimedjo
Tempat Lahir : Purworejo, Jawa Tengah
Tanggal Lahir : 25 Februari 1904
Agama : Islam
Meninggal : Jakarta, 25 Oktober 1982 (umur 78 tahun)
Karir : Ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat)
Jaksa Agung Indonesia (1945-1946)
Menteri Muda Kehakiman Kabinet Amir Sjarifuddin II (11 November 1947 - 29 Januari 1948)
Jabatan Dalam Kabinet : Menteri Muda Kehakiman dalam kabinet

- Nama : Teuku Muhammad Hasan
Tanggal lahir : 4 April 1906
Tempat lahir : Pidie, Aceh
Agama : Islam
Karir : Gubernur wilayah Sumatera pertama tahun(1945-1948),
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun (1948-1949)

3).dikarenakan kemajemukan dalam hal beragama di Indonesia. Selain itu, hal tersebut juga tidak disetujui oleh banyak pihak seperti yang disampaikan oleh Laturharhary selaku pejuang yang beragama Kristiani. Laturharhary mengatakan bahwa kemerdekaan dapat diraih oleh Indonesia tidak hanya berkat para pejuang yang beragama muslim. Selain Laturharhary, banyak pula golongan pejuang yang juga menolak hal tersebut sehingga ketujuh kata tersebut akhirnya dihapuskan dari piagam Jakarta.

07181310280-jawaban saya

1. Siapakah yang menghapus 7 kata dalam piagam jakarta yang menjadikannya sila pertama "ketuhanan yang maha esa"?
Jawab : a) Drs. H. Mohammad Hatta      b) K.H. Wachid Hasyim
c) Ki Bagus Hadikusumo
d) Mr. Kasman Singodimejo
e) Teuku M. Hasan.

2. Sebutkan profil penghapus sila pertama versi piagam Jakarta? 
Jawab:  
a) Drs. H. Mohammad Hatta

Lahir : Bukittinggi, 12 Agustus 1902
Wafat : Jakarta, 14 Maret 1980
Agama : Islam
Orang Tua : Muhammad Djamil (ayah), Siti Saleha (ibu)
Istri : Rahmi Rachim
Anak : Meutia Hatta, Halida Hatta, Des Alwi, Gemala Hatta
Pendidikan : Universitas Erasmus Rotterdam Belanda

Banyak buku yang mengulas megenai Biografi dan Profil Mohammad Hatta. Disebutkan bahwa Mohammad Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil yang indah inilah Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya yang bernama Siti Saleha. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan.Mohammad Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya. Ia memulai pendidikan dasarnya di ELS (Europeesche Lagere School). Sejak duduk di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di kota Padang, ia telah tertarik pada pergerakan. Sejak tahun 1916, timbul perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa. dan Jong Ambon. Hatta masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond.Pada tahun 1921 Hatta tiba di Negeri Belanda untuk belajar pada Handels Hoge School di Rotterdam. Ia mendaftar sebagai anggota Indische Vereniging. Tahun 1922, perkumpulan ini berganti nama menjadi Indonesische Vereniging. Perkumpulan yang menolak bekerja sama dengan Belanda itu kemudian berganti nama lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
   Hatta juga mengusahakan agar majalah perkumpulan, Hindia Poetra, terbit secara teratur sebagai dasar pengikat antaranggota. Pada tahun 1924 majalah ini berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
   Pada tahun 1926, dengan tujuan memperkenalkan nama "Indonesia", Hatta memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi Intemasional untuk Perdamaian di Bierville, Prancis. Tanpa banyak oposisi, "Indonesia" secara resmi diakui oleh kongres. Nama "Indonesia" untuk menyebutkan wilayah Hindia Belanda ketika itu telah benar-benar dikenal kalangan organisasi-organisasi internasional.
Bersama dengan Nazir St. Pamontjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul Madjid Djojoadiningrat, Hatta dipenjara selama lima setengah bulan. Pada tanggal 22 Maret 1928, mahkamah pengadilan di Den Haag membebaskan keempatnya dari segala tuduhan.

   Dalam sidang yang bersejarah itu, Hatta mengemukakan pidato pembelaan yang mengagumkan, yang kemudian diterbitkan sebagai brosur dengan nama "Indonesia Vrij", dan kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai buku dengan judul Indonesia Merdeka.

   Antara tahun 1930-1931, Hatta memusatkan diri kepada studinya serta penulisan karangan untuk majalah Daulat Ra'jat dan kadang-kadang De Socialist. Ia merencanakan untuk mengakhiri studinya pada pertengahan tahun 1932.ada bulan Juli 1932, Hatta berhasil menyelesaikan studinya di Negeri Belanda dan sebulan kemudian ia tiba di Jakarta. Antara akhir tahun 1932 dan 1933, kesibukan utama Hatta adalah menulis berbagai artikel politik dan ekonomi untuk Daulat Ra'jat.

b) KH. A. Wahid Hasyim

   KH. Abdul Wahid Hasyim (1914-1953) memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia, khususnya sejarah Islam di Indonesia. Beliau merupakan pendiri Partai Nahdlatul Ulama (NU), pernah menjabat sebagai Menteri Agama, dan anggota BPUPKI serta salah seorang penandatangan Piagam Jakarta (Jakarta Charter), yaitu preambul UUD Republik Indonesia yang ditandatangani pada 22 Juni 1945 di Jakarta. 

   Wahid Hasyim lahir pada tanggal 1 Juni 1914. Ayahnya, KH. Hasyim Asyari, adalah seorang ulama besar dan pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). Sejak kecil ia belajar di pesantren Tebuireng dan berbagai pesantren lainnya, bahkan sampai ke Mekah saat berusia 18 tahun. Ia sangat giat belajar dan memiliki hobi membaca yang sangat kuat. Ia memperdalam ilmunya dengan berlangganan koran dan majalah, baik yang berbahasa Indonesia maupun bahasa asing. Ia memang merupakan pribadi yang cerdas dan seorang otodidak yang hebat. 

   Pada waktu berumur 24 tahun ia mulai aktif di organisasi NU dan tahun berikutnya ia diangkat menjadi anggota Pengurus Besar NU. Pada tahun itu juga ia dipilih menjadi Ketua MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia), sebuah badan federasi sejumlah organisasi sosial-politik Islam dan wadah persatuan umat Islam. Ia terpilih kembali sebagai ketua dewan dalam Kongres Muslimin Indonesia, yang merupakan kelanjutan MIAI. Tetapi organisasi ini dibubarkan oleh jepang pada 1943 dan tidak lama kemudian berdiri wadah baru bernama Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). 

   Saat itu pemerintah pendudukan Jepang mendirikan Shumubu, yaitu badan urusan agama Islam yang dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari selaku Ketua, KH. Abdul Kahar Muzakir selaku Wakil Ketua dan KH A. Wahid Hasyim selaku Wakil Ketua. Tetapi  Wahid Hasyim yang kemudian ditunjuk sebagai pimpinan disana mewakili ayahnya yang tidak bisa meninggalkan Jawa Timur. Badan ini yang menjelma menjadi Departemen Agama setelah Indonesia merdeka.

   Sebelum meninggalkan Indonesia, pemerintah Jepang membentuk Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai  atau Badan Penyelirik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Wahid Hasyim ditunjuk sebagai salah satu anggotanya. Setelah sidang pertama, dibentuk panitia kecil yang terdiri atas sembilan orang yang dipilih, salah satunya adalah Wahid Hasyim. Tokoh lainnya adalah Soekarno, Mohammad Hatta, A.A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakkir, Haji Agus Salim, Achmad Soebardjo, dan Muhammad Yamin. Panitia kecil ini berhasil mencapai suatu modus vivendi antara dua kelompok yang berbeda pendapat, yaitu pihak nasionalis dan Islam mengenai dasar negara. Panitia Sembilan ini menyetujui rancangan preambul UUD Republik Indonesia yang mereka tandatangani pada 22 Juni 1945, yang kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta.


Setelah berakhir masa revolusi dan Indonesia mendapat kedaulatan, Wahid Hasyim diangkat menjadi Menteri Agama dalam Kabinet Hatta (20 Desember 1949 - 6 September 1950) dan menduduki jabatan yang sama dalam dua kabinet berikutnya; Kabinet Natsir (6 September 1950 – 27 April 1951) dan Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 3 April 1952). Banyak langkah penting yang ia lakukan sebagai Menteri Agama, antara lain; mewajibkan pendidikan agama di lingkungan sekolah umum, mendirikan sekolah guru agama, pendirian Perguruan Tinggi Agama Silam Negeri pada 15 Agustus 1951 yang berkembang menjadi 14 Institut Agama Islam negeri (IAIN) di 14 propinsi, dan lain-lain.

   Saat itu Wahid Hasyim duduk sebagai Ketua Muda II Dewan Partai Masyumi, yang merupakan satu-satunya partai politik Islam. Tetapi ia sering mengkritik kepemimpinan PB Masyumi yang dianggap terlalu lemah. Hingga dalam kongres NU di Palembang pada April 1952, dimana ia bertindak sebagai pemimpin Kongres, NU memutuskan untuk lepas dari Masyumi dan mengembangkan diri menjadi partai politik. Sebelumnya NU merupakan anggota istimewa partai Masyumi.

   Wahid Hasyim meninggal dunia pada 15 April 1953 dalam usia muda, belum genap 40 tahun. Beliau meninggal dalam sebu

c)  Ki Bagus Hadikusumo

Ki Bagoes Hadikoesoemo atau biasa dikenal dengan Ki Bagus Hadikusumo (lahir di Yogyakarta, 24 November 1890 – meninggal di Jakarta, 4 November 1954 pada umur 63 tahun) adalah seorang tokoh BPUPKI.

   Beliau dilahirkan di kampung Kauman Yogyakarta dengan nama R. Hidayat pada 11 Rabi'ul Akhir 1308 H (24 November 1890). Ki Bagus adalah putra ketiga dari lima bersaudara Raden Kaji Lurah Hasyim, seorang abdi dalem putihan (pejabat) agama Islam di Kraton Yogyakarta.

   Ia mendapat pendidikan sekolah rakyat (kini SD) dan pendidikan agama di pondok pesantren tradisional Wonokromo Yogyakarta. Kemahirannya dalam sastra Jawa, Melayu, dan Belanda didapat dari seorang yang bernama Ngabehi Sasrasoeganda, dan Ki Bagus juga belajar bahasa Inggris dari seorang tokoh Ahmadiyah yang bernama Mirza Wali Ahmad Baig.

Di Muhammadiyah:

   Selanjutnya Ki Bagus pernah menjadi Ketua Majelis Tabligh (1922), Ketua Majelis Tarjih, anggota Komisi MPM Hoofdbestuur Muhammadijah (1926), dan Ketua PP Muhammadiyah (1942-1953). Ia sempat pula aktif mendirikan perkumpulan sandiwara dengan nama Setambul. Selain itu, bersama kawan-kawannya ia mendirikan klub bernama Kauman Voetbal Club (KVC), yang kelak dikenal dengan nama Persatuan Sepak Bola Hizbul Wathan (PSHW).

    Pada tahun 1937, Ki Bagus diajak oleh Mas Mansoer untuk menjadi Wakil Ketua PP Muhammadiyah. Pada tahun 1942, ketika KH Mas Mansur dipaksa Jepang untuk menjadi ketua Putera (Pusat Tenaga Rakyat), Ki Bagus menggantikan posisi ketua umum yang ditinggalkannya. Posisi ini dijabat hingga tahun 1953. Semasa menjadi pemimpin Muhammadiyah, ia termasuk dalam anggota BPUPKI dan PPKI.

   Ki Bagus aktif membuat karya tulis, antara lain Islam Sebagai Dasar Negara dan Achlaq Pemimpin. Karya-karyanya yang lain yaitu Risalah Katresnan Djati (1935), Poestaka Hadi (1936), Poestaka Islam (1940), Poestaka Ichsan (1941), dan Poestaka Iman (1954). Setelah meninggal, Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan Nasional Indonesia.

d)  Mr. Kasman Singodimedjo 

    Mr. Kasman Singodimedjo (lahir di Poerworedjo, Jawa Tengah, 25 Februari 1904 – meninggal di Jakarta, 25 Oktober 1982 pada umur 78 tahun) adalah Jaksa Agung Indonesia periode 1945 sampai 1946  dan juga mantan Menteri Muda Kehakiman  pada Kabinet Amir Sjarifuddin II. Selain itu ia juga adalah Ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) yang menjadi cikal bakal dari DPR. 

  Salah satu komponen yang memiliki kontribusi terhadap keberhasilan perjuangan tersebut adalah Jong Islamieten Bond (JIB). Di antara tokoh yang ikut membesarkan organisasi ini adalah Kasman Singodimejo. Kasman lahir pada tanggal 25 Februari 1908 di Purworejo, Jawa Tengah. Ayahnya adalah H. Singodimejo, yang pernah menjabat sebagai modin (penghulu), carik (sekretaris desa) dan Polisi Pamongpraja di Lampung Tengah. Pendidikan Kasman yang pertama di sekolah desa di Purworejo, kemudian ia melanjutkan ke Hollanda Indische School (HIS) di Kwitang Jakarta. Ia pindah ke HIS Kutoarjo, yang kemudian dilanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Magelang. Selain menuntut ilmu, Kasman juga belajar pengetahuan agama kepada K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Abdul Aziz. Setelah menyelesaikan pendidikannya di MULO, Kemudian dilanjutkan ke School Tot Opleiding Voor Indische Artsen (STOVIA) di Jakarta. Aktivitasnya dalam organisasi dimulai ketika masih belajar di STOVIA dengan masuk dalam organisasi Jong Java. Dalam organisasi ini ia berjuang untuk menjadikan Islam sebagai landasan perjuangan dengan alasan sebagian besar anggotanya beragama Islam. Namun usul tersebut ditolak oleh pimpinan Jong Java, kemudian dengan Syamsuridjal, Ki Musa al-Mahfudz dan Suhodo, Kasman mendirikan Jong Islamieten Bond (JIB) dengan ketua pertamanya Syamsuridjal (1925-1926). Di tahun 1926-1930 Wiwoho Probohadidjoyo dan pada tahun 1930-1935 Kasman menjabat sebagai Ketua Umum JIB. Pada tahun 1937 Majlis Islam Ala Indonesia (MIAI) berdiri sebagai wadah baru bagi perjuangan umat Islam. Pada tahun 1941, Kasman diangkat sebagai agronom pada dinas penerangan pertanian sampai tahun 1943, ketika muncul fase baru yakni pendudukan militer Jepang. Jepang memberikan angin segar kepada MIAI untuk mengembangkan kegiatan umat Islam. Sementara itu Jepang ingin memanfaatkan MIAI untuk kepentingannya. Melihat maksud Jepang tersebut, MIAI dibubarkan, selanjutnya dibentuklah wadah baru bagi umat Islam Indonesia yakni Majlis Syuro Muslimin (Masyumi).

e)  Tengku M. Hasan

Teuku Muhammad Hasan

Teuku Muhammad Hasan adalah Gubernur Wilayah Sumatera Pertama[1] setelah Indonesia merdeka , Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1948 hingga tahun 1949 dalam Kabinet Darurat[2]. Selain itu ia adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia.

Kehidupan Awal

Teuku Muhammad Hasan dilahirkan tanggal 4 April 1906 sebagai Teuku Sarong, di Sigli, Aceh. Ayahnya, Teuku Bintara Pineung Ibrahim adalah Ulèë Balang di Pidie (Ulèë Balang adalah bangsawan yang memimpin suatu daerah di Aceh). Ibunya bernama Tjut Manyak.

   Dia bersekolah di Sekolah Rakyat (Volksschool) di Lampoeh Saka 1914-1917. Pada tahun 1924 bersekolah di sekolah berbahasa Belanda Europeesche Lagere School (ELS), dilanjutkan ke Koningen Wilhelmina School (KWS) di Batavia (sekarang Jakarta). Kemeudian beliau masuk Rechtschoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum).

Masa-masa di Belanda

Pada usia 25 tahun, T.M Hasan memutuskan untuk bersekolah di Leiden University, Belanda. Selama di Belanda, beliau bergabung dengan Perhimpunan Indonesia yang dipelopori oleh Muhammad Hatta, Ali Sastroamidjojo, Abdul Madjid Djojodiningrat dan Nasir Datuk Pamuntjak. Selain kesibukannya sebagai mahasiswa, Hasan juga menjadi aktifis yang mengadakan kegiatan-kegiatan organisasi baik di dalam kota maupun di kota-kota lain di Belanda hasan mendapatkan gelar Meester in de Rechten (Master of Laws) tahun 1933.

Kembali ke Tanah Air 

Pada tahun 1933, Mr. T.M Hasan kembali ke Indonesia. Setiba di pelabuhan Ulee Lheue, Kutaraja, buku-bukunya disita untuk pemeriksaan karena dicurigai terdapat buku paham pergerakan yang akan membahayakan kedudukan pemerintah kolonial Belanda, khususnya di Aceh. Selama di Kutaraja, Hasan menjadi Pegiat di bidang Agama dan Pendidikan.

   Selain itu, Hasan juga menjadi komisaris organisasi pendidikan yang bernama Perkumpulan Usaha Sama Akan Kemajuan Anak (PUSAKA). Tujuan organisasi ini adalah untuk mendirikan sebuah sekolah rendah berbahasa Belanda seperti Hollandsch-Inlandsche School.

   Aktifitas kependidikan Hasan yang lain ialah mendirikan Perguruan Taman Siswa di Kutaraja pada tanggal 11 Juli 1937. Dalam kepengurusan lembaga yang diprakarsai oleh Ki Hajar Dewantara ini, Hasan menjadi ketua dengan sekretaris Teuku Nyak Arief. Sesaat setelah pembentukannya, Hasan mengirim utusannya yaitu, Teuku M. Usman el Muhammady untuk menemui Ki Hajar Dewantara di Yogyakarta. Tujuannya adalah memohon agar Taman Siswa memperluas jaringannya, yakni dengan mendirikan cabang di Aceh. Berdasarkan permohonan tersebut, Majelis Luhur Taman Siswa mengirim tiga orang guru ke Aceh, yaitu Ki Soewondo Kartoprojo beserta istrinya yang juga sebagai guru dan Soetikno Padmosoemarto. Dalam waktu yang relatif singkat, Hasan dan pengurus Taman Siswa di Kutaraja berhasil membuka 4 (empat) sekolah Taman Siswa di Kutaraja, yaitu sebuah Taman Anak, Taman Muda, Taman Antara dan Taman Dewasa.

  Berkat pengalaman di bidang pendidikan tersebut, Hasan memutuskan pergi ke Batavia dan bekerja sebagai pengawai di Afdeling B, Departemen Van Van Onderwijsen Eiredeienst (Departemen Pendidikan). Selain itu, ia juga pernah menjadi pegawai di kantor Voor Bestuurshervarming Buintengewesten. Kemudian pada tahun 1938, Hassan kembali lagi ke Medan untuk bekerja pada kantor Gubernur Sumatera sampai tahun 1942. Pada era penjajahan Jepang ini, yakni antara tahun 1942 sampai 1945, Hasan tetap berada di Medan dan bekerja sebagai Ketua Koperasi Ladang Pegawai Negeri di Medan, kemudian menjadi Penasehat dan Pengawas Koperasi Pegawai Negeri di Medan dan Pemimpin Kantor Tinzukyoku (Kantor permohonan kepada Gunsaibu) di Medan. Ketika Jepang hendak angkat kaki dari Aceh tahun 1945, Hasan adalah sedikit dari tokoh-tokoh Aceh yang memiliki kesadaran kebangsaan dan bersedia bergabung dengan para nasionalis di Jakarta. Pada 7 Agustus 1945 Mr. Teuku Muhammad Hasan dipilih menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang diketuai oleh Ir. Soekarno.


3. Sebutkan alasan penghapusan 7 kata Piagam Jakarta?

Jawab:  karena pada saat itu para aktivis Kristen itu sibuk kasak-kusuk melakukan konsolidasi dan lobi-lobi politik untuk meminta penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta. Setelah itu didasarkan pada pernyataan Soekarno yang mengatakan bahwa malam hari usai proklamasi kemerdekaan RI, ia mendapat telepon dari sekelompok mahasiswa Prapatan 10, yang mengatakan bahwa pada siang hari pukul 12.00 WIB (tanggal 17 Agustus), tiga orang anggota PPKI asal Indonesia Timur, Dr Sam Ratulangi, Latuharhary, dan I Gusti Ketut Pudja mendatangi asrama mereka dengan ditemani dua orang aktivis. Kepada mahasiswa, mereka keberatan dengan isi Piagam Jakarta. Kalimat dalam Piagam Jakarta, bagi mereka sangat menusuk perasaan golongan Kristen. Kemudian Latuharhary sengaja mengajak Dr Sam Ratulangi, I Gusti Ktut Pudja, dan dua orang aktivis asal Kalimantan Timur, agar seolah-olah suara mereka mewakili masyarakat Indonesia wilayah Timur. Mereka juga sengaja melempar isu ini ke kelompok mahasiswa yang memang mempunyai kekuatan menekan, dan berharap isu ini juga menjadi tanggungjawab mahasiswa. Lalu Kepada Ki Bagus Kasman juga menjelaskan perubahan yang diusulkan oleh Hatta, bahwa kata "Ketuhanan" ditambah dengan "Ketuhanan Yang Maha Esa." KH A Wahid Hasyim dan Teuku Muhammad Hassan yang ikut dalam lobi itu menganggap Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Allah SWT, bukan yang lainnya.. Kasman menjelaskan, Ketuhanan Yang Maha Esa menentukan arti Ketuhanan dalam Pancasila. "Sekali lagi bukan Ketuhanan sembarang Ketuhanan, tetapi yang dikenal Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa," kata Kasman meyakinkan Ki Bagus.


07181310256-jawabansaya

1. Yang menghapus 7 kata dalam sila pertama adalah Ki Bagus Hadikusumo
2. Profil Ki Bagus Hadikusumo
Ki Bagus Hadsikusumo adalah tokoh Pengurus Besar Muhammadiyah, yang telah memimpin selam 11 tahun sejak 1942 sampai 1953. Beliau merupakan satu dari lima tokoh yang mendapat gelar Pahlawan Nasional pada November 2015.

a. Biografi
Bagus Hadikusumo dilahirkan di Kampung Kauman, Yogyakarta dengan nama R. Hidayat pada 11 Rabiul akhir 1038 Hijriah (24 November 1890) Ia putra ketiga dari lima bersaudara Rade Haji Lurah Hasyim seorang abdi dalem putihan agama islam di Kraton Yogyakarta.

Seperti umumnya keluarga santri, Ki Bagus mulai memperoleh pendidikan agama dari orang tuanya dan beberapa kyai di Kauman, Setelah tamat dari sekolah Ongko Loro (tiga tahun tngkat sekolah dasar), Ki Bagus Hadikusumo belajar di Pesantren Wonokromo Yogyakarta. Di pesantren, ia banyak mengkaji kitab-kitab fiqih dan tasawuf.

Kemahirannya dalam sastra Jawa, Melayu, dan Belanda didapat dari seorang yang bernama Ngabehi Sasrasoeganda, dan Ki Bagus juga belajar bahasa Inggris dari seorang tokoh Ahmadiyah yang bernama Mirza Wali Ahmad Baig.

Dalam usia 20 tahun, Ki Bagus menikah dengan Siti Fatmah (putri Raden Haji Suhud) dan memperoleh enam anak. Salah seorang diantaranya ialah Djarnawi Hadikusumo, yang kemudian menjadi tokoh Muhammadiyah dan pernah menjadi ornag nomor satu di Parmusi. Setelah Fatmah meninggal, ia menikah lagi dengan seorang wanita pengusaha dari Yogyakarta Mursilah. Pernikahan ini dikaruniai tiga orang anak. Ki Bagus kemudian menikah lagi dengan Siti Fatimah (juga seorang pengusaha) setelah istri keduanya meninggal. Dan istri ketiga ini ia memperoleh lima anak

b. Pengalaman Berorganisasi
Tahun 1922, Ki Bagus menjadi Ketua Majelis Tabligh. Tahun 1926 menjadi Ketua Majelis Tarjih dan anggota Komisi MPM Hoofdbestuur  Muhammdiyah. Tahun 1942 hingga 1953 terpilih menjadi ketua PB Muhammadiyah.

Hadirnya Ki Bagus Kusumo PB Muhammdiyah berawal saat terjadi pergolakan politik internasional, yaitu pecahnya Perang Dunia 2. Ki Bagus diminta oleh KH. Mas Mansoer untuk menggantikannya sebagai ketua PB Muhammadiyah  pada kongres ke-26 tahun 1937 di Yogyakarta karena Mas Mansoer dipaksa menjadi anggota pengurus Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) di Jakarta 1942.

Saat menjadi ketua di Muhammadiyah di masa pendudukan Jepang, Ki Bagus sering mengadakan dialog dengan Jepang agar siswa-siswa Muhammadiyah tidak menyembah matahari setiap hari atau melakukan Sekerei.

Ia sempat pula aktif mendirikan perkumpulan sandiwara dengan nama Setambul. Selain itu, bersama kawan-kawnannya ia mendirikan klub yan bernama Kauman Voetbal Club (KVC) yang kelak dikenal dengan nama Persatuan Sepak Bola Hizbul Wathan (PSHW)

c. Peran dalam Perumusan Muqadimah UUD 1945
Di samping memimpin Muhammadiyah, Ki Bagus juga menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Beliau ikut merumuskan dasar negara bersama Ki Hajar Dewantara dan Muhammad Hatta, Ir. Soekarno, Muhammad Yamin, AA Maramis, R Otto Iskandar Dinata, Mas Soetardjo Kartohadikoesoemoe, dan KH Wahid Hasyim.

Ki Bagus Hadikusumo sangat besar jasa serta perannannya dalam perumusan Muqadimah UUD 1945. Ia memberikan masukan agar Muqadimah UUD 1945 berlandaskan ketuhanan, kemanusiaan, keberadaban, dan keadilan. Pokok-pokok pikirannya dengan memberikan landasan-landasan itu dalam Muqaddimah UUD 1945 itu disetujui oleh semua anggota PPKI.

d. Karya
Ki Bagus sangat produktif dalam menuliskan buah pikirannya. Buku-buku karyanya antara lain Islam sebagai Dasar Negara dan Akhlak Pemimpin. Terdapat pula karya-karyanya yang lain, yaitu Risalah Katresnan Djati (1935), Poestaka Hadi (1936), Poestaka Islam (1940), Poestaka Ichsan (1941), dan Poestaka Iman (1954).

Dari buku-buku tersebut, tercermin komitmennya terhadap etika bahkan syariat Islam. Dari komitmen tersebut, Ki Bagus termasuk seorang tokoh yang memiliki kecenderungan kuat untuk perkembangan Islam.

e. Pengangkatan sebagai Pahlawan Nasional
Ki Bagus Hadikusumo meninggal di Jakarta, 4 November 1954 pada umur 64 tahun. Pada hari Selasa, 10 November 2015 bertepatan dengan Hari Pahlawan, ia diberi gelar Pahlawan Nasional Republik Indonesia oleh Presiden Joko Widodo dengan Keppres No. 16/TK/2015.

3. Alasan penghapusan 7 kata

Menurut sejarah yang disampaikan Bung Hatta, sore hari 17 Agustus 1945 beliau menerima tamu seorang opsir Kaigun (Angkatan Laut Jepang) yang menyampaikan suatu hal yang amat penting bagi Indonesia. Opsir itu, Bung Hatta sendiri lupa namanya, datang sebagai utusan Kaigun untuk memberitahukan bahwa wakil-wakil Protestan dan Katolik di daerah yang dikuasai oleh Angkatan Laut Jepang berkeberatan terhadap bagian dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar yang berbunyi: "Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya." Jika bagian kalimat itu ditetapkan juga, mereka lebih suka berdiri di luar Republik Indonesia.

Dalam buku Sekitar Proklamasi, terdapat penjelasan Bung Hatta bahwa ia tidak menerima begitu saja keberatan dimaksud, "Saya katakan bahwa itu bukan suatu diskriminasi, sebab penetapan itu hanya mengenai rakyat yang beragama Islam. Waktu merumuskan Pembukaan Undang-Undang Dasar itu, Mr. Maramis yang ikut serta dalam Panitia Sembilan, tidak mempunyai keberatan apa-apa dan pada tanggal 22 Juni ia ikut menanda-tanganinya." tulis Bung Hatta.

Singkat cerita Bung Hatta akhirnya menerima keberatan dimaksud dan berjanji akan menyampaikan kepada sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, esok harinya. Pagi hari tanggal 18 Agustus 1945 menjelang dimulainya sidang PPKI dengan agenda pengesahan Undang-Undang Dasar, Bung Hatta melobi tiga orang anggota PPKI yang mewakili golongan Islam, yaitu Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, dan Teuku M. Hasan. Dalam keterangan Prawoto, K.H.A.Wahid Hasjim tidak hadir dalam pertemuan 18 Agustus 1945 karena sedang perjalanan ke Jawa Timur.

Wakil Presiden Pertama RI itu meminta para tokoh Islam tersebut berkenan menghapus tujuh kata dalam rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar dan menggantinya dengan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ki Bagus Hadikusumo, pucuk pimpinan Muhammadiyah, satu-satunya eksponen perjuangan Islam yang paling senior pada waktu itu semula keberatan. mengingat rumusan kalimat mengenai kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya merupakan hasil musyawarah-mufakat dalam sidang BPUPKI 22 Juni 1945. Kasman Singodimedjo dan Teuku M. Hasan membujuk Ki Bagus agar menerima saran Bung Hatta. Keputusan terakhir ada pada Ki Bagus Hadikusumo.

Kesediaan Ki Bagus Hadikusumo menghapus tujuh kata menyangkut syariat Islam menjadi "kunci" pengesahan Pembukaan UUD 1945 yang memuat prinsip-prinsip dasar negara Pancasila. Bung Hatta yang bertanggungjawab atas dihapusnya "tujuh kata" pada Piagam Jakarta agar Indonesia tidak pecah sebagai bangsa menggaris-bawahi: "Pada waktu itu kami dapat menginsafi bahwa semangat Piagam Jakarta tidak lenyap dengan menghilangkan perkataan 'Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya' dan menggantinya dengan 'Ketuhanan Yang Maha Esa'."

Dalam buku Hidup Itu Berjuang, Kasman Singodimedjo mengemukakan, "Perubahan tujuh kata rumus "Ke-Tuhanan" itu amat penting, karena "Yang Maha Esa" menentukan arti dari Ketuhanan. Pancasila yang kini secara geruisloos menjadi filsafat negara kita itu, tidak mengenal Ke-Tuhanan sembarang ketuhanan. Sekali lagi bukan ketuhanan sembarang ketuhanan, tetapi yang dikenal oleh Pancasila ialah Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Bung Hatta sendiri pada bulan Juni dan Agustus 1945 menjelaskan bahwa Tuhan Yang Maha Esa itu ialah Allah, tidak lain kecuali Allah."

Prawoto Mangkusasmito beberapa tahun setelah itu menanyakan kepada Ki Bagus Hadikusumo tentang arti istilah "Ketuhanan Yang Maha Esa". Jawab Ki Bagus singkat saja, yaitu "tauhid". Hal yang sama ditanyakan pula kepada Mr. Teuku M. Hasan, saksi sejarah yang hadir dalam pertemuan 18 Agustus 1945, tokoh asal Aceh itu tidak membantahnya.

 

07181310246

siapakah yang menghapus 7 kata dalam piagam jakarta yang menjadikannya sila pertama sebagai sila Ketuhanan Yang Maha Esa?
-Mohammad Hatta/Bung Hatta

sebutkan profil dari penghapus sila pertama versi piagam jakarta
-Profil Drs. Mohammad Hatta
Nama : Drs. Mohammad Hatta (Bung Hatta)
Lahir : Bukittinggi, 12 Agustus 1902
Wafat : Jakarta, 14 Maret 1980
Zodiak : Leo
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Ayah: Muhammad Djamil
Ibu :  Siti Saleha
Istri : Rahmi Rachim

Anak :
Meutia Farida
Gemala
Halida Nuriah

Riwayat Pendidikan :
Europese Largere School (ELS) di Bukittinggi (1916)
Meer Uirgebreid Lagere School (MULO) di Padang (1919)
Handel Middlebare School (Sekolah Menengah Dagang), Jakarta (1921)
Nederland Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda (1932)

Karir :
Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (7 Agustus 1945)
Wakil Presiden Republik Indonesia pertama (18 Agustus 1945)
Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan (Januari 1948 – Desember 1949)
Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Kabinet Republik Indonesia Serikat (Desember 1949 – Agustus 1950)

Organisasi:

  • Club pendidikan Nasional Indonesia
  • Liga menentang Imperialisme
  • Perhimpunan Hindia
  • Jong Sumatranen Bond

Penghargaan
  • Pahlawan Nasional
  • Bapak koperasi Indonesia
  • Doctor Honoris Causa, Universitas Gadjah Mada, 1965
  • Proklamator Indonesia
  • The Founding Father's of Indonesia 

sebutkan alasan penghapusan 7 kata pada piagam jakarta

-hal tersebut dikarenakan Bung Hatta menerima telepon dari seseorang bahwa Indonesia Timur akan memisahkan diri dari Indonesia, kalau tujuh kata itu tidak dihapus. Dan karena kemajemukan yang terdapat di tanah air Indonesia sendiri terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki beragam jenis budaya dan tentunya agama. Tentunya, kemajemukan agama dipandang sebagai suatu hal yang indah dan semakin menguatkan persatuan. Penghapusan kata tersebut tentunya diputuskan secara mendalam serta berdasarkan berbagai pertimbangan yang akhirnya membuat Presiden Soekarno dan lainnya memutuskan untuk menghapus hal tersebut mengingat Indonesia adalah negara yang majemuk. Selain itu, hal tersebut juga tidak disetujui oleh banyak pihak seperti yang disampaikan oleh Laturharhary selaku pejuang yang beragama Kristiani. Laturharhary mengatakan bahwa kemerdekaan dapat diraih oleh Indonesia tidak hanya berkat para pejuang yang beragama muslim. Selain Laturharhary, banyak pula golongan pejuang yang juga menolak hal tersebut sehingga ketujuh kata tersebut akhirnya dihapuskan dari piagam Jakarta.

Fwd: 07 181310276 - jawaban saya

---------- Pesan terusan ----------
Dari: "Wawa Lala" <wawalala1805@gmail.com>
Tanggal: 31 Okt 2018 11:37
Subjek: 07 181310276 - jawaban saya
Kepada: <fajrinmh.classfm@blogger.com>
Cc:

1.DRS.H. Mohammad Hatta
2.Dr. H. Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902. Pria yang akrab disapa dengan sebutan Bung Hatta ini merupakan pejuang kemerdekaan RI yang kerap disandingkan dengan Soekarno. Tak hanya sebagai pejuang kemerdekaan, Bung Hatta juga dikenal sebagai seorang organisatoris, aktivis partai politik, negarawan, proklamator, pelopor koperasi, dan seorang wakil presiden pertama di Indonesia.
Kiprahnya di bidang politik dimulai saat ia terpilih menjadi bendahara Jong Sumatranen Bond wilayah Padang pada tahun 1916. Pengetahuan politiknya berkembang dengan cepat saat Hatta sering menghadiri berbagai ceramah dan pertemuan-pertemuan politik. Secara berkelanjutan, Hatta melanjutkan kiprahnya terjun di dunia politik. 
Sampai pada tahun 1921 Hatta menetap di Rotterdam, Belanda dan bergabung dengan sebuah perkumpulan pelajar tanah air yang ada di Belanda, Indische Vereeniging. Mulanya, organisasi tersebut hanyalah merupakan organisasi perkumpulan bagi pelajar, namun segera berubah menjadi organisasi pergerakan kemerdekaan saat tiga tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumu) bergabung dengan Indische Vereeniging yang kemudian berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
Di Perhimpunan Indonesia, Hatta mulai meniti karir di jenjang politiknya sebagai bendahara pada tahun 1922 dan menjadi ketua pada tahun 1925. Saat terpilih menjadi ketua PI, Hatta mengumandangkan pidato inagurasi yang berjudul "Struktur Ekonomi Dunia dan Pertentangan Kekuasaan".
Dalam pidatonya, ia mencoba menganalisa struktur ekonomi dunia yang ada pada saat itu berdasarkan landasan kebijakan non-kooperatif. Hatta berturut-turut terpilih menjadi ketua PI sampai tahun 1930 dengan perkembangan yang sangat signifikan dibuktikan dengan berkembangnya jalan pikiran politik rakyat Indonesia.
Sebagai ketua PI saat itu, Hatta memimpin delegasi Kongres Demokrasi Internasional untuk perdamaian di Berville, Perancis, pada tahun 1926. Ia mulai memperkenalkan nama Indonesia dan sejak saat itu nama Indonesia dikenal di kalangan organisasi-organisasi internasional. Pada tahun 1927, Hatta bergabung dengan Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme di Belanda dan berkenalan dengan aktivis nasionalis India, Jawaharhal Nehru.
delegasi Kongres Demokrasi Internasional untuk perdamaian di Berville, Perancis, pada tahun 1926. Ia mulai memperkenalkan nama Indonesia dan sejak saat itu nama Indonesia dikenal di kalangan organisasi-organisasi internasional. Pada tahun 1927, Hatta bergabung dengan Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme di Belanda dan berkenalan dengan aktivis nasionalis India, Jawaharhal Nehru.
Aktivitas politik Hatta pada organisasi ini menyebabkan dirinya ditangkap tentara Belanda bersama dengan Nazir St. Pamontjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul madjid Djojodiningrat sebelum akhirnya dibebaskan setelah ia berpidato dengan pidato pembelaan berjudul: Indonesia Free. 
Selanjutnya pada tahun 1932, Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia dengan adanya pelatihan-pelatihan.
Pada tahun 1933, Soekarno diasingkan ke Ende, Flores. Aksi ini menuai reaksi keras oleh Hatta. Ia mulai menulis mengenai pengasingan Soekarno pada berbagai media. Akibat aksi Hatta inilah pemerintah kolonial Belanda mulai memusatkan perhatian pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia dan menangkap pimpinan para pimpinan partai yang selanjutnya diasingkan ke Digul, Papua.
Pada masa pengasingan di Digul, Hatta aktif menulis di berbagai surat kabar. Ia juga rajin membaca buku yang ia bawa dari Jakarta untuk kemudian diajarkan kepada teman-temannya. Selanjutnya, pada tahun 1935 saat pemerintahan kolonial Belanda berganti, Hatta dan Sjahrir dipindahlokasikan ke Bandaneira. Di sanalah, Hatta dan Sjahrir mulai memberi pelajaran kepada anak-anak setempat dalam bidang sejarah, politik, dan lainnya.
Setelah delapan tahun diasingkan, Hatta dan Sjahrir dibawa kembali ke Sukabumi pada tahun 1942. Selang satu bulan, pemerintah kolonial Belanda menyerah pada Jepang. Pada saat itulah Hatta dan Sjahrir dibawa ke Jakarta.
Pada awal Agustus 1945, nama Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan berganti nama menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan Soekarno sebagai Ketua dan Hatta sebagai Wakil Ketua.
Sehari sebelum hari kemerdekaan dikumandangkan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengadakan rapat di rumah Admiral Maeda. Panitia yang hanya terdiri dari Soekarno, Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti tersebut merumuskan teks proklamasi yang akan dibacakan keesokan harinya dengan tanda tangan Soekarno dan Hatta atas usul Soekarni.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 di jalan Pagesangan Timur 56 tepatnya pukul 10.00 kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia. Keesokan harinya, pada tanggal 18 Agustus 1945 Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dan Hatta sebagai Wakil Presiden.
Berita kemerdekaan Republik Indonesia telah tersohor sampai Belanda. Sehingga, Belanda berkeinginan kembali untuk menjajah Indonesia. Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia, pemerintahan Republik Indonesia dipindah ke Jogjakarta. Ada dua kali perundingan dengan Belanda yang menghasilkan perjanjian linggarjati dan perjanjian Reville. Namun, kedua perjanjian tersebut berakhir kegagalan karena kecurangan Belanda.
Pada Juli 1947, Hatta mencari bantuan ke India dengan menemui Jawaharhal Nehru dan Mahatma Gandhi. Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan melakukan protes terhadap tindakan Belanda dan agar dihukum pada PBB. Banyaknya kesulitan yang dialami oleh rakkyat Indonesia memunculkan aksi pemberontakan oleh PKI sedangkan Soekarno dan Hatta ditawan ke Bangka. Selanjutnya kepemimpinan perjuangan dipimpin oleh Jenderal Soedirman.
Perjuangan rakyat Indonesia tidak sia-sia. Pada tanggal 27 desembar 1949, Ratu Juliana memberikan pengakuan atas kedaulatan Indonesia kepada Hatta.
Setelah kemerdekaan mutlak Republik Indonesia, Hatta tetap aktif memberikan ceramah-ceramah di berbagai lembaga pendidikan. Dia juga masih aktif menulis berbagai macam karangan dan membimbing gerakan koperasi sesuai apa yang dicita-citakannya. Tanggal 12 Juli 1951, Hatta mengucapkan pidato di radio mengenai hari jadi Koperasi dan selang hari lima hari kemudian dia diangkat menjadi Bapak Koperasi Indonesia.
Hatta menikah dengan Rachim Rahmi pada tanggal 18 November 1945 di desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Pasangan tersebut dikaruniai tiga orang putri yakni Meutia, Gemala, dan Halida.
Pada tanggal 14 Maret 1980 Hatta wafat di RSUD dr. Cipto Mangunkusumo. Karena perjuangannya bagi Republik Indonesia sangat besar, Hatta mendapatkan anugerah tanda kehormatan tertinggi "Bintang Republik Indonesia Kelas I" yang diberikan oleh Presiden Soeharto.
3.Piagam Jakarta merupakan sebuah pembukaan dari UUD tahun 45 yang pertama. Namun, piagam tersebut mengalami perubahan dimana, ada 7 kata yang dihapuskan dari piagam tersebut. Hal tersebut dikarenakan kemajemukan dalam hal beragama di Indonesia. Selain itu, hal tersebut juga tidak disetujui oleh banyak pihak seperti yang disampaikan oleh Laturharhary selaku pejuang yang beragama Kristiani. Laturharhary mengatakan bahwa kemerdekaan dapat diraih oleh Indonesia tidak hanya berkat para pejuang yang beragama muslim. Selain Laturharhary, banyak pula golongan pejuang yang juga menolak hal tersebut sehingga ketujuh kata tersebut akhirnya dihapuskan dari piagam Jakarta.

07181310273-jawaban saya

07 181310276 - jawaban saya

1.DRS.H. Mohammad Hatta
2.Dr. H. Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902. Pria yang akrab disapa dengan sebutan Bung Hatta ini merupakan pejuang kemerdekaan RI yang kerap disandingkan dengan Soekarno. Tak hanya sebagai pejuang kemerdekaan, Bung Hatta juga dikenal sebagai seorang organisatoris, aktivis partai politik, negarawan, proklamator, pelopor koperasi, dan seorang wakil presiden pertama di Indonesia.
Kiprahnya di bidang politik dimulai saat ia terpilih menjadi bendahara Jong Sumatranen Bond wilayah Padang pada tahun 1916. Pengetahuan politiknya berkembang dengan cepat saat Hatta sering menghadiri berbagai ceramah dan pertemuan-pertemuan politik. Secara berkelanjutan, Hatta melanjutkan kiprahnya terjun di dunia politik. 
Sampai pada tahun 1921 Hatta menetap di Rotterdam, Belanda dan bergabung dengan sebuah perkumpulan pelajar tanah air yang ada di Belanda, Indische Vereeniging. Mulanya, organisasi tersebut hanyalah merupakan organisasi perkumpulan bagi pelajar, namun segera berubah menjadi organisasi pergerakan kemerdekaan saat tiga tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumu) bergabung dengan Indische Vereeniging yang kemudian berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
Di Perhimpunan Indonesia, Hatta mulai meniti karir di jenjang politiknya sebagai bendahara pada tahun 1922 dan menjadi ketua pada tahun 1925. Saat terpilih menjadi ketua PI, Hatta mengumandangkan pidato inagurasi yang berjudul "Struktur Ekonomi Dunia dan Pertentangan Kekuasaan".
Dalam pidatonya, ia mencoba menganalisa struktur ekonomi dunia yang ada pada saat itu berdasarkan landasan kebijakan non-kooperatif. Hatta berturut-turut terpilih menjadi ketua PI sampai tahun 1930 dengan perkembangan yang sangat signifikan dibuktikan dengan berkembangnya jalan pikiran politik rakyat Indonesia.
Sebagai ketua PI saat itu, Hatta memimpin delegasi Kongres Demokrasi Internasional untuk perdamaian di Berville, Perancis, pada tahun 1926. Ia mulai memperkenalkan nama Indonesia dan sejak saat itu nama Indonesia dikenal di kalangan organisasi-organisasi internasional. Pada tahun 1927, Hatta bergabung dengan Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme di Belanda dan berkenalan dengan aktivis nasionalis India, Jawaharhal Nehru.
delegasi Kongres Demokrasi Internasional untuk perdamaian di Berville, Perancis, pada tahun 1926. Ia mulai memperkenalkan nama Indonesia dan sejak saat itu nama Indonesia dikenal di kalangan organisasi-organisasi internasional. Pada tahun 1927, Hatta bergabung dengan Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme di Belanda dan berkenalan dengan aktivis nasionalis India, Jawaharhal Nehru.
Aktivitas politik Hatta pada organisasi ini menyebabkan dirinya ditangkap tentara Belanda bersama dengan Nazir St. Pamontjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul madjid Djojodiningrat sebelum akhirnya dibebaskan setelah ia berpidato dengan pidato pembelaan berjudul: Indonesia Free. 
Selanjutnya pada tahun 1932, Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia dengan adanya pelatihan-pelatihan.
Pada tahun 1933, Soekarno diasingkan ke Ende, Flores. Aksi ini menuai reaksi keras oleh Hatta. Ia mulai menulis mengenai pengasingan Soekarno pada berbagai media. Akibat aksi Hatta inilah pemerintah kolonial Belanda mulai memusatkan perhatian pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia dan menangkap pimpinan para pimpinan partai yang selanjutnya diasingkan ke Digul, Papua.
Pada masa pengasingan di Digul, Hatta aktif menulis di berbagai surat kabar. Ia juga rajin membaca buku yang ia bawa dari Jakarta untuk kemudian diajarkan kepada teman-temannya. Selanjutnya, pada tahun 1935 saat pemerintahan kolonial Belanda berganti, Hatta dan Sjahrir dipindahlokasikan ke Bandaneira. Di sanalah, Hatta dan Sjahrir mulai memberi pelajaran kepada anak-anak setempat dalam bidang sejarah, politik, dan lainnya.
Setelah delapan tahun diasingkan, Hatta dan Sjahrir dibawa kembali ke Sukabumi pada tahun 1942. Selang satu bulan, pemerintah kolonial Belanda menyerah pada Jepang. Pada saat itulah Hatta dan Sjahrir dibawa ke Jakarta.
Pada awal Agustus 1945, nama Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan berganti nama menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan Soekarno sebagai Ketua dan Hatta sebagai Wakil Ketua.
Sehari sebelum hari kemerdekaan dikumandangkan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengadakan rapat di rumah Admiral Maeda. Panitia yang hanya terdiri dari Soekarno, Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti tersebut merumuskan teks proklamasi yang akan dibacakan keesokan harinya dengan tanda tangan Soekarno dan Hatta atas usul Soekarni.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 di jalan Pagesangan Timur 56 tepatnya pukul 10.00 kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia. Keesokan harinya, pada tanggal 18 Agustus 1945 Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dan Hatta sebagai Wakil Presiden.
Berita kemerdekaan Republik Indonesia telah tersohor sampai Belanda. Sehingga, Belanda berkeinginan kembali untuk menjajah Indonesia. Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia, pemerintahan Republik Indonesia dipindah ke Jogjakarta. Ada dua kali perundingan dengan Belanda yang menghasilkan perjanjian linggarjati dan perjanjian Reville. Namun, kedua perjanjian tersebut berakhir kegagalan karena kecurangan Belanda.
Pada Juli 1947, Hatta mencari bantuan ke India dengan menemui Jawaharhal Nehru dan Mahatma Gandhi. Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan melakukan protes terhadap tindakan Belanda dan agar dihukum pada PBB. Banyaknya kesulitan yang dialami oleh rakkyat Indonesia memunculkan aksi pemberontakan oleh PKI sedangkan Soekarno dan Hatta ditawan ke Bangka. Selanjutnya kepemimpinan perjuangan dipimpin oleh Jenderal Soedirman.
Perjuangan rakyat Indonesia tidak sia-sia. Pada tanggal 27 desembar 1949, Ratu Juliana memberikan pengakuan atas kedaulatan Indonesia kepada Hatta.
Setelah kemerdekaan mutlak Republik Indonesia, Hatta tetap aktif memberikan ceramah-ceramah di berbagai lembaga pendidikan. Dia juga masih aktif menulis berbagai macam karangan dan membimbing gerakan koperasi sesuai apa yang dicita-citakannya. Tanggal 12 Juli 1951, Hatta mengucapkan pidato di radio mengenai hari jadi Koperasi dan selang hari lima hari kemudian dia diangkat menjadi Bapak Koperasi Indonesia.
Hatta menikah dengan Rachim Rahmi pada tanggal 18 November 1945 di desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Pasangan tersebut dikaruniai tiga orang putri yakni Meutia, Gemala, dan Halida.
Pada tanggal 14 Maret 1980 Hatta wafat di RSUD dr. Cipto Mangunkusumo. Karena perjuangannya bagi Republik Indonesia sangat besar, Hatta mendapatkan anugerah tanda kehormatan tertinggi "Bintang Republik Indonesia Kelas I" yang diberikan oleh Presiden Soeharto.
3.Piagam Jakarta merupakan sebuah pembukaan dari UUD tahun 45 yang pertama. Namun, piagam tersebut mengalami perubahan dimana, ada 7 kata yang dihapuskan dari piagam tersebut. Hal tersebut dikarenakan kemajemukan dalam hal beragama di Indonesia. Selain itu, hal tersebut juga tidak disetujui oleh banyak pihak seperti yang disampaikan oleh Laturharhary selaku pejuang yang beragama Kristiani. Laturharhary mengatakan bahwa kemerdekaan dapat diraih oleh Indonesia tidak hanya berkat para pejuang yang beragama muslim. Selain Laturharhary, banyak pula golongan pejuang yang juga menolak hal tersebut sehingga ketujuh kata tersebut akhirnya dihapuskan dari piagam Jakarta.

02181310195 _ KEBANGKITAN NASIONAL INDONESIA

NAMA            : ELLY NOVITASARI

NIM                : 181310195

KELAS           : 02

KEBANGKITAN NASIONAL INDONESIA

            Kebangkitan nasional indonesia periode pada paruh pertama abad ke-20, di mana banyak rakyat indonesia mulai menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai " Orang indonesia . masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa multatuli.

Kebangkitan Nasional merupakan bangkitnya semangat Nasionalisme, persatuan, kesatuan dan kesadaran sebagai sebuah bangsa untuk memajukan diri melalui gerakan organisasi yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan. Sebuah organisasi yang bergerak di bidang sosial yang menjadi cikal bakal gerakan yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.

Pada awal berdirinya, organisasi Boedi Oetomo yang digagaskan pertama kali oleh Dr Wahidin Sudiro Husodo ini hanya bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial budaya. Organisasi ini mendirikan sejumlah sekolah yang bernama Boedi Oetomo dengan tujuan berusaha memelihara serta memajukan kebudayaan Jawa.

Anggota Boedi Oetomo terdiri dari kalangan atas suku jawa dan madura. Namun sejak tahun1915 organisasi Boedi Oetomo mulai bergerak di bidang politik. Gerakan nasionalisme Boedi Oetomo yang berciri politik disebabkan oleh berlangsungnya milisi bimi putera, yaitu wajib militer bagi warga pribumi.

Dalam perjuangan di bidang politik, Boedi Oetomo memberi syarat untuk pemberlakuan wajib militer tersebut. syarat tersebut adalah harus dibentuk terlebih dahulu sebuah lembaga perwakilan rakyat (Volksraad). Usul Boedi Oetomo disetujui oleh gubernur Jendral Van Limburg Stirum sehinggaterbentuk Volksraad pada tanggal 18 Mei 1918. Di dalam lembaga Volksraad terdapat perwakilan organisasi Boedi Oetomo, yaitu Suratmo Suryokusomo.

Menyadari arti penting organisasi bagi rakyat, maka pada tahun1920 Boedi Oetomo mulai menerima anggota dari masyarakat biasa. Dengan bergabungnya rakyat biasa ini, menjadikan Boedi Oetomo menjadi sebuah organisasi pergerakan rakyat dengan ditandai oleh pemokongan kaum buruh untuk menuntut kehidupan yang lebih baik.

Sejak tahun 1930, Boedi Oetomo membuka keanggotaannya untuk seluruh rakyat indonesia. Dengan seiringnya waktu, dalam bidangn politik Boedi Oetomo mempunyai cita – cita untuk membuat indonesia merdeka. Dengan hal ini boedi Oetomo berubah menjadi sebuah organisasi dengan tujuan nasionalisme.

   PENDAHULUAN

1.1  latar Belakang


            Kebangkitan Nasional adalah Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Dalam masa ini muncul sekelompok masyarakat indonesia yang menginginkan adanya perubahan dari masyarakat indonesia yang selama ini dijajah dan ditindas oleh bangsa lain. Kebagkitan nasional Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi Budi Utomo. Sedangkan kebangkitan pemuda Indonesia ditandai dengan adanya peristiwa Sumpah Pemuda. Kedua peristiwa itu merupakan bagian dari peristiwa yang menjadi tonggak sejarah kemerdekaan negara indonesia.


Beberapa faktor yang mendorong kebangkitan indonesia yaitu diantaranya:
1.         Semakin banyaknya/makin tingginya kesadaran ingin bersatu.
2.         Semakin mengingkatnya semangat bangsa Indonesia ingin merdeka.
3.         Semakin banyaknya orang pintar dan terpelajar di Indonesia.


Dan Faktor yang datang dari luar negeri adalah kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905, adalah salah satu pendorong yang menimbulkan semangat bahwa bangsa kulit kuning, bangsa Asia dapat mengalahkan bangsa kulit putih (Eropa). setelah berdirinya Budi Utomo maka bermunculan lah perkumpulan-perkumpulan dan pergerakan yang bersifat luas antara lain, Serikat Dagang Islam tahun 1909, Indische Party tahun 1913. Muhammadiyah tahun 1912, Nahdatul Ulama tahun 1926, dan berdiri perkumpulan pemuda diluar Jawa pada tahun 1918 dan menamakan diri Young Java,Young Sumatra,Young Ambon,Young Pasundan,Young Batak,Pemuda Betawa dll. Para pemuda inilah yang mengadakan kongres pemuda pertama tahun 1926 yang menghasilkan perlunya mencanangkan suatu organisasi pemuda tingkat Nasional. Dan atas usul perhimpunan pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) sebagai organisasi kemahasiswaan pertama pada tanggal 26-28 Oktober 1928 diadakan kongres pemuda ke dua. Setelah mereka mengadakan pembahasan, mereka sampai pada satu kesimpulan, bahwa jika bangsa Indonesia ingin merdeka, bangsa Indonesia harus bersatu.

Untuk itu mereka bersumpah yang terkenal dengan nama SUMPAH PEMUDA yang diikrarkan pada akhir kongres yaitu pada tanggal 28 Oktober 1928.
Kedua peristiwa ini memang sangat mempengaruhi kebangkitan nasional di indonesia sehingga sangat bagus jika kita mengetahui latar belakang kejadian ini dan lebih memahami lagi makna dari kebangkitan nasional itu sendiri.

      

PEMBAHASAN

KEBANGKITAN NASIONAL INDONESIA " BUDI UTOMO "

Budi Utomo adalah sebuah organisasi pemuda yang berdirinya dipelopori oleh Dr. Suetomo dan didirikan pada tanggal 20 Mei 1908. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan di daerah jawa. Meskipun sebagai sebuah organisasi yang menjadi tonggak awal kebangkitan nasional Indonesia tentunya Budi Utomo memiliki sebuah sejarah yang sangat sederhana dan alamiah. Bahkan pendeklarasian berdirinya Budi Utomo sangat jauh dari kesan kemewahan. Budi Utomo lahir dari pertemuan-pertemuan dan diskusi yang sering dilakukan di perpustakaan School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen ( STOVIA ) oleh beberapa mahasiswa, antara lain Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Mereka memikirkan nasib bangsa yang sangat buruk dan selalu dianggap bodoh dan tidak bermartabat oleh bangsa lain (Belanda), serta bagaimana cara memperbaiki para pejabat pangreh praja (sekarang pamong praja) kebanyakan hanya memikirkan kepentingan sendiri dan jabatan. Dalam praktik mereka pun tampak menindas rakyat dan bangsa sendiri, misalnya dengan menarik pajak sebanyak-banyaknya untuk menyenangkan hati atasan dan para penguasa Belanda dan merupakan bagian tak terpisahkan dari penetrasi sistem kolonialisme Barat yang berbasis pada merkantilisme.

 
Penderitaan masyarakat, ketidakadilan, kemiskinan, penindasan dan perilaku pongah dari aparat penguasa kolonial, yang mereka temui di dalam kehidupan sehari-hari, diserap ke dalam forum diskusi. Di dalam forum itu mereka membahas dan memahami akar masalah dari kemiskinan, kebodohan dan ketidak-adilan sebagai bagian tak terpisahkan dari penetrasi sistem kolonialisme Barat yang berbasis pada merkantilisme.
Budi Utomo mengalami fase perkembangan penting saat kepemimpinan Pangeran Noto Dirodjo. Saat itu, Douwes Dekker, seorang Indo-Belanda yang sangat properjuangan bangsa Indonesia, dengan terus terang mewujudkan kata "politik" ke dalam tindakan yang nyata. Berkat pengaruhnyalah pengertian mengenai "tanah air Indonesia" makin lama makin bisa diterima dan masuk ke dalam pemahaman orang Jawa. Maka muncullah Indische Partij yang sudah lama dipersiapkan oleh Douwes Dekker melalui aksi persnya. Perkumpulan ini bersifat politik dan terbuka bagi semua orang Indonesia tanpa terkecuali. Baginya "tanah air" (Indonesia) adalah di atas segala-galanya.Pada masa itu pula muncul Sarekat Islam, yang pada awalnya dimaksudkan sebagai suatu perhimpunan bagi para pedagang besar maupun kecil di Solo dengan nama Sarekat Dagang Islam, untuk saling memberi bantuan dan dukungan. Tidak berapa lama, nama itu diubah oleh, antara lain, Tjokroaminoto, menjadi Sarekat Islam, yang bertujuan untuk mempersatukan semua orang Indonesia yang hidupnya tertindas oleh penjajahan. Sudah pasti keberadaan perkumpulan ini ditakuti orang Belanda. Munculnya gerakan yang bersifat politik semacam itu rupanya yang menyebabkan Budi Utomo agak terdesak ke belakang. Kepemimpinan perjuangan orang Indonesia diambil alih oleh Sarekat Islam dan Indische Partij karena dalam arena politik Budi Utomo memang belum berpengalaman.Karena gerakan politik perkumpulan-perkumpulan tersebut, makna nasionalisme makin dimengerti oleh kalangan luas. Ada beberapa kasus yang memperkuat makna tersebut. Ketika Pemerintah Hindia Belanda hendak merayakan ulang tahun kemerdekaan negerinya, dengan menggunakan uang orang Indonesia sebagai bantuan kepada pemerintah yang dipungut melalui penjabat pangreh praja pribumi, misalnya, rakyat menjadi sangat marah.


Kemarahan itu mendorong Soewardi Suryaningrat (yang kemudian bernama Ki Hadjar Dewantara) untuk menulis sebuah artikel "Als ik Nederlander was" (Seandainya Saya Seorang Belanda), yang dimaksudkan sebagai suatu sindiran yang sangat pedas terhadap pihak Belanda. Tulisan itu pula yang menjebloskan dirinya bersama dua teman dan pembelanya, yaitu Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo ke penjara oleh Pemerintah Hindia Belanda (lihat: Boemi Poetera). Namun, sejak itu Budi Utomo tampil sebagai motor politik di dalam pergerakan orang-orang pribumi.Agak berbeda dengan Goenawan Mangoenkoesoemo yang lebih mengutamakan kebudayaan dari pendidikan, Soewardi menyatakan bahwa Budi Utomo adalah manifestasi dari perjuangan nasionalisme. Menurut Soewardi, orang-orang Indonesia mengajarkan kepada bangsanya bahwa "nasionalisme Indonesia" tidaklah bersifat kultural, tetapi murni bersifat politik. Dengan demikian, nasionalisme terdapat pada orang Sumatera maupun Jawa, Sulawesi maupun Maluku.


Pendapat tersebut bertentangan dengan beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Budi Utomo hanya mengenal nasionalisme Jawa sebagai alat untuk mempersatukan orang Jawa dengan menolak suku bangsa lain. Demikian pula Sarekat Islam juga tidak mengenal pengertian nasionalisme, tetapi hanya mempersyaratkan agama Islam agar seseorang bisa menjadi anggota.Namun, Soewardi tetap mengatakan bahwa pada hakikatnya akan segera tampak bahwa dalam perhimpunan Budi Utomo maupun Sarekat Islam, nasionalisme "Indonesia" ada dan merupakan unsur yang paling penting.

 

Kelahiran Boedi Oetomo telah menjadi tonggak yang menumbuhkan semangat perjuangan, sekaligus menjadi inspirasi bagi berdirinya berbagai organisasi di seluruh pelosok tanah air, baik yang bersifat kedaerahan, politik, serikat pekerja, keagamaan, kewanitaan, maupun kepemu-daan. Pada gelombang berikutnya, muncul sejumlah organisasi seperti Sarekat islam, dan berbagai organisasi lainnya. Hal ini mewarnai awal kebangkitan nasional, dan mencapai puncaknya pada tahun 1928, dengan bersatunya berbagai kelompok organisasi—khususnya organisasi kepemudaan—untuk mewujudkan suatu gerakan kebang-saan yang sejati, melalui Sumpah Pemuda : satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa – Indonesia!
Gerakan kaum muda tahun 1908 dan tahun 1928, menandai tonggak-tonggak awal gerakan kebangkitan nasional Indonesia. Sejak itu, nasionalisme Indonesia terus berkembang, terus menjalar, dan terus berkobar di seluruh penjuru tanah air.
    


SUMPAH PEMUDA


              Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 dan merupakan hasil rumusan dari Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.

Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI).Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.


Rapat ketiga atau rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.


Rapat ini beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.
Isi Dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua :

 

PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia).


KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).


KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).


Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda tetap terus menyanyikannya. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia.


PENUTUP

Pahit getir nya perjuangan bangsa Indonesia jauh sebelum 1908 mencatat begitu banyak kenangan berharga dan begitu banyak kenangan yang mengharukan, semua ini membangkitkan kebanggaan pada kita semua selaku generasi penerus dan tempat kita bercermin, tentang apa yang akan kita perbuat pada masa yang akan datang.Dalam kaitan itulah kita perlu merenungkan kembali makna hari Kebangkitan Nasional. Awal kebangkitan Nasional bukanlah terjadi dengan sendirinya tetapi berawal dari rasa keprihatinan terhadap kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan, ini disebabkan dari politik kolonial Belanda pada waktu itu, mereka banyak mengambil keuntungan dari bumi pertiwi ini, Belanda menelantarkan pendidikan Bangsa Indonesia, rakyat dibiarkan bodoh, melarat dan menderita.Awal kebangkitan Nasional disebabkan beberapa faktor, baik dari dalam negeri maupun luar Negeri, antara lain faktor dalam negeri :


1.Makin banyaknya/makin tingginya kesadaran ingin bersatu.

2.Makin mengingkatnya semangat bangsa Indonesia ingin merdeka.

3.Makin banyaknya orang pintar dan terpelajar di Indonesia.

 

Faktor yang datang dari luar negeri adalah kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905, adalah salah satu pendorong yang menimbulkan semangat bahwa bangsa kulit kuning, bangsa Asia dapat mengalahkan bangsa kulit putih (Eropa).


Pada tanggal 20 Mei 1908 , atas prakarsa Dr.Wahidin S dan para Pemuda Stovia, seperti Sutomo, Gunawan, Suradji dan Suwardi Suryaningrat mengadakan rapat pertama di Jakarta, dan berhasil mendirikan perkumpulan yang diberi nama Budi Utomo yang berarti Kebaikan yang diutamakan.


Organisasi Budi utomo adalah sebuah organisasi politik yang modern yang pertama didirikan di Indonesia yang memuliki suatu tujuan yang sangat hebat dan memiliki pengaruh yang amat dahsyat bagi berdirinya negara indonesia terutama bagi kebangkitan nasional Indonesia yang telah lama terpurukdalam ketidakberdayaanya akibat dijajah dan ditindas oleh negara Jepang maupun Belanda. Organisasi Budi Utomo juga sangat membela kepentingan rakyat dan berjuang demi mendapatkan keadilan bagi masyarakat indonesia. Disinilah titik awal berdirinya perkumpulan-perkumpulan yang menjurus kepada sifat Nasionalisme dan Patriotisme, karena setelah berdirinya Boedi Oetomo maka bermunculanlah perkumpulan-perkumpulan dan pergerakan yang bersifat luas antara lain, Serikat Dagang Islam tahun 1909, Indische Party tahun 1913. Muhammadiyah tahun 1912, Nahdatul Ulama tahun 1926, dan berdiri perkumpula pemuda diluar Jawa pada tahun 1918 dan menamakan diri Young Java,Young Sumatra,Young Ambon,Young Pasundan,Young Batak,Pemuda Betawa dll.


Para pemuda inilah yang mengadakan kongres pemuda pertama tahun 1926 yang menghasilkan perlunya mencanangkan suatu organisasi pemuda tingkat Nasional. Dan atas usul perhimpunan pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) sebagai organisasi kemahasiswaan pertama pada tanggal 26-28 Oktober 1928 diadakan kongres pemuda ke dua. Setelah mereka mengadakan pembahasan, mereka sampai pada satu kesimpulan, bahwa jika bangsa Indonesia ingin merdeka, bangsa Indonesia harus bersatu. Untuk itu mereka bersumpah yang terkenal dengan nama SUMPAH PEMUDA yang diikrarkan pada akhir kongres yaitu pada tanggal 28 Oktober 1928 yang berbunyi : " Kami putra dan putri Indonesia mengaku:

- Bertanah air satu tanah Indonesia

- Berbangsa satu bangsa Indonesia

- Berbahasa satu bahasa Indonesia


Dan ternyata sumpah pemuda itu mendapat sambutan yang sangat positip dari segenap lapisan masyarakat, terutama dari golongan intelektual. Sebagai pengaruh dari sumpah pemuda itulah yang menimbulkan motifasi semangat untuk merdeka dan lepas dari belenggu penjajahan Belanda.


Sejak itu pulalah timbul tokoh-tokoh pemuda antara lain, Mr.Moh.Yamin, Drs. Moh.Hatta, Sutan Syahrir, Ir Soekarno, Ali Sostroamidjojo, Mr.Sjarifuddin, Nasir Datuk Pamuntjak , Moh.Natsir, Mr.Moh.Room dll. Kolonial Belanda mulai menangkapi pemimpin-pemimpin organisasi kepemudaan itu yang dinilai vocal antara lain. Ir.Soekarno. Drs.Moh.Hatta, Sutan Syahrir, Dr.Tjipto Mangunkusumo, Ki Hadjar Dewantoro dan banyak lagi pemimpin organisasi yang ditangkapi, dibuang dan diasingkasn dari rakyatnya. Akan tetapi semangat untuk merdeka tidak pernah padam dan malah bertambah subur berkat sumpah pemuda itu.
Pada gilirannya kelak mereka-mereka inilah yang memberi nafas, jiwa dan semangat untuk mencetuskan proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 tampak mewarnai kehidupan sosial, badaya, politik dan bahkan ekonomi bangsa Indonesia. Sehingga pada periode reformasi sekarang ini diharapkan nafas, jiwa dan semangat para pendahulu kita itu juga turut memberi corak pada tata kehidupan kita sebagai bangsa yang berdaulat. Yang kita hadapi sekarang bukan lagi kolonial Belanda, ataupun Jepang tetapi tantangan kelanjutan dari pembangunan Nasional menuju masyarakat adil dan sejahtera yang memerlukan watak Nasionalisme dan patriotisme juga guna memperkuat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Serta mampu menciptakan bangsa Indonesia yang benar – benar bangkit dari keterpurukan moral, ekonomi, sosial serta budaya pada saat sekarang ini.




Daftar Pustaka

 

Merenungkan Makna Hari Kebangkitan Nasional, February 20, 2008

 

www.lontar.ui.ac.id/file

http://www.gudangmateri.com/2010/04/boedi-utomo-dan-kebangkitan-nasional.html

http://organisasi.org/komunitas dan perpustakaan online Indonesia

ARIANDA TANJUNG,WASPADA ONLINE. Thursday, 29 October 2009 04:04  

Marwati Djoened Poesponegoro, dkk. 1984. Sejarah Nasional Indonesia, Jilid
VI.BalaiPustaka.Jakarta.

Suhartono. 1994. Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai
Proklamasi 1908 – 1945. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Matroji, 2000, IPS Sejarah untuk SLTP kelas 2, Jakarta : Erlangga

07181310268



Jawaban Pancasila

1.        Drs. Moh. Hatta, K.H. Wachid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Mr. Kasman Singodimejo, dan Teuku M. Hasan.

2.A.     Drs. Moh. Hatta

Mohammad Hatta (perdana menteri pemerintah Republik Indonesia 1948-1950)

Ttl                    : Bukit tinggi, kota bukit tinggi, Sumatera Barat

                                    Indonesia, 12 Agustus 1902. 

Profesi             : Perdana Menteri Pemerintah RI (1948-1950)

Karier              : -Wakil Presiden NKRI (1945-1956)

-Perdana Menteri (1948-1950)

  -Menteri pertahanan (ad, interm) M. Luar. Negeri 

Pendidikan      : Headolf Hogeschool, Rotterdam (1925-1931)                     Nederhland Hendelshogeschool, Retterdom Belanda.

B.      K.H. Wachid Hasyim 

(Menteri agama No.1)

Ttl                    : Jombang, Jawa Timur, 1 Juni 1914

Profesi             : -Menjadi anggota MIAI (Majelis Islam A'la

                                       Indonesia.

                                      -Ketua majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi)

                                       Pada 24-Oktober-1943

                                      -Pendiri sekolah tiggi islam di Jakarta pada tahun

                                       1944.

                                      -Menjadi anggota BPUPKI

Pendidikan      : Madrasah Salafiyah, pesantren Tebuireng.

C.        Ki Bagus Hadikusumo

(pengurus besar Muhammadiyah)

Ttl                    : Kampung Kauman,Yogyakarta, 24 November 1890

Profesi             : -Ketua Majelis Tabligh, 1928

                                      -Ketua MajelisTarjih dan anggota komisi MPM

   Hoofdbestuur Muhammadiyah, 1926.

  -Ketua BP md pel.kongres ke-26 1937, Yogyakarta,

  anggota PUTERA, 1942.

  -Anggota BPUPKI dan PPKI.

Pendidikan      : Pesantren Wonokromo, Yogyakarta.

D.        Kasman Singodimejo

Ttl                    : Purworejo, Jawa Tengah, 25 Februari 1904

Profesi             : -Jaksa Agung Indonesia (1945-1946)

                                      -Matari Menteri Muda kehakiman pada kabinet

    Amir Syarifudin II.

  -Ketua KMP

  -Komandan PETA

Pendidikan      : -Holanda Indisc School (HIS) di Kwitang Jakarta.

                                      -Meer Uitgebred Lager Orderwigs (MULO) di

   Magelang.

  -School Tot Opleding Voor Indische Artsen (STOVIA)

   Jakarta.

 

 

E.         Teuku. M. Hasan

Ttl                    : Pidie, Aceh, 4 April 1906

Profesi             : -Gubernur Sumatera (1945-1948)

  -Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (19/12-1948

   13/07-1949)

  -Menteri Agama (19/12-1945 – 13/07-1949)

Pendidikan      : Ladien University, Belanda (usia 25 tahun).

 

3.   Piagam Jakarta merupakan sebuah pembukaan dari UUD tahun 45 yang pertama. Namun, piagam tersebut mengalami perubahan dimana, ada 7 kata yang dihapuskan dari piagam tersebut. Maksud dari penghapusan kata tersebut berkaitan dengan kemajemukan yang terdapat di tanah air. Indonesia sendiri terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki beragam jenis budaya dan tentunya agama. Tentunya, kemajemukan agama dipandang sebagai suatu hal yang indah dan semakin menguatkan persatuan. Penghapusan kata tersebut tentunya diputuskan secara mendalam serta berdasarkan berbagai pertimbangan yang akhirnya membuat Presiden Soekarno dan lainnya memutuskan untuk menghapus hal tersebut mengingat Indonesia adalah negara yang majemuk.