Senin, 06 Maret 2017

(Bung Muhammad) Menggagas Ide Dalam Menulis Opini

Tulisan ini terutama dipersembahkan bagi penulis pemula yang merasa kesulitan menuangkan ide-ide/gagasan atau pemikirannya ke dalam bentuk tulisan artikel (opini). Kuharap dapat membantu anda dalam menuangkan ekspresi sekaligus aspirasi sehingga layak disajikan untuk dikonsumsi bersama. Tanpa bermaksud menggurui dan terlepas dari tendensi apa pun kecuali rasa ingin berbagi atau saling memberi - maka diriku perlu berkontribusi nyata. Ada pun cara menulis artikel dapat diketahui sebagai berikut:


PEMBUKAAN:


Alinea pertama (menarik perhatian pembaca) Mengemukakan hal-hal paling menonjol dari topik/kasus yang dikaji, dari segi kontroversi, dampak, keunikan atau keistimewaan yang dapat dilihat atau dirasakan, baik saat ini atau masa depan. Penggunaan bahasa sesuai nuansa yang dibangun.


Alinea kedua (penjelasan obyek kajian) Mengurai singkat obyek kajian, pemaparan data obyektif, kalimat sederhana, mudah dipahami duduk perkaranya. Kemudian memberi penjelasan rinci pada bagian yang menjadi fokus kajian. Minimal menunjukkan: kapan kejadiannya, di mana dan melibatkan siapa. Untuk memperkuatobyektivitas dapat mengutip informasi dari data dokumentasi, suratkabar, media lain atau hasil observasi.

 

BAGIAN TENGAH:

Alinea ketiga (pemilihan obyekkajian) Menjelaskan pokok pikiran, mengapa memilih topik kajian atau focus of interest dari masalah yang dikaji. Kemukakan: apa dan siapa saja terkait masalah tersebut. Meyakinkan pembaca bahwa kajian ini penting, terutama untuk kesejahteraan masyarakat yang perlu "dibela."Yang perlu dibela: rakyat kecil,konsumen yang tidak berdaya atau kebenaran hakiki. Pemaparan ini menggunakan argumen rasional (teori, konsep atau konsep common sense), perlu juga mengemukakan bukti empiris.


Alinea keempat (masalah yang dikemukakan) Kemukakan masalah mendasar dari kajian. Masalah yang diangkat bukan sekadar permukaan, tetapi akar masalah dan masalah ikutan yang berimplikasi pada masalah teknis untuk memperkuat masalah yang dikemukakan. Pemaparan data empris yang menunjukkan adanya kontradiksi, ketidak-konsistenan, ketidak-rasionalan dan kejanggalan atau kesalahan berpikir (fallacy), baik menyangkut kebijakan maupun implementasi kebijakan.


BAGIAN AKHIR:

Alinea kelima (menjawab masalah) Menguraikan analisis berupa pemaparan premis-premis yang memperkuat kontradiksi yang diberikan. Premis dimaksud, berupa data empiris yang punya kaitan langsung atau tidak, bisa juga mengemukakan argumen rasional. Sudahi dengan uraian singkat, jelas.


Alinea keenam (solusi/langkah kongkret yang perlu diambil) Berikan solusi atas masalah yang dibangun. Solusi terhadap masalah yang dibahas tanpa meninggalkan substansinya. Solusi ditujukan kepada siapa dan apa yang perlu dilakukan oleh instansi atau organisasi atau individu. Kemukakan keuntungan bila melakukan solusi yang ditawarkan.



(BungBas) Sekilas Tentang Ekonomi

MENULIS  opini berarti menyebar luaskan gagasan. Dengan menulis opini, maka seseorang berarti mentransfer ide dan gagasannya ke ruang publik. Ia masuk ke ranah publik, dan berusaha mempengaruhi publik, dengan tujuan akhir: gagasannya diterima atau juga diperdebatkan. Dan ia siap untuk itu.

Karena itulah, menulis opini sesungguhnya adalah melakukan "rekreasi intelektual": mengasah otak, menajamkan pikiran, menantang munculnya ide-ide baru, juga menantang pendapat orang dengan argumentasi yang siap untuk diperdebatkan.

Menulis opini berarti memberikan wawasan dan pengetahuan untuk orang lain. Berbagai informasi, data, juga pengalaman.  Karena itulah, kegiatan menulis opini mestinya kegiatan yang dilakukan dengan hati. Dengan kesukacitaan, kegembiraan membagi gagasan dan kecintaan menyumbangkan ilmu dan pengetahuan.

Menulis opini adalah kegiatan yang menyenangkan. Siapa pun sesungguhnya bisa dan mampu untuk menulis opini.  Setiap orang yang memiliki  pengetahuan, mampu menulis,  sesungguhnya ia bisa menulis opini.  Dengan opini, tidak saja gagasan itu bisa menyebar, tapi juga, antara lain, membuat ia dikenal, juga mendapat honorarium.

Di Indonesia, hampir semua halaman surat kabar menyediakan rubrik opini. Dan hampir semuanya juga menyediankan honorarium untuk opini yang dimuat. Misalnya Koran Tempo dan Majalah Tempo.  Opini-opini ini pun beraneka ragam. Bisa soal masalah sosial, politik, agama,  pertanian, perkebunan, pertambangan, hukum, dan lain sebagainya. Penulis dengan latar belakang bidang yang dikuasainya, akan mendapat tempat khusus di media massa jika ia menulis opini tentang bidang yang dikuasainya tersebut. Ini karena dia dinilai memiliki otoritas.

Bahkan, kadang media secara khusus meminta orang tersebut untuk menulis topik-topik tertentu untuk hari-hari tertentu pula. Karena itulah, misalnya, kita mengenal nama Kwik Kian Gie untuk masalah ekonomi, Rhenald Kasali untuk pemasaran dan periklanan, nama Ignas Kleden untuk bidang sosial, nama  Mulya Lubis untuk bidang hukum atau nama HS. Dillon untuk bidang pertanian. Juga, misalnya Al Chaidar jika berkaitan dengan NII atau Emerson Yuntho jika berkaitan dengan masalah-masalah korupsi.

Tentu saja mereka ini tidak langsung menjadi penulis opini.Mereka juga belajar, melalui banyak tahap. Tetapi, yang jelas mereka memiliki kompetensi yang membuat masyarakat  mengakui,  mereka memang layak untuk menulis soal atau masalah yang mereka tulis tersebut.