Senin, 05 November 2018

B-181710022, Resensi film sang pencerah


Identitas Film

Sang pencerah

Produser          : Raam Punjabi

Director           : Hanung Bramantyo

Sutradara         : Hanung Bramantyo.

Penulis             : Hanung Bramantyo.

Produksi          : MVP Pictures

Genre              : Historical (sejarah), Indonesia Tahun : 2010

Jenis film         : Drama Islami.

Durasi              : 112 menit

Sinopsis Film :

Seting waktu dalam film ini adalah antara tahun 1867-1912 di daerah istimewa Yogyakarta. Film ini menceritakan tentang Darwis muda (Ihsan Taroreh) mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. Seorang pemuda usia 21 tahun yang gelisah atas pelaksanaan syariat Islam yang melenceng ke arah Bid'ah/sesat yang kita kenal sebagai "Islam kejawen".

 

Ringkasan Film :

Sang Pencerah adalah sebuah film yang mengisahkan pada suatu kampung terbesar di yogyakarta yakni kampung Kauman dengan Masjid besar sebagai pusat kegiatan Agama yang dipimpin seorang penghulu serta diberikan gelar Kamaludiningrat pada tahun 1868.

Saat itu Islam dipengaruhi oleh ajaran Syeh Siti Jenar yang meletakan raja sebagai perwujudan Tuhan dan masyarakat banyak meyakini bahwa raja adalah sabda Tuhan yang membuat syariat Islam bergeser kearah tahayul dan mistik.

Pada suatu masa lahirlah seorang anak laki-laki yang memiliki sifat berbeda dengan masyarakat kampung kauman dan diberi nama Ahmad Darwis, setelah Ahmad Darwis berusia 15 tahun,ia memutuskan untuk memunaikan ibadah haji dan mendalami agama islam di Mekah(arab), setelah pulang dari mekah untuk menimbah ilmu Ahmad Darwis merubah namanya menjadi Ahmad Dahlan dan setelah itu ia menikahi seorang permpuan adik dari K.H.Lurah Noor yang bernama Siti Walidah sepupunya sendiri. Ketika Ayahnya(K.H.Abu Bakar) wafat beliau menitipkan amanat kepada ahmad dahlan untuk meneruskan Langgar untuk kepentingan umat islam. Lalu Ahmad Dahlan langsung membuat pengajian yang langsung diramaikan oleh remaja tetapi itu semua menimbulkan kegelisahan oleh ulama yang lebih senior. Setelah itu Ahmad Dahlan melihat tentang arah kiblat pada masjid disemarang yang mengarah kearah timur laut dan hampir semua masjid didaerah tersebut termasuk masjid gede salah menentukan arah kiblat karena arah kiblat selama ini mengarah ke Afrika, tetapi pertentangan oleh para kyai termasuk penghulu, bahkan mereka menganggap Ahmad Dahlan sudah melenceng dengan ajaran islam sehingga para Kyai didesa kauman membongkar paksa mushola Ahmad Dahlan karna dikiranya mereka mengjarkan aliran yang tidak benar, setelah mereka membongkar Ahmad Dahlan pergi meninggalkan dasa kauman dengan membawa anak dan istrinya tetapi hal itu diurunginya karena pamannya membujuk untuk Ahmad Dahlan tidak meninggalkan desa karna masih bnyak yang membutuhkan beliau termasuk murid-muridnya. Setelah itu tidak lama kemudian Ahma Dahlan membangun kembali langgar.

Setelah itu Ahmad Dahlan meleksanakan ibadah haji yang ke 2 pada tahun 1903 bersama siradj. Masyarakat sangat membenci Ahmad Dahlan, masyarakat kampung bahkan menganggap bahwa ajaran yang diajarkan Ahmad Dahlan tersebut menyesatkan dan anak-anak dari masyarakat kampung dilarang untuk belajar terhadapnya karena sudah dikategorikan sebagai orang kafir, mereka selalu menyebutnya dengan sebutan Kyai kafir dan Kyai Ahmad Dahlan tidak terpengaruh dengan ejekan-ejekan yang dilontarkan orang-orang, Kyai Ahmad Dahlan tetap sabar dan teguh dengan pendiriannya.

Pada suatu masa Kyai Ahmad Dahlan mendirikan sekolah Madrasah dengan dibantu oleh murid-muridnya, sekolah tersebut dibuka secara geratis untuk umum. Kyai Ahmad Dahlan  dan murid-muridnya mencari anak-anak dikampung Kauman mereka dirawat layaknya anak sendiri dan dibekali dengan ajaran-ajaran Islam yang benar. Namun setelah berdirinya sekolah tersebut mendapati tolakan-tolakan dari guru-guru besar yang dahulu mengajari Kyai Ahmad Dahlan saat menuntut ilmu karena sekolah yang didirikan Kyai Ahmad Dahlan  menggunakan fasilitas-fasilitas yang sudah modern seperti adanya meja, kursi, papan tulis karena fasilitas tersebut adalah fasilitas yang digunakan oleh orang-orang kafir.

Saat guru besar yang mengajari Kyai Ahmad Dahlan datang mengunjungi sekolah yang didirikan Kyai Ahmad Dahlan gurunya Kyai Ahmad Dahlan tersebut malah mengejek-ngejek Kyai Ahmad Dahlan karena Kyai Ahmad Dahlan salah telah menggunakan fasilitas sekolahnya dengan buatan orang-orang kafir. Akan tetapi Kyai Ahmad Dahlan menanggapinya dengan tenang dan sabar malah Kyai Ahmad Dahlan menjelaskan balik secara sopan kepada gurunya tersebut.

Ahmad dahlan ingin belajar tentang pembentukan suatu perkumpulan organisasi itu seperti apa. Setelah beliau belajar dengan Budi Utomo tentang pembentukan suatu organisasi setelah itu beliau langsung membentuk susunan organisasi dan beliau menjabat sebagai presiden dan dengan menamakan organisasi atau pekumpulan tersebut dengan memberi nama "MUHAMMADIYAH" yang artinya pengikut nabi Muhammad SAW.organisasi yang bertujuan untuk kepentingan umat buakan kepentingan pribadi dengan menjujung tinggi amanah dan terbuka dengan siapapun. Namun, kyai penghulu tidak mengijinkan pembentukan organisasi tersebut karna menurutnya kyai ahmad dahlan didalam organisasi menjebat sebagai residen yang artinya penguasa setelah dipahami oleh  kyai penghulu bahwa sebenarnya ahmad dahlan menjebat sebagai kepala atau presiden dari organisasi tersebut.setelah itu semua yang sudah dilalukan oleh ahmad dahlan diterima adan dimengeri oleh para kyai dan masyarakat makan keberadaan organisasi muhammadiyah sudah mulai diterima dan K.H.Ahmad Dahlan memutuskan lahirnya Muhammadiyah.

Kelebihan dan Kekurangan Film :

Kelebihan   :

Menceritakan pertama kali penyebaran agama Islam,mencangkup aspek tentang keagamaan, percintaan, dan kesetiaan, memberikan pembelajaran kesetiaan agama Islam nilai sosialnya juga tinggi / sangat baik, di dalam agama maupun saling gotong royong / saling membantu antara satu sama lain.

 

Kekurangan :

Banyaknya warga / masyarakat yang masih terpengaruh terhadap pengajaran agama sesat sampai-sampai warga mau di hasut dan merobohkan / merusak Langgar Kyai yang benar - benar menganut agama Islam.

 

Kesimpulan :

Novel ini mengajak kita untuk mengenal lebih dalam pembentuk organisasi muhammadiyah. novel ini baik di baca siapa saja dewasa, remaja, anak-anak, maupun orang tua sekalipun. Dalam novel ini kita akan di ajak merenung, menjelajahi islam yang sebenarnya

 

 


1 komentar:

  1. Banyak bahasa yang terbelit belit juga penulisan yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia

    BalasHapus