Senin, 05 November 2018

B. 181710095 buku sang guru KI Hajar Dewantara

Melalui buku ini, kita dapat menegenal lebih dekat dengan salah seorang tokoh yang sangat berpengaruh bagi Indonesia, sosok yang dikenal sebagai Bapak pendidikan,Bapak Bangsa,Pahlawan Nasional dan juga pendiri Tamansiswa.

Ki Hajar Dewantara, Beliau terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir dikota Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Anak kelima dari Sembilan saudara ini merupakan keturunan pangeran Kadipaten Puro Pakualaman yang notabennya adalah seorang ningrat.

Sejak kecil beliau oleh sudara-saudaranya dan hampir seluruh kerabat istana Kadipaten Puro Pakualaman sering dipanggil dengan nama Raden Mas Jemblung Trunogati, sehingga hal itu membuatnya bingung dan mengira bahwa itu adalah nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Meski lahir dan besar di lingkungan keratin, tetapi beliau ini tidak sungkan untuk dekat dengan rakyat kebanyakan.

Ki Hajar Dewantara begitu tertarik dengan dunia jurnalistik, hal ini dibuktikan dengan beliau bekerja sebagai wartawan di salah satu surat kabar pada Jaman pemerintahan Belanda yaitu Surat Kabar De Expres,Midden Java,Oetoesan Hindia,Kaum Moeda,Tjahaja Timoer, dan Poesara.

Beliau banyak menuangkan kekesalannya terhadap  Belanda melalui tulisan-tulisannya di majalah De Expres. Gaya penulisan Ki Hajar Dewantara cendrung tajam dan mencerminkan senmangan anti kolonial  di dalam artikel yang ditulisnya beliau mengungkapkan, betapa tidak tahu malunya  orang-orang belanda  merayakan kemerdekannya dengan memakai uang rakyat yang hidup di negeri  jajahannya

Keseriusannya dalam membela kepentingan-kepentingan rakyat jelata dibuktikan dengan beraninya beliau mengirimkan surat kepada Ratu Belanda, beliau meminta adar pasal 11 undang-undang Governemen Hindia Belanda tentang larangan orang-orang Inlander mendirikan partai politik dihapuskan.

Karena keberanian beliau itu,pemerintah belanda mengasingkan beliau ke belanda selama enam tahun. Selama msa perasingan beliau secara tekun mendalami masalah pendidikan dan pengajaran dan berkat kegigihannya itu beliau memperoleh Europesche Akte.

Setelah kembali ke tanah air , beliau mulai tertarik untuk menjadikan pendidikan sebagai alat perjuangan . Berangkat dari impian dan cita-cita luhurnya itu, beliau dan teman-teman seperjuangannya mendirikan "Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa".

Sejak saat itu beliau dikenal sebagai tokoh Boemi Poetra yang memiliki dedikasi tinggi terhadap nasib bangsa Indonesia dengan membawa spirit kerakyatan. Menjadikan pendidikan sebagai alat perjuangannya.

Melalui  Perguruan Tinggi Tamansiswa yang digagasnya itulah, beliau berjuang  untuk menunjukkan keyakinannya. Bahwa tujuan terpenting dari proses pendidikan adalah membantu peserta didik untuk menjadi manusia yang merdeka. Menjadi ikhtiar untuk menyiapkan generasi bangsa Indonesia yang bebas dari cengkeraman penjajah, tidak hidup diperintah, berdiri diatas kaki sendiri, dan cakap mengatur hidupnya dengan tertib.

Ki Hajar Dewantara kemudian diangkat sebagai menteri pengajaran Indonesia yang saat ini dikenal sebagai menteri pendidikan oleh Presiden Soekarno. Berkat jasa-jasanya beliau juga dianugerahi gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Gadjah Mada, dan ia juga dianugerahi gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional serta setiap hari kelahiran beliau pun diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Ki Hajar Dewantara wafat pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di Taman Wijaya. Sebagai rasa hormat wajah beliau diabadikan pemerintah kedalam uang pecahan sebesar 20.000 rupiah.

Ki Hajar Dewantara merupakan salah seorang diantara Bapak Bangsa dan Pahlawan Nasional. Semasa hidupnya beliau dikenal sebagai aktivis kemerdekaan Indonesia,politis dan pelopor pendidikan untuk kalangan Inlander sejak zaman pemerintahan Belanda. Perjalanan bidup bwliau sejak lahir hingga beliau meninggal dunia benar-benar diwarnai dengan semangat perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsa Indonesia.

Keras tapi tidak kasar. Demikianlah cirri khas kepribadian Ki Hajar Dewantara yang diakui oleh teman-teman seperjuangannya. Kesetiaannya dan idealismenya selalu tergambar jelas dalam setiap tindakan dan kiprahnya. Meskipun secara fisik terlihat ringkih, tetapi semangat juangnya menggelora. Beliau memilih untuk mengabdi sepenuhnya kepada negeri. Di tengah keterbatasnya, berusaha memberikan 'ruang belajar' pada pribumi, demi bangsa Indonesia yang merdeka dan bermartabat

Kelebihan : Kelebihan buku ini ada pada penyampai penulis terhadap karakter tokoh didalam buku ini sangat jelas sehingga pembaca mudah mengerti. Buku ini juga disusun cukup lengkap tentang kehidupan sang tokoh sehingga pembaca tidak hanya menikmati perjalanan hidupnya saja tapi kehidupan kesehariannya juga tergambar jelas. Buku ini sangat banyak mengandung pesan moral  dan kisah-kisah inspiratif yang dapat membangkitkan semangat pembaca  terutama generasi muda.

Kekurangan:  kekurangan buku ini terletak pada begitu banyaknya bab yang disusun sehingga pembaca cukup bosan membacanya karena terlalu banyak bab. Sangat disayangkan didalam buku penyampaian informasi historis yang dipaparkan terlalu kental sehingga buku mirip dengan buku sejarah dan agak membosankan.

Kesimpulan: Buku ini menjadi buku yang mencerahkan terutama generasi muda Bangsa Indonesia saat ini. Sehingga mereka memiliki semangat pendidikan yang murni dan tulus sebagaimana yang telah diajarkan Ki Hajar Dewantara dan kita sebagai generasi muda harus melanjutkan perjuangan Ki Hajar Dewantara untuk memajukan pendidikan yang ada di Indonesia.

Melalui buku ini, kita dapat menegenal lebih dekat dengan salah seorang tokoh yang sangat berpengaruh bagi Indonesia, sosok yang dikenal sebagai Bapak pendidikan,Bapak Bangsa,Pahlawan Nasional dan juga pendiri Tamansiswa.

Ki Hajar Dewantara, Beliau terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir dikota Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Anak kelima dari Sembilan saudara ini merupakan keturunan pangeran Kadipaten Puro Pakualaman yang notabennya adalah seorang ningrat.

Sejak kecil beliau oleh sudara-saudaranya dan hampir seluruh kerabat istana Kadipaten Puro Pakualaman sering dipanggil dengan nama Raden Mas Jemblung Trunogati, sehingga hal itu membuatnya bingung dan mengira bahwa itu adalah nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Meski lahir dan besar di lingkungan keratin, tetapi beliau ini tidak sungkan untuk dekat dengan rakyat kebanyakan.

Ki Hajar Dewantara begitu tertarik dengan dunia jurnalistik, hal ini dibuktikan dengan beliau bekerja sebagai wartawan di salah satu surat kabar pada Jaman pemerintahan Belanda yaitu Surat Kabar De Expres,Midden Java,Oetoesan Hindia,Kaum Moeda,Tjahaja Timoer, dan Poesara.

Beliau banyak menuangkan kekesalannya terhadap  Belanda melalui tulisan-tulisannya di majalah De Expres. Gaya penulisan Ki Hajar Dewantara cendrung tajam dan mencerminkan senmangan anti kolonial  di dalam artikel yang ditulisnya beliau mengungkapkan, betapa tidak tahu malunya  orang-orang belanda  merayakan kemerdekannya dengan memakai uang rakyat yang hidup di negeri  jajahannya

Keseriusannya dalam membela kepentingan-kepentingan rakyat jelata dibuktikan dengan beraninya beliau mengirimkan surat kepada Ratu Belanda, beliau meminta adar pasal 11 undang-undang Governemen Hindia Belanda tentang larangan orang-orang Inlander mendirikan partai politik dihapuskan.

Karena keberanian beliau itu,pemerintah belanda mengasingkan beliau ke belanda selama enam tahun. Selama msa perasingan beliau secara tekun mendalami masalah pendidikan dan pengajaran dan berkat kegigihannya itu beliau memperoleh Europesche Akte.

Setelah kembali ke tanah air , beliau mulai tertarik untuk menjadikan pendidikan sebagai alat perjuangan . Berangkat dari impian dan cita-cita luhurnya itu, beliau dan teman-teman seperjuangannya mendirikan "Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa".

Sejak saat itu beliau dikenal sebagai tokoh Boemi Poetra yang memiliki dedikasi tinggi terhadap nasib bangsa Indonesia dengan membawa spirit kerakyatan. Menjadikan pendidikan sebagai alat perjuangannya.

Melalui  Perguruan Tinggi Tamansiswa yang digagasnya itulah, beliau berjuang  untuk menunjukkan keyakinannya. Bahwa tujuan terpenting dari proses pendidikan adalah membantu peserta didik untuk menjadi manusia yang merdeka. Menjadi ikhtiar untuk menyiapkan generasi bangsa Indonesia yang bebas dari cengkeraman penjajah, tidak hidup diperintah, berdiri diatas kaki sendiri, dan cakap mengatur hidupnya dengan tertib.

Ki Hajar Dewantara kemudian diangkat sebagai menteri pengajaran Indonesia yang saat ini dikenal sebagai menteri pendidikan oleh Presiden Soekarno. Berkat jasa-jasanya beliau juga dianugerahi gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Gadjah Mada, dan ia juga dianugerahi gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional serta setiap hari kelahiran beliau pun diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Ki Hajar Dewantara wafat pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di Taman Wijaya. Sebagai rasa hormat wajah beliau diabadikan pemerintah kedalam uang pecahan sebesar 20.000 rupiah.

Ki Hajar Dewantara merupakan salah seorang diantara Bapak Bangsa dan Pahlawan Nasional. Semasa hidupnya beliau dikenal sebagai aktivis kemerdekaan Indonesia,politis dan pelopor pendidikan untuk kalangan Inlander sejak zaman pemerintahan Belanda. Perjalanan bidup bwliau sejak lahir hingga beliau meninggal dunia benar-benar diwarnai dengan semangat perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsa Indonesia.

Keras tapi tidak kasar. Demikianlah cirri khas kepribadian Ki Hajar Dewantara yang diakui oleh teman-teman seperjuangannya. Kesetiaannya dan idealismenya selalu tergambar jelas dalam setiap tindakan dan kiprahnya. Meskipun secara fisik terlihat ringkih, tetapi semangat juangnya menggelora. Beliau memilih untuk mengabdi sepenuhnya kepada negeri. Di tengah keterbatasnya, berusaha memberikan 'ruang belajar' pada pribumi, demi bangsa Indonesia yang merdeka dan bermartabat

Kelebihan
Kelebihan buku ini ada pada penyampai penulis terhadap karakter tokoh didalam buku ini sangat jelas sehingga pembaca mudah mengerti. Buku ini juga disusun cukup lengkap tentang kehidupan sang tokoh sehingga pembaca tidak hanya menikmati perjalanan hidupnya saja tapi kehidupan kesehariannya juga tergambar jelas. Buku ini sangat banyak mengandung pesan moral  dan kisah-kisah inspiratif yang dapat membangkitkan semangat pembaca  terutama generasi muda.

Kekurangan
kekurangan buku ini terletak pada begitu banyaknya bab yang disusun sehingga pembaca cukup bosan membacanya karena terlalu banyak bab. Sangat disayangkan didalam buku penyampaian informasi historis yang dipaparkan terlalu kental sehingga buku mirip dengan buku sejarah dan agak membosankan.

Kesimpulan: Buku ini menjadi buku yang mencerahkan terutama generasi muda Bangsa Indonesia saat ini. Sehingga mereka memiliki semangat pendidikan yang murni dan tulus sebagaimana yang telah diajarkan Ki Hajar Dewantara dan kita sebagai generasi muda harus melanjutkan perjuangan Ki Hajar Dewantara untuk memajukan pendidikan yang ada di Indonesia.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar