Rabu, 04 Oktober 2017

(Muhammad Luthfi Yurza Siswanto 08 Manajemen Malam) pancasila menurut saya dari sudut pandang islam

Pancasila menurut saya dari sudut pandang islam

 

 

 

Jika Barat punya ideologi yang sangat diagung-agungkan yaitu liberal kapitalis, dan Timur terkenal dengan isme sosialisnya, kita sebagai bangsa Indonesia tak kalah hebatnya punya Pancasila. Inilah perjanjian luhur dan kesepakatan bersama para founding fathers kita, Bapak bangsa. Mereka adalah para pendiri bangsa berbeda-beda latar belakang. Ada tokoh nasionalis, tokoh agama, bahkan ada tokoh yang berpaham sosialis. Dengan menjunjung tinggi esensi musyawarah, akhirnya disepakati untuk menjadikan Pancasila sebagai nilai-nilai dasar negara (ideologi bangsa). Indonesia adalah milik semua golongan, dengan berbagai macam karakter, suku, agama, ras, maupun golongan. Pancasila menaungi perbedaan, menghargai kebebasan, dan Pancasila menyatukan semuanya.
Maka sudah tidak relevan lagi mempertentangkan dasar negara Pancasila dengan Islam. Tetapi ironisnya, sampai saat ini masih ada golongan ataupun kelompok tertentu yang masih mempermasalahkan dasar negara Indonesia. Dengan segala asumsinya yang salah satunya bahwa Islam mempunyai sistem pemerintahan tersendiri, yaitu khilafah.
Yang menjadi pertanyaan besarnya apakah benar Pancasila itu bertentangan dengan nilai-nilai Islam?
Saya akan mencoba mengurai Pancasila dari mulai sila kesatu sampai sila kelima, dihubungkan dengan ayat-ayat Al-Quran.

Sila pertama, "Ketuhanan yang Maha Esa". Inilah yang menjadi jawaban bahwa Indonesia bukan negara sekuler, karena tidak ada pendikotomian antara kehidupan negara dengan agama. Al-Quran telah menjawab sila kesatu itu bahwa "wa ilahukum ilahu wahidun" : Dan Tuhanmu itu, Tuhan Yang Maha Esa. (QS Al-Baqoroh:163). Maka, kalau dipahami secara tekstual saja, orang awam seperti saya pun tahu bahwa tidak ada pertentangan antara sila kesatu Pancasila dengan nilai-nilai Tauhidullah dalam Al-Quran.

 

Sila kedua, "Kemanusiaan yang Adil Dan Beradab". Sila kedua ini berhubungan dengan sikap dan karakter (akhlak) manusia dalam bermasyarkat, menjadikan manusia yang beradab dan madani adalah ajaran Islam. Sebagaimana Rasul pun diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia"fala tattabiul hawaa-anta'diluu". Maka janganlah kamu mengikuti hawa, hendaklah kamu jadi manusia yang adil. (QS An Nisaa:135).

Sila ketiga, "Persatuan Indonesia". Indonesia didirikan bukan untuk golongan tertentu, bukan untuk agama tertentu, bukan untuk daerah tertenu, maka sudah sepantasnyalah kita menghilangkan ego kesukuan, ego kedaerahan, primordialisme, yang akan memecah belah bangsa kita tercinta ini. Islam pun mengajarkan bahwa persatuan umat adalah suatu keniscayaan. "Waja alnaakum syu'uuba wa qobaila lita'arofu". Dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal (QS Alhujrot:13).

Sila keempat, "Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan". Inilah yang mendasari bahwa setiap urusan berbangsa dan bernegara harus mengutamakn musyawarah mufakat.

Dalam musyawarah tidak ada istilah menang atau kalah (win or lose), tapi yang diutamakan adalah keputusan bersama dan untuk kemaslahatan bersama. Dalam islam juga dikenal konsep mudzakarah (saling mengingatkan), tentunya saling mengingatkan dalam hal kebenaran dan ketakwaan.

Al-Quran dalam beberapa ayatnya selalu menekankan kepada umatnya agar setiap permasalahan diselesaikan dengan bijaksana dengan cara musyawarah mufakat. "Wa afrohum syuuroo bainahum." Dan perkara mereka dimusyawarhkan antara mereka (QS Asy Syuraa: 38). Konsep syura inilah yang diadopsi dan diinternalisasi oleh pendiri bangsa kedalam sila keempat Pancasila.

 

Sila kelima, "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia". Indonesia sebagai negara kesejahteraan (welfare state), memiliki kewajiban mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia, tanpa ada diskriminasi. Seluruh rakyat mempunyai hak dan kewajiban yang sama, tanpa membedakan ras, golongan, suku maupun agama.
Islam pun demikian dalam salah satu ayat Al-quran (QS An Nahl: 90). Allah SWT berfirman: "Innallaaha ya'murukum bil adli wal ikhsan". Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan.

Islam lahir untuk menebar rahmat dan perdamaian, bukan untuk menebar kebencian dan permusuhan apalagi kekerasan. Tidak ada paksaan kepada setiap orang untuk memeluk islam. Allah SWT berfirman: "Tidak ada paksaan untuk memasuki din (agama) Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang salah" (QS Al-Baqarah : 256).
Jika memahami Pancasila secara holistik tanpa tendensi-tendensi akut akan egoisme golongan, serta menyelaraskannya dengan nilai-nilai hakiki dalam Islam, maka tidak ada keraguan lagi bahwa antara Pancasila dan nilai-nilai Islam itu tidak bertentangan.
Sekarang, bukanlah saatnya teriak-teriak untuk mengubah dasar Negara Indonesia. Bukan saatnya lagi mengantitesiskan dan membentur-benturkan antara Pancasila dengan Islam. Mulailah bersatu, berdampingan, hidup rukun, damai, menghargai kebhinekaan, karena sejatinya perbedaan itu adalah keniscayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar