Selasa, 16 Oktober 2018

B 181710084 Kebudayaan menganjan dayak pesaguan Kalimantan Barat


        Menganjan adalah ritual syukuran  agar arwah masuk ke seruga dalam sebayan tujoh(surga, bahasa Pesaguan). "Dalam ritual menganjan, masyarakat Dayak Pesaguan diingatkan akan pengorbanan jiwa raga orang Tuluyan yang selalu dijadikan tumbal dalam setiap ritual menganjan,"jelas Gemalo Nius, kepala adat kampung Serengkah Kanan (55 tahun). Menganjan dilakukan pada saat kematian atau beberapa tahun kemudian. Jika saat kematian, maka menganjan dilakukan jika pembuatans andung atau tambak telah selesai. Artinya butuh waktutiga atau empat hari. Tambak adalah bangunan bujur sangkar dengan ukiran motif di dindingnya yang diletakkan di pusara makam dan di bagian atasnya diberi atap.
      Secara sederhana makna menganjan adalah ungkapankemenangan atas maut.Dengan menganjan dimaksudkan agar suasanaduka dalam masa berkabung diganti dengan suasanariang gembira.Menganjan juga untuk melepaskansemacam ikatan yang disebut pantang pamali.Setelah menganjan orang yang berkabung boleh bersukaria, termasuk boleh menikah lagi,"jelas Nius yang memimpin seluruh prosesi menganjan.
      Ritual menganjan yang terbaru terjadi di Kampung Serengkah Kanan, Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, 450 km Selatan Kota Pontianak tanggal 6-8 Juli 2012. Ada empat orang yang dikanjakan, yakni almarhum Gando Bakah Berandong Marsianus Silan, Salesta Ita, Petrus dan Dalmasius Itan. Silan adalah kepala adat kampung Serengkah Kanan selama sembilan tahun; sedangkan Ita, Petrus dan Itan adalah anaknya. Tuan rumah mengundang warga dari 9 kampung. Karena itulah, ribuan orang berkumpul di sana. Penulis mengikuti seluruh prosesi ritual ini.
.
       Adapun acara yang paling di gemari dalam menganjan ini adalah Bedansai.  Bedansai merupakan nama Lain dari bergoyang mengelilingi tambak yang sudah di buat sesuai irama gong yang di pukul berirama sehingga menghasilkan bunyi yang sangat indah, sehingga bisa membuat orang yng mendengar irama tersebut bergoyang dengan asiknya.
       Terkadang ratusan hingga ribuan orang baik dari kalangan anak-anak, remaja,orang Dewasa, hingga lanjut usiapun datang untuk menghadiri acara menganjan tersebut untuk bergembiraria memeriahkan ritual menganjan. Berbagai golongan ras dari golongan apa saja baik orang dayak maupun orang melayu dan orang luar negri sekalipun hadir untuk menikmati ritual menganjan tersebut.  Acara bedansai biasanya dilakukan selama 3 hari 2 malam adapun acara akirnya adalah menebang jarau.  Adapun pengertian Jarau adalah sebuah pohon batang pinang yang digantungi  berbagai ragam makanan ringan dan perlengkapan rumah tangga, penebangan jarau ini yang sangat mengasikan karena orang berebutan mengambil buah dari jarau.  Jumlah Jarau bisa mencapai ratusan batang atau  lebih tergantung sumbangan desa yang di undang. Hingga jarau habis di tebang berarti pertanda acara ritual menganjan sudah selesai.
Jadi kebudayan menganjan mengandung nilai panca sila yang ke 3 dan ke 4  "  PERSATUAN INDONESIA. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN,PERWAKILAN". 
Adapun alasan saya memilih kebudayaan ini karena, mengandung nilain sila ke 3 dan ke 4.  kebudayaan ini sangat menyenangkan untuk di ikuti dan di jaga ke aslian-nya dari budaya Dayak kalimantan barat khususnya di Kabupaten KETAPANG. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar