Makalah Sejarah Tentang Peristiwa Rengasdengklok
Kata Pengantar
Puji dan syukur hanyalah milik Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kepada-Nya kita memuji dan bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon perlindungan dari keburukan diri dan syaitan yang selalu menghembuskan kebatilan. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala, maka tak seorang pun dapat menyesatkannya dan barangsiapa disesatkan oleh-Nya maka tak seorang pun dapat memberi petunjuk kepadanya. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu'alaihiwasallam, keluarga, sahabat, juga pada orang-orang yang senantiasa mengikuti sunnah-sunnahnya.
Dengan rahmat dan pertolongan-Nya Alhamdulillah Makalah yang berjudul Peristiwa Rengasdengklok ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang mungkin saya terima, itu sangat bermanfaat membangunkan semangat juang saya untuk menyempurnakan makalah ini. Mudah-mudahan semua itu dapat menjadikan cambuk bagi saya agar lebih meningkatkan kualitas Makalah ini di masa yang akan datang.
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar ..................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peristiwa Rengasdengklok.................................................................... 4
2.2 Kronologi Peristiwa Rengasdengklok ................................................. 5
2.3 Akhir Peristiwa Rengasdengklok ........................................................ 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 7
3.2 Saran .................................................................................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada waktu itu Soekarno dan Moh. Hatta, tokoh-tokoh menginginkan agar proklamasi dilakukan melalui PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan agar proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang. Selain itu, hal tersebut dilakukan agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Para golongan pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia, menjadi seolah-olah merupakan pemberian dari Jepang. Sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak oleh Soekarno karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI.
Tahukah kalian, bahwa Indonesia termasuk sekelompok kecil bangsa yang memperoleh kemerdekaan bukan sebagai pemberian penjajah, atau sebagai hasil suatu proses damai belaka? Kemerdekaan yang kita miliki sekarang diraih melalui suatu perjuangan panjang dan berat, dengan titik puncaknya dikumandangkan Proklamasi Kemerdekaan pada 17 agustus 1945. Proklamasi ditunjukkan kepada dunia luar bahwa kemerdekaan adalah segala hak segala bangsa yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun. Konsekuensinya dengan proklamasi tersebut, bangsa Indonesia siap menghadapi segala kemungkinan nanti yang akan muncul dan mengancam keberadaan Bangsa Indonesia sebagai Negara yang Merdeka. Proklamasi merupakan puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Proklamasi menjadi alat hukum international untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh dunia, bahwa Bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk menggenggam seluruh hak kemerdekaan.
Momentum yang paling bersejarah bagi suatu bangsa adalah keberhasilannya melepaskan diri dari keterkaitan dan penguasaan bangsa lain. Hal ini diwujudkan dengan bentuk mengumandangkan pernyataan kemerdekaan yang disebarluaskan keseluruh dunia. Melalui perjalanan yang panjang, Bangsa Indonesia mampu mempersiapkan diri untuk mengatur bangsanya sendiri melalui kemerdekaan. Dengan proklamasi berarti Bangsa Indonesia berhasil melepaskan diri dari belenggu penjajahan bangsa asing, sekaligus berhasil membuat pemerintahan sendiri.
Sejak mendengar berita proklamasi, masyarakat Indonesia menyambutnya dengan rasa gembira. Rakyat meneriakkan pekik kemerdekaan "Merdeka atau Mati" dan "Sekali Merdeka Tetap Merdeka". Kegembiraan rakyat ini terjadi tidak hanya di Jakarta, tetapi sampai juga di luar Jawa bahkan akhirnya rakyat seluruh Indonesia mengetahuinya. Kemerdekaan yang di peroleh bangsa Indonesia bukan karena pemberian bangsa lain, akan tetapi merupakan hasil jerih payah sendiri, berkat kegigihan dan keuletan dalam menghadapi segala bentuk pemerasan dari penjajah.
Menurut mereka, PPKI adalah buatan Jepang setelah mendengar Jepang menyerah kepada sekutu, Sutan Syahrir yang merupakan tokoh pemuda segera menemui Moh. Hatta di kediamannya. Syahrir mendesak agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang dapat disebut golongan tua belum bersedia. Mereka yakin bahwa bagaimanapun juga Indonesia tidak lagi tetap akan merdeka. Pada Rabu, 15 Agustus 1945 sekitar jam 20.00, para pemuda mengadakan pertemuan di sebuah ruangan di belakang Laboratorium Biologi Pegangsaan Timur 17 (sekarang FKM UI). Pertemuan dihadiri oleh Chaerul Saleh, Darwis, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Aidit Sunyoto, Abubakar, E. Sudewo, Wikana, dan Armansyah.
Pertemuan yang dipimpin Chairul Saleh tersebut memutuskan bahwa "Kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak dapat digantung-gantungkan pada orang atau kerajaan lain. Untuk menyatakan bahwa Indonesia sudah sanggup merdeka, dan sudah tiba saat merdeka, baik menurut keadaan atau kodrat maupun histroris. Jalannya hanya satu, yaitu dengan Proklamasi Kemerdekaan oleh Bangsa Indonesia sendiri, lepas dari bangsa asing, bangsa apapun juga". Segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan. Sebaliknya diharapkan diadakannya perundingan dengan Soekarno dan Hatta agar mereka diikutsertakan menyatakan Proklamasi mengingat usaha Sutan Syahrir belum berhasil.
Untuk menyampaikan hasil putusan Perundingan Pegangsaan ini kepada Soekarno, maka pada pukul 22.00 Wikana dan Darwis datang ke rumah Sukarno di Pegangsaan Timur 56. Namun Soekarno tetap pada pendiriannya bahwa Jepang masih berkuasa secara de facto. Soekarno bahkan mengingatkan bahwa musuh mereka bukan lagi Jepang, tetapi Belanda yang pasti segera datang setelah Jepang menyerah. Akhirnya pada pukul 24.00 para pemuda meninggalkan kediaman Soekarno. Akibat perbedaan tersebut, maka terjadilah peristiwa Rengasdengklok, Mereka langsung mengadakan pertemuan di Jl. Cikini 71 Jakarta (seperti Sukarni, Yusuf Kunto, Chairul Saleh, dan Shodanco Singgih).
Rapat memutuskan, seperti diusulkan Djohar Nur, "Segera bertindak, Bung Karno dan Bung Hatta harus kita angkat dari rumah masing-masing". Chaerul Saleh yang memimpin rapat, menegaskannya sebagai keputusan rapat dengan berkata, "Bung Karno dan Bung Hatta kita angkat saja. Selamatkan mereka dari tangan Jepang dan laksanakan Proklamasi tanggal 16 Agustus 1945." Rencana mengamankan Sukarno dan Moh. Hatta pun disepakati. Shodanco Singgih ditunjuk untuk memimpin pelaksanaan rencana tersebut.
1.2 Tujuan
- Menganalisis tentang peristiwa rengasdengklok
- Menganalisis peristiwa proklamasi dan maknanya bagi kehidupan bangsa.
- Merekonstruksi pemerintahan dan NKRI.
- Meneladani perjuangan para okoh proklamasi.
- Mensyukuri nikmat tuhan YME yang telah memberi karunia kemerdekaan kepada
bangsa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh para golongan pemuda pemuda antara lain Soekarni, Wikana, dan Chaerul Soleh terhadap Soekarno dan Hatta. Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat dilaksanakanya proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai adanya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Soebardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan terutama setelah Jepang kalah dalam Perang Pasifik peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB.
Rengasdengklok sebenarnya adalah nama sebuah kota kecil di Jawa Barat. Rengasdengklok menjadi menarik karena menjadi bagian dari sejarah Proklamasi Indonesia. Di kota inilah kedua pemimpin Bangsa Indonesia ditempatkan setelah melewati peristiwa "penculikan" oleh para pemuda di Jakarta. Peristiwa itulah yang umum dikenal dengan nama Peristiwa Rengasdengklok, yang terjadi sehari sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peristiwa Rengasdengklok berawal ketika Marsekal terauci selaku Panglima Angkatan Perang Jepang di kawasan Asia Tenggara memanggil Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan Dr. Radjiman Widiodiningrat agar datang ke Dalath,Vietnam untuk mendapatkan janji kemerdekaan. Dr.Radjiman Widiodiningrat turut dipanggil ke Dalath dalam kepastiannya sebagai ketua BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia/Dokuritsu Junbi Cosakai.
Mereka bertolak ke Dalath tanggal 9 Agustus 1945, sedangkan pertemuan dengan Marsekal Terauci baru dilangsungkan pada tanggal 12 Agustus 1945. Sementara itu, berita penyerahan Jepang kepada Sekutu didengar oleh Sutan Syahrir dan para pemuda yang termasuk orang orang Menteng Raya 31 Jakarta antara lain Chaeril Saleh, Abu Bakar Lubis, dan Wikana melalui radio Amerika Serikat. Berkait dengan hal tersebut, Golongan muda mengadakan rapat disalah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan timur Jakarta.
Rapat tersebut dipimpin oleh Chaerul Saleh yang menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan muda yang menegaskan bahwa kemerdekaan indonesia adalah hal dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat digantungkan kepada bangsa lain. Hubungan dan janji kemerdekaan harus diputus, dan sebaliknya perlu mengadakan pertemuan dengan Ir. Soekarno dan Drs. M. Hatta agar kelompok pemuda diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi.
Bung Karno dan Bung Hatta yang baru pulang menghadap Marsekal Terauci di Dalath Vietnam tanggal 15 Agustus 1945, pada pukul 22.00 WIB didesak oleh kelompok pemuda yang dipimpin oleh Wikana dan Darwis yang mewakili kelompok muda untuk segera memproklamasikan negara Indonesia, tetapi Bung Karno dan Bung Hatta (Golongan Tua) belum bersedia karena akan mencari kebenaran resmi berita tersebut dan membicarakan pelaksanaan proklamasi dalam rapat PPKI.
Perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda tersebut menjadi penyebab terjadinya peristiwa Rengasdengklok. Para pemuda pada pukul 04.00 tanggal 16 Agustus 1945 segera menculik atau mengamankan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok , sebuah kota kecil yang terletak diutara karawang, Jawa Barat. Tokoh tokoh pemuda yang menculik diantaranya Soekarni, Yusuf Kunto, dan Syudanco Singgih. Tujuannya adalah untuk menjauhkan Bung Karno dan Bung Hatta dari segala pengaruh jepang. Daerah Rengaadengklok ini sudah dikuasai sepenuhnya oleh pasukan PETA yang dipimpin oleh Syudanco Subeno.
2.2 Kronologi Peristiwa Rengasdengklok
Pada dinihari sekitar pukul 03.00 itu terjadilah sepeti yang mereka rencanakan. Peristiwa ini kemudian terkenal sebagai Peristiwa Rengasdengklok. Segera kelompok yang diberi tugas mengamankan Soekarno melaksanakan tugasnya. Singgih meminta Bung Karno ikut kelompok Pemuda malam itu juga. Bung Karno tidak menolak keingingan para pemuda dan minta agar Fatmawati, Guntur (waktu itu berusia sekitar delapan bulan) serta Moh. Hatta ikut serta. Menjelang subuh (sekitar 04.00) tanggal 16 Agustus 1945 mereka segera menuju Rengasdengklok. Perjalanan ke Rengasdengklok dengan pengawalan tentara Peta dilakukan sesudah makan sahur, sebab waktu itu memang bulan Puasa.
Para pemuda memilih Rengasdengklok sebagai tempat membawa Soekarno dan Moh. Hatta dengan pertimbangan bahwa daerah itu relatif aman. Hal itu karena ada Daidan Peta di Rengasdengklok yang hubungannya sangat baik dengan Daidan Jakarta. Para pemuda menyadari Soekarno dan Moh. Hatta adalah tokoh penting sehingga keselamatannya harus dijaga. Jarak Rengasdengklok, sekitar 15 km dari Kedunggede, Kerawang.
Sesampainya di Rengasdengklok, Sukarno dan Rombongan ditempatkan di rumah seorang keturunan Tionghoa Djiaw Kie Siong. Beliau adalah seorang petani kecil keturunan Tionghoa yang merelakan rumahnya ditempati oleh para tokoh pergerakan tersebut. Rumah Djiaw Kie Siong berlokasi di RT 001/09 Nomor 41 Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Para pemuda berharap tanggal 16 Agustus 1945 itu Bung Karno dan Bung Hatta bersedia menyatakan Proklamasi Kemerdekaan. Ternyata Sukarno tetap pada pendiriannya. Soekarno tidak memenuhi ultimatum para pemuda yang menginginkan proklamasi kemerdekaan tanggal 16 Agustus. Namun, para pemuda inipun tidak memaksakan kehendak. Mereka mengamankan kedua tokoh itu agar bisa berdiskusi secara lebih bebas, dan sedikit memberikan tekanan tanpa bermaksud menyakiti kedua tokoh.
Pada 16 Agustus 1945 semestinya diadakan pertemuan PPKI di Jakarta, tetapi Soekarno dan Moh. Hatta tidak ada di tempat. Ahmad Subarjo segera mencari kedua tokoh tersebut. Setelah bertemu Yusuf Kunto dan kemudian Wekana terjadilah kesepakatan, Ahmad Subarjo diantara ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto. Mereka tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Kemudian Ahmad Subarjo berbicara kepada para pemuda dan memberikan jaminan, bahwa proklamasi akan dilaksanakan tanggal 17 Agustus sebelum pukul 12.00. Akhirnya Shodanco Subeno mewakili para pemuda melepas Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan rombongan kembali ke Jakarta, maka berakhirlah Peristiwa Rengasdengklok.
2.3 Akhir Peristiwa Rengasdengklok
Berdasarkan kesepakatan antara golongan pemuda dengan Laksamana Tadashi Maeda itu, Jusuf Kunto bersedia mengantarkan Achmad Subardjo dan sekretaris pribadinya pergi menjemput Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Sebelum berangkat ke Rengasdengidok, Achmad Subardjo memberikan jaminan dengan taruhan nyawanya bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB. Dengan jaminan itu, komandan kompi Peta Cudanco Subeno bersedia melepas Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta beserta rombongan untuk kembali ke Jakarta. Rombongan tersebut tiba di Jakarta pada pukul 17.30 WIB. Itulah sejarah singkat peristiwa Rengasdengklok yang terjadi sebelum proklamasi kemerdekaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian bahasan tentang "Peristiwa Rengasdengklok" dapat disimpulkan bahwa :
a. Peranan Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan seluruh Bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan sangat penting sebagai bagian dari sejarah bangsa ini.
b. Semua nilai-nilai yang terkandung dalam memperjuangkan kemerdekaan republik ini harus dimaknai dan diwariskan kepada generasi penerus.
c. Jadikan Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia sebagai penguat rasa nasionalisme dalam jati diri bangsa.
3.2 Saran
Saya menyarankan kepada pemimpin negeri ini untuk selalu menanamkan nilai-nilai kepahlawanan dalam semua aspek pendidikan di Indonesia, serta melakukan kajian-kajian tentang pembenahan sistem yang ada sekarang agar Indonesia kedepannya menjadi lebih baik. Tentu hal ini tidak boleh lepas dari nilai-nilai sejarah bangsa Indonesia yang berbudi luhur.
Kritikan saya tujukan kepada masyarakat Indonesia yang tidak bisa menghargai perjuangan pahlawan, itu tercermin dari bagaimana mereka seenaknya berbuat berbagai kerusuhan, tindak korupsi, dan pembodohan bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar