TUGAS 1 : Resensi Buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong
Identitas Buku
· Judul : Chairul Tanjung Si Anak Singkong
· Penulis : Jahja Gunawan Diredja
· Kota : Jakarta
· Penerbit : PT Kompas Media Nusantara
· Tebal : XVI + 384 halaman
· Tahun terbit : Juni 2012
· ISBN :978-979-709-650-2
· Sinopsis : Biografi Chairul Tanjung yang diawali dengan kisah bagaimana di tengah keterbatasan kondisi ekonomi keluarga , Chairul Tanjung mampu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kedua orangtua sangat tegas dalam mendidik anak-anaknya, termasuk Chairul Tanjung. Orangtuanya mempunyai prinsip, "Agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh dengan segala daya dan upaya.'' Apapun akan mereka upayakan agar anak-anak mereka dapat melanjutkan pendidikan tinggi sebagai bekal utama kehidupan masa depan. Sang ibunda Halimah , mengatakan bahwa uang kuliah Chairul Tanjung pertama yang diberikan kepadanya, diperoleh ibunda dari menggadaikan kain halus miliknya. Buku ini juga mengisahkan kehidupan rumah tangga dan keluarga Chairul Tanjung, ketika Chairul Tanjung juga menyampaikan pandangan-pandangannya tentang persoalan ekonomi dan menceritakan aktivitasnya pengusaha. Trans Corp adalah perusahaan induk yang bergerak di bisnis media, gaya hidup, dan hiburan. Dalam perusahaan ini, terdapat dua stasiun TV, yaitu Trans TV dan Trans 7, portal berita Detik, dan perusahaan ritel Careefour. Selain itu juga ada perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman, hotel, biro perjalanan, dan sejumlah department store yang menyediakan kebutahan fashion merek terkenal .
· Kelemahan : Buku ini memiliki kertas yang kurang bagus warnanya kuning dan begitu tipis sehingga tidak begitu nikmat kalau dilihat. Begitu pula dengan cover bukunya warnanya kurang begitu bagus, seharusnya menggunakan warna hijau atau biru agar pembaca dapat tertarik untuk membacanya. Buku ini terlalu tebal dan mahal sehingga kurangnya minat baca untuk kalangan masyarkat menengah kebawah membeli buku tersebut.
· Keunggulan : Buku ini memiliki cerita yang sangat menarik untuk dibaca karena banyak hal yang bisa dipelajari dari bhuku tersebut contohnya baktinya seorang anak kepada ibunya, tetap semangat untuk mencapai keberhasilan, dan banyak lagi yang bisa dipelajari. Bahasa penuturan yang digunakan cukup menarik untuk dibaca karena sederhana dan mudah dipahami untuk berbagai kalangan.
· Saran dan penilian tentang buku : Lebih baik mahasiswa membaca buku anak singkong ini karena sangat memotivasi sekali, kerja kerasnya, perjuangannya benar-benar dari nol beliau lakukan untuk mendapatkan yang beliau mau selama ini. Sepertinya buku ini dapat juga agar masyarakat indonesia lebih mengetahui bagaimana kisah kehidupan Chairul Tanjung yang patut dicontoh untuk menjadi sukses. Melihat cerita dibuku ini , bangga sekali terhadap pak Chairul Tanjung karena , beliau hebat dalam membangun hubungan dengan orang lain sejak beliau masih menjadi seorang mahasiswa. Hal itu juga mungkin yang merupakan kunci sukses pak Chairul Tanjung dalam berbisnis. Bangga sekali Indonesia memiliki pak Chairul Tanjung, selain sebagai penguasaha yang sukses, juga membuka banyak lapangan pekerjaan. Buku ini menarik dibaca dan bermanfaat untuk siapa saja yang ingin mengetahui bagaimana seorang Chairul Tanjung berhasil menjadi pengusaha sukses dengan hasil kerja kerasnya dan hasil keringatnya sendiri dan bukan warisan dari keluarga kolongmerat.
Judul : Laskar Pemimpi · Sri Mulyani (Tika Panggabean) · Udjo (Udjo Project Pop) · Tumino (Gugum Project Pop) · Ahok (Odie Project Pop) · Toar (Yosi Project Pop) Jenis film : Komedi – Perang – Musikal |
Judul Film : GIE
Sutradara : Riri riza
Produser : Mira lesmana
Durasi : 141 Menit
Jenis Film : Biografi, Drama
Tahun Terbit : 2005
GIE, Seorang pemuda Indonesia keturunan Cina, lahir pada 17 Desember 1942 ketika perang tengah berkecamuk di Pasifik. Sejak masih di bangku sekolah, Gie dikenal sebagai siswa yang kritis, seakan kata-kata dia selalu benar dan orang lain harus setuju akan kata-katanya, bahkan Gie sampai berdebat dengan gurunya. Tapi, dibalik sifatnya yang kritis itu dia juga hobi menonton film, mendaki gunung, membaca dan menulis, dalam setiap tulisan nya Gie berani mengkritisi pemerintah sehingga tulisannya sering dimuat di berbagai surat kabar. Keberanian Gie dalam mengkritisi pemerintahan Soekarno makin menjadi setelah dia menjadi mahasiswa fakultas sastra di Universitas Indoensia. Di sana pikirannya semakin terasah dan di sana pulalah Gie menemukan sahabat-sahabat yang memiliki minat yang sama sepertinya, gunung dan film. Pada saat itu di UI, bermunculan organisasi-organisasi yang terbentuk karena kepentingan agama dan golongan, seperti PMKRI dan HMI. Gie yang seorang katholik, diajak bergabung ke PMKRI oleh temannya, Jaka. Namun, gie menolak. Dia merasa bahwa politik yang membawa kepentingan agama dan golongan bukanlah jalan untuk membawa perubahan hidup bangsa Indonesia. Pada bulan Januari 1966 saat itu soekarno mengadakan politik kenaikan harga yang sasarannya jelas yaitu untuk membuat masyarakat panic dan tidak berpikir tentang penumpasan PKI akan tetapi berpikir tentang perutnya. Seluruh organisasi yang ada di UI bersatu membentuk KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) untuk membubarkan PKI dengan cara berdemo di depan menteri yang pada saat itu banyak melakukan korupsi dimana-mana. Mahasiswa UI saat itu bersatu, mereka berusaha meminta hak-hak rakyat dengan cara berdemo secara besara-besaran. Mahasiswa ini mengajukan tiga tuntutan kepada pemerintah yang dikenal sebai tritura. Tuntutan mahasiswa ini hingga Februari 1966 belum terpenuhi, bahkaan Presiden sendiri menegaskan bahwa tidak akan membubarkan PKI. Barulah pada 11 Maret 1966 Soekarno menyerahakan mandatnya kepada panglima angkatan darat Soeharto. Saat itulah sesungguhnya militer yang sebelumnya bersitegang dengan PKI mendapat kekuasaan. Para anggota PKI pun diburu, ditangkap, disiksa dan dibantai termasuk sahabat Han, sahabat Gie karena di duga dia masih mengikuti ajaran komunis yang menyebabkan dirinya di bunuh mati oleh militer Indonesia.
Setelah dia lulus dari perguruan tinggi, ia bekerja sebagai seorang jurnalis, ia sering mengeluarkan pendapat lewat media massa. Sampai pada suatu hari semua teman-teman yang dulu bersama dengan dia memperjuangkan pendapatnya, kini meninggalkan dia. Gie merasa kesepian dan tertekan atas sikap teman-temannya, akhirnya menuju ke puncak Gunung Semeru. Namun ternyata hari itu adalah hari terakhir dalam hidupnya. Gie meninggal pada bulan Desember tahun 1969 di Gunung Semeru dipangkuan sahabatnya, Herman Lambang. Film yang di bintangi oleh Nicholas Saputra ini diangkat dari sebuah catatan Soe Hok Gie, seorang pemuda dari etnis tionghoa yang senang menuliskan keresahan keresahannya dalam sebuah buku catatan selama kurang lebih 13 tahun. Film ini berlatarkan pada masa Orde lama di rumah Gie, Istana Presiden, Jalan Raya, Stasiun Kereta Api, puncak gunung dan Kampus UI (Universitas Indonesia) sebagai pusat kegiatan para Mahasiswa dalam menuntut ilmu. Dan di kampus pun banyak kegiatan yang terjadi dari mulai demo sampai muncul dan memuncaknya konflik. Alur yang digambarkan di film ini adalah maju mundur, terlihat ketika dikisahkan catatan perjalanan hidup Gie dari mulai duduk di bangku sekolah hingga tamat dari perguruan tinggi dan teringat kembali pada masa remaja dan suasana di kampus nya. Tokoh Gie yang di perankan Nicholas Saputa ini lebih menonjolkan karakternya yang kritis dan penuh dengan pendirian. Sedangkan pemikiran yang ada pada Ira, Herman dan teman-teman Gie yang lainnya pun sejalan dengan pemikiran nya. Ada kedua sahabat Soek yang berbeda jalan pemikirannya, yaitu Hans dan Jaka. Harapan yang jaka pegang bagus sekali tetapi kurang tepat, karena apa yang di harapkan Jaka tidak sejalan dengan tindakan yang dia tempuh. Begitu pula dengan Hans, Ia ingin sekali mendapatkan perubahan pada dirinya dengan mengikuti organisasi PKI tetapi dia malah menderita yang akhirnya meregang nyawa. Film ini mengajarkan kita untuk menjadi seseorang yang berani mengmukakan pendapatnya dan dapat mengubah mainset para mahasiswa untuk menjadi mahasiswa yang kritis dan nyata dalam tindakannya. Dan film ini juga sangat bagus untuk orang-orang yang tertarik dengan ilmu politik. Walaupun ketika pertama kali menonton film ini jalan ceritanya sedikit sulit untuk di pahami, tetapi jika kita menonton ulang barulah kita paham jalan ceritanya. Selain itu, audio dalam film ini kurang seimbang ketika monolog Gie kurang jelas terdengar karena latar belakang musiknya yang terlalu keras. Dan juga sebaiknya tidak menyisipkan adegan yang tidak pantas untuk di muat dalam film yang bertemakan tentang perjuangan mahasiswa ini.
TUGAS 4 : FILM SANG PENCERAH
Resensi Film Sang Pencerah
Jenis film : Drama.
Sutradara : Hanung Bramantyo.
Penulis : Hanung Bramantyo.
Pemain :
· Lukman Sardi
· Slamet Rahardjo
· Zaskia Adya Mecca
· Giring
· Ihsan Idol Ikranegara
· Yati Surachman
· Joshua Suherman
Nama kecil Ahmad Dahlan (Lukman Sardi) adalah Muhammad Darwis (Ihsan Taroreh). Ia lahir dari pasangan orang ttua yang dikenal sebagai pemuka agama. ayahnya, Kyai Haji Abu Bakar, adalah serang khatib dan Imama besar di Mesjid Besar Kesultanan Yogyakarta. sedangkan ibunya anaka seorang penghulu bernama Haji Ibrahim. silsilah keturunannya menunjukkan bahwa ia mempunya keturunan priyayi dan kyai sekaligus. Pada tahun 1890, pada usia yang masihh remaja Muhammad Darwis diminta oleh ayahnya untuk menunaikan ibadah haji sambil memperdalam ilmu agama Islam di tanahh suci. Saat Muhammad Darwis berangkat ke tanah suci sang ayah berkata padanya untuk pulang dengan membawa perubahan. Setelah ia pulang haji ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Setelah ia kembali ke kampng Kauman, ia mulai merubah kebiasan-kebiasaan warga Kauman yang ia anggap banyak menyimpang dari ajaran Islam, pertama ia mulai dengan menghilangkan upacara- upacara kebudayaan, selanjutnya yang paling dianggap heboh ialah, mengubah arat kiblat, ia mendapat penolakan keras terutama dari Kiai Penghulu, perubahan yang ia sampaikan diannggap menentang adat, sampai-sampai ia disebut Kiai Kafir, yang sungguh sangat memilukan ialah saat adegan perobohan Langgar Kidul, karena nampaknya si Muslim yang lain menampakkan sisi buruknya karena terpancing emosi, Ahmad Dahlanpun hampir menyerah, tetapi ternyata masih ada orang yang baik padanya. Kemudian setelahnya ia mulai bergabung dengan Budi Utomo, ia mulai belajar bagaimana mendirikan sekolah, selalu aktif memberikan santunan kepada warga disekitar Kauman, karena ia sudah bermimpi untuk mendirikan sekolah formal, dan juga mendirikan Muhammadiyah. Ia bermimpi bisa mendirikan organisasi sebagai tempat berjuang. Itulah cikal bakal Muhammadiyah bisa sebesar ini, dari impian seorang Ahmad Dahlan. Ada sisi menarik dari film ini yakni, banyak yang menyangkut kehidupan keluarganya tak ditampilkan, misalnya ketika Ahmad Dahlan memiliki 4 orang istri, atau mungkin karena durasi film yang di batasi sehingga tak bisa tersampaikan karena keterbatasan waktu. nampaknya difilm ini banyak sisi pribadi kehidupan rumah tangga Ahmad Dahlan, jauh lebih banyak menampilkan sisi kemanusiaan Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah secara singkat, tapi mampu memahamkan. Film ini sangat diapresiasi untuk ditonton ,banyak teladan yang baik didalamnya. Terutama bagi kalangan warga Muhammadiyah harus menontonya, banyak kisah menarik dan hikmah yang bisa didapat dari menonton film ini. Bagaimana impian bisa menghasilakn sesutu yang bermanfaat, menghasilkan cahaya untuk sesama, dengan hanya bermodal keikhlasan dan ketulusan.
TUGAS 5 : FILM NYAI AHMAD DAHLAN
Penilaian saya sebagai warga Muhammadiyah terhadap film ini, Saya merasa bangga dengan film ini karena disini mengisahkan bagaimana perjuangan dalam pendirian organisasi Muhammadiyah & Aisyiyah, dikisahkan juga bagaimana ketaatan sebagai peran seorang istri terhadap suami & keluarga. Inti filmnya ini sebenarnya ingin memberikan pesan bahwa Perempuan itu harus sepadan perannya dengan laki-laki tapi tidak juga melupakan fitrahnya sebagai perempuan. Cerita kehidupan Nyai dgn Ahmad Dahlan yang saling mendukung satu sama lain untuk membangun bangsa digambarkan juga romantis sampai membuat kesan bahwa cinta adalah landasan dalam menjalani hidup & perjuangan. Akan tetapi, penilaian saya sebagai penikmat film, saya agak kecewa & menyayangkan alur sepanjang ceritanya yang terlalu datar & membosankan. Padahal ada banyak adegan-adegan konflik atau cerita-cerita yang apabila lebih di eksploitaisi lagi bisa menjadi jalan cerita yang menarik. Seperti saat adegan penolakan warga terhadap ajaran Muhammadiyah atau saat ada tentara jepang yag ingin menjajah dan menyuruh warga untuk menyembah matahari, semua persoalan dan konflik itu hanya diselesaikan singkat saja dengan inti klimaks yang sedikit memaksa. Alur jalan ceritanya banyak terlalu dipangkas agar berjalan cepat, Kalau ada yg sudah membaca biograpi Nyai Ahmad Dahlan di wikipedia, pasti merasa seakan naskah ceritanya hasil dari biograpi wikipedia itu sendiri. Penokohan-penokohannya juga terlalu fokus cuma ke Nyai & Ahmad Dahlannya saja sehingga karakter pendukung yang lain seperti Jenderal Sudirman, Bung Tomo, Kyai Haji Mas Mansyur, dan lainnya terabaikan & terlupakan. Padahal ada banyak juga beberapa karakter pendukung yang kalau di eksploitasi lagi bakal menjadi karakter yang menarik & diingat, kayak si mbah yang mau belajar membaca, menulis, ngaji. Saya yakin setelah menonton film ini, beberapa penonton pasti hanya mengingat wajah pemeran Nyai dan Ahmad dahlannya ketimbang dengan dengan karakter yang lain, Bahkan karakter keluarga-keluarga dari Nyai dan Ahmad dahlan seperti anak-anak & cucu-cucu beliau juga akan cepat dilupakan penonton. Ceritanya memang tidak berhubungan dengan cerita pendahulunya seperti dalam film "Sang Pencerah" karena baik pemeran, sutradara, & produsernya sudah jelas berbeda. Jadi kalau ekspetasi sebelum menonton film ini akan sama seperti saat menonton Sang Pencerah, bersiaplah mungkin anda akan sedikit kecewa karena dibandingkan dengan film Sang Pencerah yang dulu, film ini terasa jauh kualitasnya baik cerita, gambar suasana, & penokohannya. Tapi tidak ada salahnya juga untuk ditonton karena dengan film ini juga dapat memberikan motivasi kepada masyarakat luas khususnya bagi warga Persyarikatan Muhammadiyah untuk terus berkarya dan berkontribusi terhadap kemajuan Persyarikatan Umat dan Bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar