Kamis, 17 Mei 2018

(HUKUM 01-171710450) Terorisme, Antara Konspirasi Internasional atau Jaringan Radikalisme

 

            Gonjar-ganjir kasus yang sedang viral di Indonesia adalah tindakan bom bunuh diri dibeberapa tempat di Surabaya. Sebenarnya, kasus bom bunuh diri juga sudah lama melalang buana di bumi pertiwi ini. Seperti pada kasus Bom Bali yang menewaskan ratusan nyawa. Dugaan yang beredar adalah para pelaku masuk jaringan Al-Qaida dengan masih bersangkut paut dengan tragedi WTC di Amerika.

            Seperti yang kita lihat di media televisi maupun media elektronik lainnya, bom bunuh diri dilakukan di tiga tempat ibadah umat Kristiani yang terletak di Surabaya. Juga disinyalir dengan dugaan pelaku adalah satu keluarga. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa, Indonesia adalah Negara yang dijuluki sebagai Negara keberagaman, baik dari segi agama, politik, sosial, adat, budaya, ras, suku bangsa dan masih banyak lagi. Tentu untuk menumbuhkan rasa toleransi itu telah melalui berbagai macam dinamika dan hiruk-pikuk permasalahan yang telah mengakar di Bumi Pertiwi ini. Tentu, dengan berbagai macam dinamika tersebut, bangsa Indonesia telah mampu untuk mematangkan sikap bertoleransinya, namun semenjak beredarnya kasus-kasus terorisme, Indonesia seperti diguncang dengan kekuatan yang besar oleh pemahaman dan sudut pandang yang salah.

            Kebanyakan dari kita, khususnya masyarakat awam terlalu percaya dengan pemberitaan di media-media tanpa memilah-milahnya terlebih dahulu. Walkhusus pemberitaan tentang terorisme ini. Padahal, pemberitaan tersebut banyak asumsi-asumsi semetara dan belum terbuki secara fakta. Ditilik dari banyaknya kasus yang beredar dari masa ke masa, kasus yang cukup mengenaskan terjadi di Bali, yang disebut dengan bom Bali. Bom bali ini terjadi dua kali dengan masa tenggang yang tak terlalu jauh jarak tahunnya. Seperti pada kasus Bom Bali 1, kejadiannya pada hari sabtu 12 Oktober 2002 sekitar pukul 23.30 wita yang meluluhlantakkan tempat diskotik hiburan malam di Bali. Anehnya, pukul 01.00 WIB atau ahad 13 Oktober 2002 pemberitaan milik Israel telah terpampang laporan investigasi kasus bom Bali tersebut. Bukankah ini memang telah disusun secara matang seperti kasus-kasus yang masih hangat terjadi di masyarakat Indonesia sekarang?

            Tidak bisa dipungkiri memang, kasus terorisme yang selalu mencuat adalah kasus yang dilakukan oleh yang konon katanya dilakukan oleh umat islam. Namun, kasus yang dilakukan oleh umat lain seperti penghancuran Masjid di Papua, pelakunya malah di undang ke Istana Negara, mendapatkan fasilitas yang mewah dan tidak dihukum sama sekali. Sampai sekarang, saya masih belum paham, apa tujuan pemerintahan yang sekarang? Apa ingin memecah keharmonisan yang telah lama terjalin? Atau memang pihak luar ingin Negara yang mayoritas penduduknya Islam ini hancur dan saling terprovokasi? Entahlah, namun menurut pandangan penulis, ini bukan masalah penulis agama Islam, tapi di dalam agama Islam pun tidak diajarkan untuk berbuat yang demikian juga diagama lain tidak pernah diajarkan untuk saling membunuh.

            Menyikapi hal yang sangat pelik ini, tentu harus dianalisa lebih mendalam tentang siapa dan apa tujuan dari para teroris dibalik kejadian yang telah terjadi. Sukar memang, menganalisa suatu rencana yang telah diperhitungkan secara matang, apalagi kemungkinan menyangkut jaringan terorisme Internasional yang kalau tidak berkedok ekonomi pasti berkedok politik. Sudah lumrah memang, negeri yang aman ini pasti dicekcoki dengan berbagai macam permasalahan yang sangat kompleks, mulai dari terorisme, narkoba, tindakan asusila, korupsi dan sejuta masalah lainnya. Dungu memang jika kita selalu mendengar dan melihat pemberitaan di media bahwa, Islam selalu disudutkan dengan kasus terorisme ini. Terlalu akut jika masyarakat luas menelan dan mempercayai mentah-mentah pemberitaan tersebut. Anehnya, mereka yang merasa dirugikan bereuforia mendengung-dengungkan pemberitaan tersebut lalu menyangkut-pautkan dengan ajaran mereka masing-masing yang padahal belum tentu kebenarannya.

            Seperti yang kita lihat dan kita juga merasakan secara tidak langsung dengan penyerangan baik bom dan senjata lainnya yang menyerang saudara kita di bumi Syam, yakni Palestina dan Suriah. Di sana jauh lebih ekstrim dan setidaknya ribuan nyawa telah hilang dan ribuan lainnya harus rela kehilangan sanak keluarga dan penderitaan yang tiada kunjung membaik. Secara tersirat, teror berarti menakut-nakuti orang atau sekelompok orang. Bukankah penyerangan tersebut dapat dikategorikan teror? Yang menjadi keheranan penulis adalah perbuatan tersebut bukan namanya teror melainkan penyerangan saja. Teror dimata orang banyak selalu dilakukan oleh orang Islam menurut insting mereka, karena mereka telah mengkonsumsi pemberitaan yang salah. Bukankah mereka juga membuat takut orang banyak dengan bom yang bertubi-tubi. Sungguh ironis dengan pola pikir orang seperti itu.

            Kalau hendak ditelusuri lebih jauh, banyak kasus terorisme yang dilakukan orang non muslim terhadap muslim. Jangan jauh-jauh, nenek moyang kita di Indonesia juga pernah merasakan bagaimana diteror dengan berbagai macam ancaman dan pembunuhan yang dilakukan penjajah dahulu. Juga masyarakat Filipina, dimana umat Islam dahulu di sana dibantai hingga menyisakan sedikit saja umat Islam yang masih bertahan di sana. Manila, mengakar dari nama negeri Filipina tersebut yakni Amanillah, hingga penyerangan yang dilakukan oleh Portugis lalu menggantinya menjadi Manila. Tidak terlalu jauh untuk melihat beberapa tahun yang lalu, pembantaian muslim Rohingya yang dilakukan oleh umat Budha Myanmar bukankah juga sebuah tindakan meneror terlebih dahulu baru penyerangan secara brutal oleh mereka. Sungguh sedih memang, ketika umat Islam selalu disudutkan dengan kasus demi kasus terorisme yang selalu terjadi di dunia, seolah-olah dunia tahu bahwa tindakan teror pasti dilakukan oleh umat Islam. Hingga setelah kejadian di WTC, mereka umat non muslim phobia dan anti terhadap Islam yang sebenarnya adalah rahmatan lil 'alamin.

            Tidakkah para pemerhati dan ahli dalam bidang kasus terorisme melihat bahwa kejadian ini pasti ada unsur politik yang ingin dituju dari pusatnya? Dilihat dari serangkaian kasus demi kasus, sepertinya ini adalah ulah ISIS, karena pernah beberapa tempo yang lalu, anggota ISIS pernah membuat pernyataan bahwa mereka akan beraksi di Indonesia dengan cara yang mereka telah rencanakan. Tentu masyarakat Indonesia pada masa itu menganggap bahwa pernyataan tersebut kurang serius, namun dilihat saat sekarang bibit-bibit ISIS telah melancarkan aksi-aksinya dengan menyerang peribadatan agama lain selain Islam. Mana, banyak yang beredar bahwa ISIS adalah ciptaan Amerika dan Yahudi laknatullah. Mereka ingin menyudutkan Islam dengan terus membuat kasus yang seolah-olah dilakukan oeh umat Islam, padahal mereka hanya bermetamorfosis agar Nampak riil saja. Seperti pada kasus bom panci yang dilakukan oleh wanita berkerudung panjang. Namun, usut punya usut, rupanya wanita tersebut beragama non muslim dan mengenakan atribut agamanya dengan pakaian minim dan seperti wanita murahan. Sungguh menyedihkan memang cara mereka untuk merendahkan harkat dan martabat agama Islam yang penuh kedamaian. Seperti pada penjaga gereja makam kudus yang berada di Yerusalem, yang mana pemegang kuncinya adalah dari keluarga Islam. Ini dilakukan agar tidak ada perpecahan dan persengketaan yang dilakukan oleh beberapa aliran dalam agama Kristen. Lihat, betapa Islam menjaga toleransi antar umat beragama. Yerusalem, merupakan tempat suci bagi 3 agama samawi, yakni, Yahudi, Kristiani dan Islam. Di pemerintahan Isam mereka aman dan damai melaksanakan peribadahan tanpa ada kecaman-kecaman yang menakutkan, namun ketika Ibukota Israel akan dipindahkan ke Yerusalem yang awalnya di Tel Aviv melalui pernyataan langsung oleh presiden Amerika Serikat, Donald Trump beberapa waktu lalu, menyisakan luka mendalam bagi rakyat Yerusalem khususnya umat Islam di sana. Namun, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menolak keputusan tersebut, tetapi Donald Trump seperti tidak menggubris keputusan PBB tersebut, dia seperti penguasa dunia karena menurutnya, Negaranya merupakan Negara adidaya.

            Berdasarkan pernyataan di atas, tindakan tersebut juga seharusnya digolongkan dengan terorisme,bukankah terorisme membuat orang takut dan selalu diidentikkan dengan bom? Tentu untuk menghancurkan sebuah kota dengan bom bukan? Bahkan daya ledakan bom di sana lebih besar dan mampu menghancurkan gedung-gedung besar.

            Melihat jejak derap langkah kejadian demi kejadian, dugaan sementara bahwa dalang dari kejadian tersebut ada campur tangan pemerintahan Amerika dengan dibentuknya ISIS yang telah penulis ungkap di atas. Ini sepertinya permainan atau bahasa kerennya yaitu konspirasi Internasional yang ditengarai perpolitikan dan perekonomian dunia. Seperti misalnya pemilihan presiden Indonesia beberapa tahun lalu, banyak pemberitaan opini menguat jika terpilihnya pak Joko Widodo sebagai presiden Indonesia disinyalir pihak asing ikut campur dalam pemilihan di Indonesia, tentunya ikut campur dalam hal yang dirahasiakan mereka. Entahlah, itu hanya pendapat atau pandangan mereka yang kecewa karena pak Prabowo tidak naik takhta kepersidenan Indonesia.

            Ditilik dari sudut pandang orang awam kebanyakan, kejadian terorisme adalah perbuatan dari mereka yang berjihad dalam agama Islam. Karena beralasan bahwa ketika hendak melakukan bom bunuh diri, mereka selalu mengucapkan takbir yakni Allahuakbar yang mana perkataan tersebut sering dilafazkan umat Islam makanya mereka langsung menjudge bahwa itu adalah ulah umat Islam. Tentu juga didukung dengan pakaian yang dikenakan dan juga ideologi pemikiran pelaku pada waktu hidup di masyarakat.

            Semisal, pada waktu banyaknya bermunculan gerakan mereka yang ingin melepaskan diri dari Indonesia seperti Gerakan Aceh Merdeka yang telah menunjukkan radikalisme terhadap bangsa Indonesia lainnya. Ini membuktikan bahwa sejak dari dulu Indonesia pernah mengalami masa-masa sulit seperti itu.

            Mengingat toleransi antar umat beragama, Islam telah lebih dulu mengatur tentang toleransi yakni abad ke 7 Masehi, sedangkan dunia Barat baru mendeklarasikan toleransi sekitar abad ke 10 Masehi. Islam dengan lahirnya Piagam Madinah yang diprakarsai langsung oleh Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah menyusunnya secara apik karena masyarakat Madinah yang heterogen dan perkataan madani dikenal karena masyarakat Madinah yang hidup aman dan damai di atas segala perbedaan yang ada. Sayang, piagam tersebut tidak sepamor piagam atau deklarasi Negara Barat yang condong kepada kebebasan yang berlebihan. Dimana piagam Madinah mengatur sendi kehidupan masyarakat madinah yang beraneka ragam suku dan agama. Tentu dengan kondisi seperti itu, kondisi dimana Piagam Madinah telah disusun, masyarakat madinah tidak akan mudah terpecah belah.

            Konklusi dari masalah terorisme yang sedang mencuat di Indonesia ini adalah ketidaksukaan barat dan Zionis kepada bangsa Indonesia yang selalu secara tidak langsung ikut campur dalam rencana mereka di bumi Syam. Ini merupakan konspirasi Internasional yang telah direncanakan demi mempercepat musnahnya kehidupan di bumi. Juga mungkin mereka tidak senang Indonesia yang aman adem ayem ini terus begitu. Makanya, mereka tidak segan-segan melakukan politik keji berkedeok Islam tersebut. Mereka ingin menggambarkan bahwa Islam adalah agama teroris dan agama kekerasan yang menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan. Tapi jika kasus tersebut dicerna oleh orang yang paham akan perpolitikan dan masalah yang dihadapi dunia Internasional, mereka akan menyikapinya dengan cerdas dan tidak ikut terprovokasi dengan pemberitaan yang beredar dan masih simpang-siur. Selain itu, kemungkinan kedua yaitu jaringan radikalisme yang ingin menghancurkan Indonesia dari dalam maupun luar. Jaringan ini juga memiliki sangkut-paut dengan jaringan Internasional dan memiliki pengaruh yang besar bagi perekonomian maupun perpolitikan dunia.

 

Penulis: Mustaqfiril Asror


Tidak ada komentar:

Posting Komentar