Mereka yang Tak Bersalah
Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil. Istilah teroris oleh para ahli kontraterorisme dikatakan merujuk kepada para pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang dikenal atau tidak menuruti peraturan angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa serang-serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi, dan oleh karena itu para pelakunya (teroris) layak mendapatkan pembalasan yang kejam.
Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh perkataan "teroris" dan "terorisme", para teroris umumnya menyebut diri mereka sebagai separatis, pejuang pembebasan, militan, mujahidin, dan lain-lain. Tetapi dalam pembenaran dimata terrorism : "Makna sebenarnya dari Jihad, Mujahiddin adalah jauh dari tindakan terorisme yang menyerang penduduk sipil padahal tidak terlibat dalam perang". Padahal Terorisme sendiri sering tampak dengan mengatasnamakan agama.
Akhir-akhir ini pemberitaan tentang bom sedang hangat diberitakan atau dibicarakan. Perilaku tersebut termasuk tindakan biadab, tidak keprimanusiaan, dan juga telah melanggar HAM. Para teroris mempunyai prinsip bahwa ketika mereka melukai seseorang maka mereka akan mendapatkan pahala dari Alllah SWT. Dan apabila terbunuh atau mati maka mereka akan langsung masuk surganya Allah SWT. Mereka berfikiran bahwa Presiden Indonesia yaitu Jokowi merupakan komunis dan aparat keamanan juga komunis karna pengikut Jokowi. Mereka menyebut kegiatan tersebut adalah Jihad yaitu mati dijalan Allah SWT.
Belum genap sebulan berjalan, 5 kasus teror bom sudah terjadi di Indonesia. Teror yang dilakukan berupa teror bom dan juga teror berbentuk penyerangan. Terjadi mulai dari Depok, Surabaya, dan juga Riau, 5 kasus ini merupakan kasus teror yang cukup besar. Di samping lima kasus ini, polisi juga sempat menangani kasus-kasus teror lainnya. Akibat dari pengeboman tersebut puluhan orang meninggal dunia dan luka-luka. Pihak kepolisian diharapkan dapat segera menyelesaikan kasus teror yang terjadi. Dan dapat membasmi sampai ke akar-akarnya.
Berikut merupakan peristiwa pengeboman di bulan Mei 2018 :
1. Teror di Mako Brimob, Depok, Jawa Barat
Kerusuhan yang terjadi antara pihak kepolisian yang berada di komplek Mako Brimob, Depok, Jawa Barat degan narapidana teroris yang menjadi tahanan. Dalam kerusuhan ini enam polisi sempat dijadikan sandra. Lima anggota kepolisian gugur di tangan narapidana teroris dalam penyerangan tersebut. Satu tahanan teroris juga meninggal dunia karena insiden tersebut. Pasca kejadian tersebut, 145 narapidana teroris dipindahkan dari Mako Brimob ke Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
2. Bom di 3 Gereja di Surabaya
Pada tanggal 13 Mei 2018 hari Minggu kemaren, kembali terjadi peristiwa pengeboman 3 Gereja di Surabaya. Dalam teror kali ini, pelaku merupakan satu keluarga. Bom diledakkan di Gereja Santa Maria Tak Bercela, GKI Diponegoro, dan Gereja Pentakosta Jalan Arjuna. Keluarga yang diketahui merupakan anggota dari kelompok JAD (Jamaah Ansharut Daulah) itu tewas dalam aksinya. Dalam insiden ini, tiga anak diajak ikut serta bersama orangtuanya dalam melakukan aksi bom bunuh diri ini.
Dalam aksi ini, ada pula kisah heroik seorang warga gereja, Aloysius Bayu, dengan berani menghalangi motor yang digunakan pelaku teror bom untuk memasuki wilayah Gereja Santa Maria Tak Bercela. Akibatnya, bom meledak bersama dua pelaku yang diketahui kakak beradik dan turut menewaskan Bayu. Bayu meninggalkan seorang istri dan dua orang anak yang masih kecil. Peristiwa bom 3 gereja di Surabaya terjadi hanya berselang enam hari sejak terjadinya kerusuhan di Mako Brimob, Jakarta Timur.
3. Bom di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo
Masih di tanggal yang sama, Minggu malam rusunawa Wonocolo, Sidoarjo menjadi lokasi lain terjadinya teror. Ledakan bom Minggu, 13 Mei malam terjadi di lantai lima blok B nomor 2 Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo. Polisi setempat menerima laporan soal ledakan ini sekitar pukul 21:20 WIB, namun diduga ledakan terjadi di pukul 21:00 WIB..Ada dugaan bom yang meledak dalam aksi teror ini terjadi karena terduga teroris tidak sengaja meledakkan bom rakitannya. Pelaku teror bom ini diketahui merupakan satu keluarga juga yang masih memiliki hubungan dengan keluarga pelaku teror bom di 3 Gereja di Surabaya. Dalam insiden ini 3 orang tewas yang merupakan ayah, ibu dan anak sulung mereka. 3 anak lainnya mengalami luka dan dalam perawatan.
Pihak KPAI saat ditemui di kantor KPAI, Jakarta, menyatakan akan bekerja sama dengan PPA Jawa Timur untuk melakukan pendampingan terhadap anak-anak yang menjadi korban dan diajak ikut serta dalam aksi teror bom ini.
4. Bom di Polrestabes Surabaya
Masih di Kota Surabaya, sehari pasca kejadian ledakan teror bom yang terjadi di 3 Gereja dan juga rusunawa, pada Senin tanggal 14 Mei 2018 pada pukul 08.50 WIB di Mapolrestabes Surabaya terjadi juga teror bom. Dalam teror kali ini, kembali diketahui dilakukan oleh satu keluarga. Sepasang suami istri dengan tiga orang anaknya mendatangi Polrestabes Surabaya dengan menggunakan dua sepeda motor. Saat masih berada di palang gerbang masuk Polrestabes Surabaya, bom meledak.
Empat dari lima pelaku teror bom tewas di tempat. Empat polisi dan enam warga sipil juga menjadi korban dalam teror tersebut. Seorang anak kecil berjenis kelamin perempuan yang diketahui sebagai anak dari pelaku teror bom diketahui selamat dan dalam perawatan.
5. Penyerangan terduga teroris ke Mapolda Riau
Tepat sehari sebelum bulan Ramadan dimulai, Selasa 16 Mei 2018 Polda Riau juga diserang oleh sekawanan orang yang diduga tergabung dalam kelompok terorisme. Kawanan ini terdiri dari lima orang yang diketahui menggunakan mobil Avanza putih. Pada pukul 09.00 WIB, mobil diketahui mendesak masuk ke dalam Mapolda Riau dan dihalangi oleh pihak kepolisian. Karena posisi mobil terhalang, para penumpang keluar dan langsung melakukan penyerangan pada anggota kepolisian yang berada di dekat mereka dengan menggunakan senjata tajam berjenis samurai Dua anggota kepolisian jadi korbannya.
Setelah melukai dua anggota polisi, mobil lantas melaju ke arah pintu keluar dan kemudian menabrak satu anggota polisi lainnya yang mencoba menghalang laju kendaraan. Seorang pelaku sempat berusaha kabur dengan membawa mobil. Akibat kejadian ini diketahui 1 orang anggota polisi gugur dalam aksi tersebut karena ditabrak oleh pelaku yang kabur dengan mobil. Dan empat orang pelaku lainnya tewas tertembak polisi. Dua wartawan dikabarkan turut menjadi korban luka dalam insiden ini.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengemukakan, keluarga terduga teroris tersebut terkait dengan jaringan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). Kapolri memastikan tiga keluarga itu saling terkait. Tiga keluarga ini belajar merakit bom sendiri secara daring melalui media sosial dari jaringan JAD dan JAT. Dari media sosial inilah, jaringan teroris ini menanamkan ajaran dan memgubah pemahaman masyarakat yang pada akhirnya satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan juga anak-anaknya, bahkan yang berusia balita untuk bersedia melakukan bom bunuh diri.
Najeela Shihab, seorang psikolog pendidikan dari Sekolah Cikal, berkomentar bahwa suatu keluarga dapat menjadi pelaku kekerasan karena dalam keluarga tersebut tidak diajarkan nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai dasar yang menghormati kemanusiaan tidak diajarkan di keluarga sehingga satu keluarga bisa menjadi pelaku pengeboman. Nilai dan kepercayaan, termasuk pemahaman dan praktik keagamaan memang tumbuhnya dalam keluarga. Jadi bahwa satu keluarga mendukung bahkan melakukan kekerasan dan kejahatan bersama, itu sebetulnya sesuatu yang bisa diprediksi. Hal itu mirip dengan pelaku korupsi yang juga berasal dari keluarga yang sama. Nilai-nilai intoleransi tumbuh dan berkembang dalam keluarga tersebut. Penyebab lainnya, kemungkinan besar juga percakapan dalam lingkungan tetangga sangat terbatas dan cenderung dengan kelompok yang homogen. Media yang ditonton atau pemuka agama yang didengarkan juga jangan-jangan menganjurkan kekerasan dan tidak saling menghormati. Keluarga semestinya menjadi benteng utama untuk mencegah dari berbagai upaya dan paparan berbagai media sosial terhadap terorisme dan radikalisme.
Keluarga harus mempunyai daya tahan dari kesesatan. Dengan demikian, harus ada pembinaan keluarga. Pemerintah juga harus selalu melakukan pengawasan dan pendampingan sampai tingkat rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW) serta bukan hanya untuk sosialisasi politik saja. Keluarga perlu menanamkan sejak kecil dari pangkuan hingga dewasa terhadap nilai-nilai kehidupan yang beragama, bermoral, penuh kasih sayang antaranggota keluarga dan masyarakat, belajar mencintai sesama, lingkungan hidup dan terus dipupuk sampai dewasa. Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami, istri atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga semestinya terbina dengan baik agar tumbuh dan berkembang menjadi masyarakat yang baik pula, menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan sosial kemasyarakatan.
Sebagaimana amanat yang mengikat setiap warga negara atas hukum positif seperti dalam UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Pendudukan dan Pembangunan Keluarga, pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Dengan kasus tiga keluarga yang melakukan aksi kejahatan kemanusiaan itu harus menjadi pembelajaran bagi seluruh potensi bangsa ini untuk bersatu padu menyelamatkan keluarga dari paham-paham sesat dan menyesatkan. Dalam perkembangan zaman yang juga berdampak pada pergeseran nilai dalam masyarakat, termasuk dalam keluarga yang bisa dipetik dari kasus tiga keluarga tersebut, memegang teguh jati diri dan karakter sebagai bangsa yang beragama, bermoral dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, menjadi sebuah keniscayaan dan semakin relevan untuk selalu dan selamanya tertanam dalam hati sanubari dan tercermin perilaku sehari-hari. Indonesia dibangun dan berdiri sebagai negeri demokratis di atas desain negara kekeluargaan yang menjadi kunci utama mempersatukan kemajemukan Bangsa Indonesia, berdasarkan empat konsensus nasional yang merupakan harga mati yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kekeluargaan merupakan jantung keindonesiaan. Kehilangan semangat kekeluargaan dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan Indonesia merupakan kehilangan segala-galanya. Kehilangan yang membuat biduk perahu kebangsaan limbung, terombang-ambing gelombang perubahan tanpa jangkar dan arah tujuan. Jadi saatnya menjaga keluarga dengan berani memerangi terorisme dan radikalisme. Selamatkan keluarga, sekarang!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar