Jumat, 24 Maret 2017

(161310206-02) Menghargai Perbedaan

Menghargai Perbedaan

Dalam pergaulan masyarakat berkaitan dengan kehidupan beragama, terdapat kecenderungan untuk menilai seseorang dari pendapat atau paham keagamaannya. Kalau sepaham dengan kita, kita menyebutnya sebagai saudara. Sedang yang tidak sepaham, kita pandang bukan saudara. Hal ini tidak hanya terjadi pada masyarakat antar umat yang berbeda agama, melainkan pada masyarakat yang seagama pun demikian adanya.

Tuhan menurunkan agama, kepercayaan, keyakinan, dan tradisi. Melalui Nabi dan Rasul serta kitab suci yang berbeda. Menciptakan manusia dalam berbagai suku, kaum dan bangsa yang berbeda bukan untuk saling memusuhi melainkan agar saling mengenal antara satu dengan lainnya. Demikian pula dengan ajaran agama yang berbeda, bukan menjadi alasan untuk saling menyakiti, saling membenci dan saling membunuh. Melainkan dengan harapan untuk saling membantu agar dapat menjaga kedamaian di muka bumi.

Setiap umat beragama memuji dan menyebut nama Tuhan dengan sebutan yang berbeda sesuai dengan sebutan yang kita senangi. Namun dengan sebutan itu juga umat beragama seringkali bertengkar, mulai saat ini berhentilah bertengkar dan saling memusuhi. Karena pada dasarnya pilihan yang berbeda menuju kepada tujuan yang sama yakni kembali kepada-Nya. Apabila kita merasa terganggu dengan hadirnya orang yang berada di jalan yang berbeda, kemudian kita ingin mempertahankan dan memperjuangkan, maka pertahankan dengan cara tidak mengorbankan rasa cinta kasih di antara sesama. Karena kekerasan atas nama agama, meskipun dimaksudkan untuk mempertahankan kesuciannya, justru akan menodai kesucian agama itu sendiri.

Sikap saling menghargai dan menjunjung tinggi tata krama dan etika dalam berbeda pendapat antara satu dengan yang lain itulah yang hilang sekarang ini, tidak terkecuali di kalangan tokoh agama. Perbedaan yang selalu diidentikkan dengan perpecahan tidaklah benar, dan harus disingkirkan jauh-jauh dari kehidupan masyarakat. Mereka yang senantiasa egois dan dengan mudah terprovokasi karena melihat kebenaran hanya miliknya, golongannya, partainya, etnisnya dan agamanya. Mereka melupakan bahwa perbedaan adalah bunga kehidupan, dan salah satu di antara ciri-ciri kedewasaan dalam bermasyarakat adalah ketika seseorang mampu hidup di antara orang yang berbeda dengannya.

Komaruddin Hidayat menulis bahwa sebagai umat beragama, apa pun agama dan pahamnya, kita semua malu ketika agama justru menjadi sumber dan beban masalah bagi kehidupan berbangsa dan kemanusiaan, bukan sebagai penyejuk serta penyubur kehidupan dan peradaban. Orang boleh saja berkata, ajaran agama mesti benar, yang salah adalah umatnya atau penganutnya. Namun perlu diingat bahwa dampak dan wujud baik-buruknya ajaran agama apa pun namanya akan tampak pada pemeluknya dan orang-orang yang mengusung agama itu.

Ajaran dan pesan agama bagaikan obat, penawar berbagai penyakit, terutama penyakit hati dan penyakit sosial, agar masyarakat hidup damai, bahagia dan makmur. Jadi kalau akhir-akhir ini kita melihat dan menyaksikan kehidupan beragama yang terkesan galak dan mengobarkan kebencian dengan sesama warga negara dan sesama umat beragama pastilah ada yang salah dalam berkomunikasi.

Tradisi menghargai perbedaan telah dipraktekkan para ulama terdahulu, sekiranya tidak terjadi perbedaan di kalangan ulama maka tidak akan lahir karya-karya mereka yang memperkaya khasanah pemikiran dalam Islam. Semisal Imam Al-Ghazali dan Ibn Rusyd, Imam Syafii dan Abu Hanifah. Setajam apa pun perbedaan mereka, tetap menjunjung tinggi etika berbeda pendapat dan tetap saling menghargai antara satu dengan lainnya. Berkat perbedaan di antara mereka sehingga lahir berjilid-jilid kitab yang sampai hari ini kita dapat membacanya dan mengkajinya. Etika berbeda pendapat seperti ini seharusnya mengilhami perbedaan yang ada di tengah-tengah kita, tanpa harus mencederai yang lain apalagi mengkafirkan orang lain yang tidak sependapat dan tidak sepaham dengan kita, dengan cara memberi pengakuan akan adanya orang lain di samping kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar