Minggu, 29 April 2018

(HUKUM 01-171710450) Tingginya Pengangguran Akibat dari Tenaga Kerja Asing di Indonesia

Tingginya Pengangguran Akibat dari Tenaga Kerja Asing di Indonesia

 

  I

ndonesia merupakan negara dengan wilayah baik daratan maupun perairan yang sangat luas, bahkan dalam urutan pulau terbesar di dunia, beberapa pulau di Indonesia masuk dalam jajaran tersebut yakni pulau Kalimantan, Papua dan Sumatera. Indonesia juga disebut sebagai negara dengan luas wilayah perairan yang cukup besar serta potensi yang besar di dalamnya.

            Di Indonesia banyak sekali warga negara yang bergantung pada sektor pertanian, perikanan dan lainnya. Namun demikian, tak pelak banyak juga perusahaan disektor lainnya yang sangat mempengaruhi kekuatan ekonomi di Indonesia. Menurut data forbes 2000 the world biggest companies yang memuat 2000 daftar perusahaan publik terbesar di dunia, untuk edisi tahun 2015 yang dirilis bulan Mei 2015, ada 7 perusahaan publik Indonesia masuk ke dalam daftar tersebut yakni Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BCA, Telkom Indonesia, Bank BNI, Gas Negara dan Gudang Garam.

            Dengan dibuktikannya perusahaan publik Indonesia yang masuk ke daftar 2000 perusahaan terbesar di dunia, maka tidak mengherankan bahwa negara kita ini bisa menjadi ladang pekerjaan yang sangat melimpah. Belum lagi perusahaan swasta milik negara Indonesia dan asing yang bertebaran dengan berbagai macam sektor usahanya.

            Namun, melimpahnya perusahaan yang ada di Indonesia tak menutup kemungkinan bahwa banyak para pengangguran yang sana-kemari hilir-mudik untuk mencari ladang uangnya demi memenuhi kehidupan sehari-hari. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2017 telah terjadi kenaikan jumlah pengangguran di Indonesia  sebesar 10.000 orang menjadi 7,04 juta orang pada Agustus 2017 dari Agustus 2016 sebesar 7,03 juta orang. Kepala BPS mengungkapkan bahwa pertambahan jumlah pengangguran tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah angkatan kerja di Indonesia.

            Dengan dikemukakannya data di atas, dapatlah ditarik benang merahnya bahwa sebegitu banyaknya perusahaan di Indonesia tetap saja jumlah pengangguran semakin banyak. Namun bukan hanya faktor ketidakmampuan perusahaan untuk menerima para pekerja yang banyak tersebut saja, namun lebih lagi bahwa banyaknya para pekerja asing yang masuk di Indonesia. Dengan pernyataan Presiden RI Bapak Joko Widodo beberapa waktu lalu, menambah 'kemurkaan' para calon pekerja yang ada di Indonesia yakni diperbolehkannya para tenaga pekerja asing untuk masuk dengan mudahnya ke Bumi Pertiwi ini. Belum lagi akan diberlakukannya persyarikatan ekonomi yang ada di Asia yakni Masyarakat Ekonomi Asia (MEA).

            Dengan berbagai macam kebijakan yang telah dikeluarkan dan sebagian kebijakan yang telah diterapkan semakin menambah data pengangguran di Indonesia naik tajam ke arah yang lebih banyak angkanya. Siapa bilang kenaikan jumlah pengangguran dikarenakan kualitas pendidikan yang kurang memadai? Buktinya, setiap tahun berapa ribu para sarjana yang lulus dengan berbagai macam instansi pendidikan baik berbasis Negeri maupun Swasta.

            Memang tolak ukur dari keberlangsungan tingkat pengangguran yang ada di Indonesia dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura yang persentase pengusaha oleh penduduknya yang lebih besar dari negara Indonesia. Pengusaha di kedua negara tersebut telah diatas ambang batas agar negara tersebut disebut sebagai negara maju, terlebih adalah negara Singapura yang memang terkenal dengan sebutan negara maju di Asia Tenggara. Dengan meguasai diberbagai sektor peindustrian dan sektor lainnya, maka patutlah Singapura disabet sebagai negara maju di Asia Tenggara.

            Ironis memang, pengusaha di Indonesia pun kebanyakan memiliki darah dari luar negeri, yakni dari negeri Tirai Bambu. Banyak warga negara Tirai Bambu yang mendirikan perusahaannya di Indonesia. Terlebih lagi para keturunan negeri tersebut yang telah menjadi warga negara Indonesia banyak yang menguasai sektor industri perbankan, makanan, minuman dan banyak lagi. Sebut saja 'para' Perseroan Terbatas Indofood, Wingsfood, Siantar Top, Bank Central Asia, dan masih banyak lagi. Ini membuktikan bahwa jiwa pengusaha masyarakat Indonesia asli tidak sebesar jiwa pengusaha berdarah negeri Tirai Bambu baik asli maupun yang telah menjadi warga Neagara Indonesia.

            Dengan gambaran diatas mengenai para pengusaha asing yang telah banyak menguasai berbagai sektor, tak menutup kemungkinan setelah dilegalkannya para pekerja asing dari negeri Tiongkok yang diprakarsai oleh Presiden kita sendiri akan membuat semakin jayalah para pengusaha tersebut. Juga akan lebih memprihatinkan para generasi pekerja zaman sekarang karena akan diberlakukannya MEA.

            Kembali ke bahasan tentang tingginya pengangguran di Indonesia. Di atas telah disinggung sedikit kenapa warga negara Indonesia banyak yang pengangguran yakni karena peningkatan jumlah angkatan kerja. Selain peningkatan jumlah angkatan kerja, perusahaan maupun instansi terkait banyak yang memilih para pekerjanya terlebih di instansi swasta dari para pekerja asing dengan dalih mereka lebih berkompeten dalam menguasai bidang perusahaan yang mereka kendarai. Ironis memang, terlebih kita harus flashback dari keputusan presiden kita tentang perpanjangan kontrak PT. Freeport hingga 2041 yang akan datang. Sebagaian orang berpendapat bahwa PT. Freeport tidak akan bisa di depak dari negeri ini karena alasan maupun masalah poltik yang terus berderu di negeri pertiwi ini. Setelah flashback dari pernyataan presiden kita tersebut, banyak pro-kontra yang  berkembang dikalangan para pemikir politik dan ekonomi di Indonesia.

            Selanjutnya, selain masalah dipermudahkannya para tenaga kerja asing untuk masuk ke Indonesia, permasalahan selanjutnya adalah semakin banyak para sarjana yang lulus setiap tahunnya. Namun, tolak ukur dengan banyaknya sarjana yang lulus tidak akan mengurangi peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia. Apa yang salah dengan instansi perguruan tinggi di Indonesia sehingga para sarjananya tidak mampu bersaing dengan sarjana lulusan negara lain? Apakah terkesan terlalu menohok bahwa menjudge sarjana Indonesia yang kurang dalam intelektualitasnya? Atau juga apakah kurangnya jiwa pengusaha, kreatifitas dan wirausaha pada diri lulusan sarjana Indonesia?

            Menjawab pertanyaan diatas yang pertama,, perguruan tinggi di Indonesia memang banyak jumlahnya, baik negeri maupu swasta. Dari sekian banyaknya jumlah tersebut tentu banyak juga yang memiliki mutu pendidikan untuk para mahasiswanya agar berkompeten dalam bidang yang dipilih. Ini dibuktikannya dengan beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang masuk dalam jajaran mutu terbaik di dunia walaupun tidak masuk dalam urutan awal-awal, setidaknya telah menunjukkan integritas dan mutu yang baik di kancah internasional. Seperti dalam daftar QS World University Rankings, yakni 8 PTN dan satu PTS. PTN nya yaitu Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Institut Pertanian Bogor, Universitas Diponegoro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas Brawijaya.

            Selanjutnya, berbicara tentang intelektualitas para sarjana yang ada di Indonesia. Di atas telah disinggung beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang masuk dalam QS World University Rankings, tentu banyak para sarjana yang telah dicetak menjadi sarjana yang unggul disegala bidang termasuk intelektualitasnya. Namun tidak semuanya seperti itu, karena manusia dalam kehidupannya masih selalu dan selalu berproses. Terbentukya intelektualitas yang baik itu tergantung pada individu masing-masing, karena yang pastinya, perguruan tinggi telah menyediakan yang mumpuni untuk pemenuhan kualitas para mahasiswanya.

            Kemudian yang terakhir, jiwa pengusaha, kreatifitas dan wirausaha yang dimiliki para sarjana Indonesia dirasa cukup kurang dan sangat kurang. Ini dilihat dengan sedikitnya para mahasiswa yang jiwa kreatifitasnya tinggi dalam bidang baik bisnis maupun kewirausahaan. Namun, ada pula sebagian mahasiswa yang merintis usahanya sedari dia duduk dibangku perkuliahan atau bahkan dimulai sebelum dibangku perkuliahan.

            Dari tiga pertanyaan diatas, persentase jawaban yang dikemukakan adalah bahwa memiliki rasio yang kemungkinan iya kemungkinan tidak dari berbagai pertanyaan yang dibahas. Dengan demikian pemicu pengangguran di Indonesia setidaknya memiliki jumlah yang signifikan untuk menekan membeludaknya para pengangguran.

            Jumlah pengangguran di Indonesia seperti yang telah disebut diatas adalah dikarenakan banyaknya tenaga kerja asing yang merupakan orang yang memiliki beberapa faktor sehingga mereka dapat bekerja dan menguasai diberbagai macam sektor perusahaan. Faktor yang pertama adalah financial, kedua adalah kecerdasan atau kepiawaian mereka dalam berbisnis dan yang terakhir adalah karena teknologi.

            Faktor pertama yang menyebabkan mereka mampu untuk menguasai diberbagai bidang sektor perusahaan karena financial. Ini sangat fantastis mengingat banyak para cukong-cukong negeri Tiongkok yang menanam saham maupun bergeriliya mendirikan berbagai macam perusahaan. Bukan hanya Tiongkok, negara lain seperti Amerika Serikat dan negara lainnya juga semakin banyak memenuhi sektor perindustrian di Indonesia. Ini menjadi PR besar bagi pemerintah maupun warga masyarakat bagaimana kita seharusnya menanggapi hal tersebut. Tidak untuk ditekan juga tidak pula untuk dibiarkan sebebas-bebasnya. Menjadi PR, bagaimana kita seharusnya bersaing dan memantaskan diri untuk berlomba di bumi kita, bumi pertiwi ini, tempat kelahiran dan tempat kita ditempa untuk menjadi sosok yang harus kuat setegar batu karang demi terwujudnya financial yang baik guna berkompetisi dalam merebut kembali kedaulatan perekonomian di Indonesia.

            Selanjutnya yaitu mengenai kecerdasan atau kepiawaian mereka dalam berbisnis. Untuk hal ini, memang sungguh kita harus banyak belajar dari mereka. Terlihat dengan banyaknya teknologi dan produk-produk lainnya yang berasal dari luar negeri. Sebagai contoh motor, mobil, laptop dan masih banyak lagi. Lebih dari itu, segala produk yang seharusnya bisa dibuat masyarakat Indonesia, malah banyak negara lain yang membuat. Apakah kita telah terlena dengan semua hal yang telah tersedia? Menyayat hati memang, melihat banyak produk yang berasal dari luar negeri. Seperi yang telah disebutkan, tidak mungkin untuk ditekan dan tidak mungkin pula untuk dibiarkan sebebas-bebasnya. Oleh karena itu, kita sebagai pemuda penerus bangsa haruslah cerdas dan piawai dalam segala bidang, baik bisnis, teknologi, dan lainnya agar kita dapat memproduksi barang yang seharusnya kita dapat produksi sendiri dan dapat bersaing dengan negara lainnya.

            Yang terakhir adalah faktor teknologi. Tidak dapat dipungkiri memang, negara Indonesia sangat jauh bahkan sangat-sangat jauh teknologi yang dimiliki dengan negara lainnya. Negara lain telah dapat membuat teknologi super canggih, sedangkan negara kita hanya dapat membeli tanpa tahu untuk membuat sendiri. Sebagai contoh handphone. Betapa banyaknya HP yang digunakan masyarakat Indonesia, namun tidak satu pun yang diproduksi oleh masyarakat Indonesia. Pernah ada HP produksi negara tercinta ini, namun karena persaingan mutu dan konsumen, akhirnya HP tersebut hilang ba' ditelan zaman. Tentu ini juga menjadi PR besar bagi para penerus bangsa agar lebih giat dalam belajar dan berusaha serta berdoa.

            Namun, dari semua itu, Indonesia tidak seperti yang disebutkan. Ada juga para pemuda Indonesia telah mampu dibidang kecerdasan dan kepiawaian dalam berbisnis dikancah dunia. Juga telah berapa banyak teknologi terbaru yang telah dilahirkan oleh generasi emas penerus bangsa serta mengharumkan nama Indonesia di seantero dunia. Namun, teknologi yang telah dihasilkan harus mendapat perhatian khusus dari para pihak, baik pemerintah, pengusaha sukses hingga seluruh masyarakat Indonesia agar teknologi tersebut dapat digunakan dan diakui oleh seluruh negara di dunia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar