Rabu, 07 November 2018

02181310112 ( Sareat Islam Sebagai Infiltrasi dan Subversi Yang Membawa Kepentingan Belanda )

DESKRIPSI

Secara resmi oleh pemerintah Hari Kebangkitan Nasional dihitung sejak 20 Mei 1908 , tanggal berdirinya perkumpulan Budi Utomo yang dibentuk oleh sekumpulan mahasiswa Sekolah Dokter Jawa STOVIA di Jakarta. Persisnya di Gedung STOVIA yang sekarang menjadi Museum Kebangkitan Nasional Jln. Abdul Rahman Saleh No. 26 Jakarta.

Salah satu etape penting sejarah Kebangkitan Nasional ialah lahirnya Sarekat Dagang Islam (SDI) pada tanggal 16 Oktober 1905 dibawah pimpinan Hadji Samanhoedi, saudagar batik di Solo. Sarekat Dagang Islam merupakan titik awal kesadaran bangsa Indonesia dalam memperjuangkan nasib sendiri. Sarekat Dagang Islam patut dicatat sebagai "perintis kebangkitan nasional".

Adapun tujuan didirikannya Sarekat Dagang Islam ialah untuk memperkuat kedudukan ekonomi kaum pribumi. Kondisi ekonomi Indonesia pada waktu itu sedang merosot tajam. Industri batik mengalami kesulitan keuangan yang luar biasa.

Semula Sarekat Dagang Islam sekedar koperasi pedagang batik, tetapi gaung kehadirannya melintasi wilayah ekonomi. Organisasi ini menjadi simbol perlawanan bangsa Indonesia terhadap sistem ekonomi kolonial yang menghasilkan kemiskinan dan kemelaratan rakyat. Dalam waktu relatif singkat Sarekat Dagang Islam telah memiliki cabang di berbagai pelosok Indonesia.

.           Perjuangan pergerakan bersifat religius yang dilakukan oleh masyarakat Islam, ini merupakan suatu ciri yang khas dari suatu pergerakan masyarakat Islam modern yaitu dengan membentuk organisasi organisasi seperti Sarekat Dagang Islam, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah. Soekiman Wiryosandjojo, salah seorang tokoh Sarekat Islam muda mengatakan bahwa, pada dasarnya Sarekat Islam adalah suatu organisasi pergerakan berdasarkan ajaran Islam, tetapi lebih mengutamakan kebangsaan. Konsekuensinya Sarekat Islam sangat mementingkan persatuan untuk mewujudkan suatu natie (bangsa), karena itulah, maka kegiatan orang-orang Indiche Sosialistisch Democratische Vereniging (ISDV) yang mempropagandakan sosialisme dan prinsip perjuangan ke dalam tubuh Sarekat Islam, sebagaimana dilakukan terhadap perkumpulan Insulinde yang kemudian menjadi National Indische Partij, Budi Utomo, dinilai oleh pimpinan Sarekat Islam sebagai infiltrasi dari luar, atau subversi yang membawa kepentingan Belanda, entah dari partai komunis atau mungkin malahan dari pemerintah Belanda sendiri yang tidak menghendaki terbentuknya persatuan berdasarkan kebangsaan, seperti yang dikehendaki.

PENDAHULUAN

Pergolakan sosial politik dengan segala bentuknya, bukanlah suatu hal baru dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Gejala ini semakin meningkat setelah permulaan abad ke XX meskipun dalam bentuk pergerakan yang berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya penetrasi kolonial secara intensif memasuki kehidupan sehari-hari rakyat melalui pajak yang berat, pengerahan tenaga buruh yang berlebih-lebihan dan peraturanperaturan yang menindas, maka dirasakan bahwa realitas kekuasaan kolonial tidaklah cocok dengan realitas sosial dan stabilitas yang dicita-citakan oleh rakyat.

Proses perubahan ekonomi yang cepat pada pemerintahan colonial Belanda yang diiringi proses reorganisasi serta disorientasi dan selanjutnya timbullah keresahan. Hal ini membawa alam pikiran simbolis rakyat mengalami krisis. Proses inilah yang merupakan faktor pendorong terjadinya pergolakan sosial dalam masyarakat dengan segala manifestasi dan tindakannya. Perjuangan pergerakan bersifat religius yang dilakukan oleh masyarakat Islam, ini merupakan suatu ciri yang khas dari suatu pergerakan masyarakat Islam modern yaitu dengan membentuk organisasi organisasi seperti Sarekat Dagang Islam, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah. Soekiman Wiryosandjojo, salah seorang tokoh Sarekat Islam muda mengatakan bahwa, pada dasarnya Sarekat Islam adalah suatu organisasi pergerakan berdasarkan ajaran Islam, tetapi lebih mengutamakan kebangsaan.

Konsekuensinya Sarekat Islam sangat mementingkan persatuan untuk mewujudkan suatu natie (bangsa), karena itulah, maka kegiatan orang-orang Indiche Sosialistisch Democratische Vereniging (ISDV) yang mempropagandakan sosialisme dan prinsip perjuangan ke dalam tubuh Sarekat Islam, sebagaimana dilakukan terhadap perkumpulan Insulinde yang kemudian menjadi National Indische Partij, Budi Utomo, dinilai oleh pimpinan Sarekat Islam sebagai infiltrasi dari luar, atau subversi yang membawa kepentingan Belanda, entah dari partai komunis atau mungkin malahan dari pemerintah Belanda sendiri yang tidak menghendaki terbentuknya persatuan berdasarkan kebangsaan, seperti yang dikehendaki dan diusahakan oleh Sarekat Islam.

 

PEMBAHASAN

Organisasi Serikat Islam pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis pada tahun 1909 oleh R.M. Tirto Adi Suryo pada tahun 1909 dengan tujuan untuk melindungi hak-hak pedagang pribumi Muslim dari monopoli dagang yang dilakukan untuk pedagang-pedagang besar Tionghoa.

Pada tahun 1912 Sarekat Dagang Islam berubah namanya menjadi Sarekat Islam (SI). Percekcokan terjadi antara Tirtoadisurjo dan Samanhudi, sehingga Samanhudi yang sebagian besar waktunya tersita untuk urusan-urusan dagang, meminta bantuan Cokroaminoto untuk memimpin organisasi. Asal usul organisasi yang bersifat Islam dan dagang segera menjadi kabur, dan istilah Islam pada namanya kini sedikit banyak lebih mencerminkan adanya kesadaran umum bahwa anggota-anggotanya yang berkebangsaan Indonesia adalah kaum muslimin, sedangkan orang-orang Cina dan Belanda adalah bukan muslim. Cokroaminoto sendiri tampaknya tidak mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang Islam.

Sarekat Islam dengan dasar keagamaannya mempunyai potensi luar biasa untuk menghimpun pengikut di  antara rakyat kebanyakan. Tujuannya memang sosial ekonomi, menertibkan kehidupan keagamaan, mempertinggi taraf kehidupan rakyat pada umumnya, dan menganjurkan kepatuhan kepada pemerintah. Pemerintah Hindia Belanda menyadari kekuatan organisasi massa tersebut, sehingga berkeberatan untuk menyetujui pendirian Sarekat Islam selaku organisasi nasional.

Sejak tahun 1912 SI berkembang pesat dan untuk yang pertama kalinya tampak adanya dasar rakyat walaupun sukar dikendalikan dan hanya berlangsung sebentar. Pada tahun 1919 SI menyatakan mempunyai anggota 2 juta orang, tetapi jumlah yang sesungguhnya mungkin tidak pernah lebih dari setengah juta orang.

Gubernur Jenderal Idenburg secara hati-hati mendukung SI, dan pada tahun 1913 dia memberi pengakuan resmi kepada SI, tetapi hanya mengakui organisasi-organisasi tersebut sebagai suatu perkumpulan cabang-cabang yang otononom saja dari pada sebagai suatu organisasi nasional yang dikendalikan oleh markas besarnya Central Sarekat Islam (CSI). Organisasi ini realitanya merupakan perkumpulan kaum pengusaha dan pedagang pribumi, berdasarkan koperasi, dengan tujuan  abstraknya berikhtiar mengangkat derajat rakyat agar menimbulkan kemakmuran, kesejahteraan dan kebesaran negerinya. Bagi Raden Mas Tirtohadisurjo, perumus anggaran dasar itu, pendirian Sarekat Dagang Islam merupakan sambutan kaum muslimin untuk mencapai kemajuan sesuai dengan semangat zaman.

Sementara itu Islam adalah simbul identitas kepribumian, mengingat sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam. Tujuan Sarekat Dagang Islam yang hakiki memang bukan berorientasi pada ideologi politik atau paham keagamaan, bahkan bukan Islam sekalipun yang terutama hendak dicapai adalah menambah jalan baru untuk perdagangan anak negeri. Artikel ini ditulis bertujuan menjawab pertanyaan "mengapa terjadi konflik dalam pergerakan Sarekat Islam", yang akan dikongkritkan pada pertanyaan sebagai berikut:

1.      Faktor-faktor apa yang menyebabkan konflik,

2.      Bagaimana proses terjadinya konflik tersebut

3.      bagaimana akhir dari konflik tersebut (dampak).

SEJARAH PERKEMBANGAN SAREKAT ISLAM

Asal usul dan pertumbuhan gerakan politik dikalangan Muslimin di Indonesia dapat dikatakan identik dengan asal usul dan pertumbuhan Sarekat islam, terutama pada dua puluh tahun pertama sejak didirikan. Perkembangan Sarekat Islam dapat dibagi dalam empat bagian: Periode pertama, dari 1911 sampai 1916 yang memberi corak dan bentuk bagi partai tersebut; kedua, dari 1916 sampai 1921 yang dapat dikatakan sebagai periode puncak; ketiga, dari 1921 sampai 1927, periode konsolidasi.

Dalam periode ini partai tersebut bersaingan keras dengan golongan Komunis, disamping juga mengalami tekanan-tekanan yang dilancarkan oleh pemerintah Belanda. Dan keempat, dari 1927 sampai 1942, yang memperlihatkan usaha partai untuk tetap mempertahankan eksistensinya di forum politik Indonesia. Salah satu faktor yang mendorong berdirinya SI adalah politik pemerintah Belanda di bidang sosial, yaitu membuat kelas sosial dimasyarakat sehingga penduduk Indonesia terbagi menjadi golongan Pribumi, Asia, Eropa. Ini mengakibatkan rendahnya martabat penduduk pribumi yang berada dibawah bangsa asing.

Disamping dalam bidang sosial, ada upaya lain dari pemerintah Hindia Belanda, yakni dengan menggunakan politik zending, artinya suatu usaha dari pemerintah Hindia Belanda untuk mengkristenkan bangsa yang dijajah. Atas dasar ini maka rasa kebersamaan agama bagi yang diperintah dan memerintah bisa dicapai, hal ini semata-mata sebagai salah satu upaya untuk melanggengkan kekuasaannya di Indonesia. Sebab Belanda mengetahui, mayoritas bangsa Indonesia yang beragama Islam masih memiliki keyakinan yang kuat yakni tidak bisa diperintah oleh pemerintah yang berlainan agama.

Pembagian kelas dalam tata kehidupan rakyat ditahap jajahan itu membuat rakyat pribumi menjadi kelas terendah diantara golongan Eropa dan dipersamakan. Pada zaman politik pintu terbuka, dengan diperluasnya penguasa swasta maka peranan golongan cina dalam sektor perdagangan menempati posisi yang strategis terutama dalam sector perdagangan ekspor. Besarnya peranan golongan cina dalam hal ini memang beralasan, sebab  dengan keluarnya UU agraria tahun 1870, menunjukkan bahwa batasan terhadap kepemilikan tanah atas orang-orang cina. Hanya orang cina yang merasa setaraf dengan orang belanda, dan memandang rendah terhadap bangsa Indonesia.

Kedudukan orang cina tidak hanya sekedar dalam hal perdagangan saja, tetapi juga dalam hal penarikan pajak atas jalan-jalantertentu yang dibuat oleh pemerintah. Tujuan Sarekat Dagang Islam adalah ingin memajukan perdagangan, melawan monopoli tionghoa. Oleh karena itu pada akhir tahun 1911 di bawah pimpinan Haji Samanhudi kumpulan pedagang batik sepakat membentuk Sarekat Dagang Islam dengan tujuan mempersatukan pedagang batik dan mempertinggi derajat bumi putera.

SAREKAT ISLAM DIBAWAH KEPEMIMPINAN H.O.S TJOKROAMINOTO

Sarekat Dagang Islam mengalami masa kejayaan ketika H.O.S Tjokroaminoto bergabung. Di bawah pimpinan H.O.S Tjokroaminoto, Sarekat Dagang Islam menjelma menjadi sebuah organisasi Islam besar yang sempat membuat pemerintah Belanda merasa khawatir jika suatu saat dapat mengancam eksistensinya di Indonesia. H.O.S Tjokroaminoto mempunyai sebuah prinsip, berjuang untuk pembebasan bangsanya dari belenggu penjajahan. Untuk itu ia tidak pernah berhenti sampai pada akhir hayatnya.

Awal mula bergabunya H.O.S Tjokroaminoto menjadi anggota Sarekat Dagang Islam adalah melalui H. Hasan Ali Surati, seorang saudagar kaya dari India. Oleh Hasan Ali, H.O.S Tjokroaminoto diperkenalkan dengan empat pengurus SI yang sedang menjajaki pembukaan cabang disana. Sejak itulah Tjokroaminoto menunjukkan ketertarikannya dan resmi menjadi anggota SI untuk kemudian menjadi ketua cabang di Surabaya. Oleh Tjokroaminoto, SI menjadi organisasi pergerakan pertama yang mampu mengadakan mobilisasi massa dalam sebuah vergadering (rapat terbuka) yang diadakan pada 26 Januari 1913 di Surabaya.

Rapat terbuka tersebut dihadiri 12 afdeling (cabang) dari 15 afdeling yang ada dan berhasil menyedot atensi massa sebanyak 80.000 orang. Namun, menurut Schippers 64.000 peserta rapat di Surabaya ini berasal dari Surakarta. Selanjutnya, pada kongres pertama yang diadakan di Surakarta pada 23 Maret 1913 yang diikuti oleh 48 afdeling Tjokroaminoto ditunjuk sebagai wakil ketua SI dan redaktur pelaksana Oetoesan Hindia.

Di tangan Tjokroaminoto-lah SI mengubah konsep pergerakannya dari pergerakan di bidang ekonomi menjadi organisasi pergerakan nasional yang berorientasi sosial politik dan kepemimpinannya beralih dari kelompok borjuis pribumi ke kaum intelektual yang terdidik secara barat. Itu terbukti dengan dihapuskannya kata "Dagang" dari nama organisasi, dari nama Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam. Perubahan nama dari Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat islam bukan hanya perubahan nama semata, melainkan lebih dari pada itu perubahan nama sekaligus perubahan orientasi, yaitu dari sifat ekonomi ke politik.

Pada awalnya dihapuskannya kata Dagang dari Sarekat Islam dimaksudkan untuk memperkuat tujuan dan ruang lingkup perjuangan organisasi, tidak hanya mencakup bidang ekonomi saja, tetapi berorientasi ke bidang politik, sosial, kultural dan sebagainya, dan keanggotaannya sudah mencakup seluruh umat Islam di Indonesia yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Indonesia.

Karena semakin banyaknya rakyat yang masuk ke dalam organisasi ini, maka Sarekat Islam mengajukan badan hukum. Kepiawaian Tjokroaminoto sebagai negosiator ulung tidak perlu diragukan lagi. Melalui lobi-lobinya kepada pemerintah Belanda, SI berhasil memperoleh status hukum dan mengubah afdeling-afdeling menjadi SI lokal. Selain itu, SI juga berhasil mendapat ijin untuk membentuk kepengurusan pusat yang kemudian dinamai Central Sarekat Islam (CSI).

Sampai Kongres kedua sudah 60 afdeling yang berhasil diubah menjadi SI lokal dan nantinya terus bertambah. Maka, amat wajar pengaruh Tjokroaminoto semakin besar dan banyak cabang-cabang yang meliriknya untuk menjadi suksesor Samanhoedi. Dan kenyataan ini membuat pemerintah kolonial Belanda menjadi khawatir jika Sarekat Islam tersebut berkembang menjadi organisasi politik yang melawan pemerintah Hindia Belanda. Gubernur Jenderal Idenburg adalah gubernur yang berkuasa ketika Sarekat Islam lahir. Idenburg menaruh simpati terhadap tujuan Sarekat Islam. Sikapnya terhadap cita-cita ekonomi gerakan ini sangat positif dan ia menyadari bahwa hal itu merupakan awal dari proses terbentuknya kesadaran rakyat Indonesia.tetapi dilain pihak Idenburg keberatan terhadap bentuk Sarekat Islam dalam menyebarkan dirinya. Menurutnya Sarekat Islam terlalu bersifat massa. Tidak menyenangkan dan terlalu merugikan. Selain itu keputusan dan sikap Idenburg terhadap sarekat Islam juga dipengaruhi oleh penasihat-penasihatnya. Kehadiran Tjokroaminoto di SI merupakan dimulainya babak baru dalam organisasi pergerakan Indonesia.

Orientasi gerakan berubah, dari orientasi sosial ekonomi menjadi organisasi yang berorientasi sosial politik. Perubahan nama dari SDI menjadi Sarekat Islam, merupakan indikasi transformasi organisasi dari yang berlatar belakang ekonomi kepada politik. SI sebagai gerakan politik pada sejak tahun 1912 juga dikemukakan oleh John Ingleson dalam 'Jalan Kepengasingan' yang menyatakan bahwa pada tahun 1912, ia merupakan partai poltik Islam yang terkemuka dan selama beberapa tahun menjadi partai modern satu-satunya pada masa kolonial.

Pada tanggal 26 Januari 1913, diadakan Kongres I Sarekat Islam di Surabaya. Ribuan orang datang berbondong-bondong, jalan-jalan menuju Taman Kota di mana kongres diselenggarakan penuh sesak oleh orang. Ketua H. Samanhudi disambut besar-besaran, di stasiun beliau disambut dengan korps musik dan dibopong beramai-ramai menuju mobil jemputan. Menurut laporan Asisten Residen Kepolisian pada tanggal 12 Pebruari, menyebutkan bahwa massa yang hadir pada saat itu ditaksir antara delapan sampai sepuluh ribu orang. Kongres tersebut dipimpin oleh Tjokroaminoto dan pada kongres itu beliau menyatakan bahwa Sarekat Islam bertujuan: "…Membangun kebangsaan, mencari hak-hak kemanusiaan yang memang sudah tercetak oleh Allah, menjunjung derajat yang masih rendah, memperbaiki nasib yang masih jelek dengan jalan mencari tambahan kekayaan". Kemudian pada tanggal 23 Maret tahun yang sama, kongres ke II dilaksanakan di Solo. Pada kongres itu H. Samanhudi terpilih sebagai ketua dan Tjokroaminoto sebagai wakil. Kongres tersebut dipimpin oleh Tjokroamonoto.

Sarekat Islam bagai aliran setrum tegangan tinggi yang menghentakkan seluruh syaraf kesadaran kaum muslimin bangsa Indonesia untuk segera mendobrak penjara-penjara yang telah mengurung seluruh eksistensi mereka berabad-abad. Semangat perlawanan yang muncul di mana-mana dipandang oleh Korver sebagai gerakan emansipasi kalangan Sarekat Islam, suatu citacita yang dihayati oleh para pemimpinya.

 

 

PERUBAHAN ARAH DALAM PERJUANGAN SAREKAT ISLAM

Setelah terjadinya peristiwa perpecahan, Sarekat Islam telah terpecah menjadi dua, yaitu Sarekat Islam Putih dan Sarekat Islam Merah. Fokus dari Sarekat Islam Putih adalah beralih dalam bidang pertahanan dan pembangunan Islam dan persatuan umat Islam. Haji Agus Salim melancarkan gerakan Pan Islamisme. Maksudnya untuk mencari hubungan dan menghimpun segala kekuatan Islam yang ada di Indonesia. Dicari pula hubungan dengan gerakan Islam di luar negeri, sehingga dengan demikian Sarekat Islam mempunyai jiwa internasional. Massa rakyat dengan adanya peninjauan kembali kegiatan partai ini tidak merasakan perhatian lagi. Untuk mewujudkan gerakan pan islamisme ini Sarekat Islam mencari bantuan pada Muhammadiyah.

Untuk mewujudkan kerjasama yang baik antara kaum muslimin, dilangsungkan kongres Al Islam pertama di Cirebon pada tanggal 31 Oktober sampai 2 Nopember 1922. Dewan Islam didirikanlah untuk mengurusi soal-soal keagamaan Sarekat Islam. Tanpa diduga terjadi perpecahan di dalam kongres, yaitu antara kaum reformis diwakili Muhammadiyah serta Al Irsyad, dan golongan tradisional yang nanti tahun 1926 mendirikan Nahdatul Ulama yang mendapatkan pengikut terbesar dari muslim Jawa. Perpecahan total terjadi pada kongres Al Islam yang kedua yang tertunda hingga bulan Mei 1924 di Garut.

Hanya unsur-unsur reformis yang muncul dalam kongres yang dibicarakan persoalan kekhalifahan yang dijadikan topik pembicaraan sampai beberapa bulan. Pimpinan Sarekat Islam menjadi dekat dengan Muhammadiyah.Dalam kongres luar biasa Al Islam di Surabaya pada tahun 1924, Agus Salim menguraikan kekhalifahan dalam Islam. Dia juga menguraikan nasionalisme berdasar Islam, yakni memajukan nusa bangsa berdasarkan cita-cita Islam, kemudian di Surabaya didirikan Central Committee Chilafat. Tahun 1925 di Yogyakarta diadakan kongres bersama Sarekat Islam dan Al Islam, Cokroaminoto melancarkan gerakan tandzimin guna mengatur kehidupan rakyat di lapangan ekonomi, sosial, dan budaya menurut asas-asas Islam. Segala usaha yang dilancarkan oleh Sarekat Islam setelah tahun 1921 kelihatan sekali adanya gejala-gejala mengalami kemerosotannya.

Penyebab utama adalah masuknya pemikiran dan cara-cara dari golongan komunis yang diperjuangkan Semaun sehingga menjadi penyebab perpecahannya. Perpecahan ini datangnya tidak tiba-tiba, tetapi masuk secara diam-diam dalam tubuh Sarekat Islam. Tahun 1921 merupakan tahun perubahan Sarekat Islam di dalam perkembangannya, pertama dijumpai adanya perubahan pada keterangan asas-asas partai dan kedua dicatat suatu perpecahan dengan PKI. Kedua hal ini tidak terjadi bersamaan, bukan pula keterangan asas itu disusun sebagai akibat adanya perpecahan, sebaliknya bahwa keterangan asas diisusun sebelum perpecahan terjadi, tetapi kedua kejadian itu tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Karena keterangan asas itu menekankan sekali "kemerdekaan yang berasaskan keislaman…, sesungguhnya melepaskan seluruh rakyat daripada perhambaan macam apapun.

Dengan pandangan seperti itu, perpecahan tadi tampaknya didorong oleh penegasan Sarekat Islam bahwa kebijaksanaan dan kegiatan-kegiatannya memang berdasarkan Islam. Perumusan prinsip ini berlaku sampai tahun 1927. Faktor ketiga yang perlu diketahui adalah penahanan terhadap Cokroaminoto oleh pemerintah yang menyebabkan alasan utama untuk mengambil "politik hijrah" pada tahun berikutnya. Bagi suatu partai yang kebijaksanaan dan arahnya tergantung pada pemimpin biasanya mempunyai pengaruh besar bagi perkembangan partai. Begitu juga halnya dengan partai komunis Indonesia, para Pemimpinnya Semaun, Darsono dibuang ke Rusia dan pada tahun 1924 Tan Malaka diusir oleh pemerintah Belanda, disebabkan karena ia melakukan aksi mogok. Hal ini mengakibatkan dilarangnya partai komunis Indonesia untuk berdiri.

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa konflik yang terjadi dalam tubuh Sarekat Islam disebabkan oleh perbedaan ideology perjuangan antara SI Putih dan SI Merah. Sarekat Islam Putih, yaitu yang masih setia pada pimpinan dwitunggal HOS. Cokroaminoto dan Haji Agus Salim, sedangkan Sarekat Islam Merah mengikuti jejak Semaun dan Darsono yang menggantikan nama organisasinya Sarekat Rakyat sebagai onderbouw (susunan bawah) dari partai Komunis India.

Cabang-cabang Sarekat Islam Merah memisahkan diri sebagai akibat penerapan disiplin partai yang melarang seseorang menjadi anggota lebih dari satu partai Konflik dalam pergerakan Sarekat Islam berdampak pada terpecahnya Sarekat Islam menjadi dua, yaitu Sarekat Islam Putih dan Sarekat Islam Merah. Fokus dari Sarekat Islam Putih adalah beralih dalam bidang pertahanan dan pembangunan Islam dan persatuan Umat Islam. Dampak selanjutnya Haji Agus Salim kemudian melancarkan gerakan Pan Islamisme. Maksudnya untuk mencari hubungan dan menghimpun segala kekuatan Islam yang ada di Indonesia dan mencari juga hubungan dengan gerakan Islam di luar negeri, sehingga dengan demikian Sarekat Islam mempunyai jiwa internasional. Untuk mewujudkan gerakan Pan Islamisme ini Sarekat Islam mencari bantuan kepada Muhammadiyah. Selain itu perpecahan juga didorong oleh penegasan Sarekat Islam bahwa kebijaksanaan dan kegiatan-kegiatannya memang berdasarkan Islam.

 Perumusan prinsip ini berlaku sampai tahun 1927. Faktor ketiga yang perlu diketahui adalah penahanan terhadap Cokroaminoto oleh pemerintah yang menyebabkan alasan utama untuk mengambil "politik hijrah" pada tahun berikutnya. Bagi suatu partai yang kebijaksanaan dan arahnya tergantung pada pemimpin biasanya mempunyai pengaruh besar bagi perkembangan partai. Begitu juga halnya dengan partai komunis Indonesia, para Pemimpinnya Semaun, Darsono dibuang ke Rusia dan pada tahun 1924 Tan Malaka diusir oleh pemerintah Belanda, disebabkan karena ia melakukan aksi mogok. Hal ini mengakibatkan dilarangnya partai komunis Indonesia untuk berdiri.

 

DAFTAR PUSTAKA

Alfian. 1981. Politik Kebudayaan dan Manusia Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Amelz. 1952. HOS. Tjokroaminoto Hidup dan Perdjuangannya. Djakarta: Bulan Bintang.

Amin, M. Mansyur. 1980. Salam HOS. Cokroaminoto dalam Kebangunan Islam dan    Nasionalisme di Indonesia. Yogyakarta: Nur Cahaya.

Brackman, Arnold C. 1963. Indonesia Communism A History. New York: Basic Books.

Burger, DH. 1962. Sedjarah Ekonomis Sosiologis Indonesia. Djakarta: PN. Pradnjaparamita. Carey, Peter. 1986. Orang Jawa & Masyarakat Cina (1755-1825). Jakarta: Pustaka Azet.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar