1.IDEOLOGI adalah suatu kumpulan gagasan, ide-ide dasar, keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis dengan arah dan tujuan yang hendak dicapai dalam kehidupan nasional suatu bangsa dan negara. Contoh contoh ideologi yaitu :
Liberalisme
Gagasan inti ideologi liberalisme adalah kebebasan individu. Liberalisme menjungjung tinggi kesetaraan. Hak-hak dasar tiap individu harus dilindungi oleh negara.
Kapitalisme
Gagasan inti kapitalisme adalah kebebasan individu untuk melakukan akumulasi kapital individual. Negara tidak boleh membatasi atau mengintervensi peran individu untuk mengakumulasi kekayaan.
Sosialisme
Gagasan inti sosialisme adalah kesetaraan sosial yang didorong oleh peran dominan pemerintah atau negara atas individu. Hak milik pribadi tidak diakui oleh sistem yang menganut sosialisme.
Marxisme
Gagasan inti marxisme adalah pemikiran Karl Marx diposisikan sebagai poros utama. Marxisme mengambil inspirasi konseptual dari pemikiran Marx tentang bagaimana masyarkat bekerja.
Nasionalisme
Gagasan inti nasionalisme adalah tindakan individu atau kelompok harus diorientasikan untuk kepentingan nasional. Lingkup nasional yang dimaksud adalah negara-bangsa.
Komunisme
Gagasan inti adalah suatu ajaran yang didasarkan atas paham sama rata sama rasa dan telah diyakini kebenarannya
2.
- .Teori Ketuhanan
Penganut teori ini adalah F.Y. Stahl, Kranenburg, Thomas Aquino, Haller, dan Agustinus. Lewat teori ini, para ahli berpendapat bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Tuhan. So, terbentuknya suatu negara juga bisa terjadi atas kehendak Tuhan. Bukti nyata teori ini dapat dilihat dalam kalimat 'by the Greece of God' (dengan rahmat Tuhan) pada undang-undang dasar suatu negara, seperti Pembukaan UUD 1945.
- Teori Kekuasaan
Menurut para ahli yang mendukung hal ini, negara bisa terbentuk karena adanya kekuasaan. Kekuasaan berarti perjuangan hidup yang terkuat, memaksakan kemauannya kepada yang lemah. Kekuasaan yang dimaksud ada 2, yaitu fisik dan ekonomi.
- Teori Perjanjian
Menurut teori ini, negara bisa ada karena perjanjian masyarakat. Semua warga mengadakan perjanjian untuk mendirikan suatu organisasi yang melindungi dan menjamin kelangsungan hidup bersama. So, nggak ada paksaan untuk bernegara dalam teori ini. Penganut teori ini adalah Thomas Hobbes, John Locke, J.J. Rousseau, dan Montesquieu.
- Teori Hukum Alam
Pada teori ini, negara dianggap terjadi karena faktor alamiah, sama seperti waktu seseorang lahir atau meninggal. Negara terjadi secara alamiah dengan bersumber dari manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki kecenderungan berkumpul dan saling berhubungan untuk mencapai kebutuhan hidupnya. Penganut teori ini adalah Plato, Aristoteles, Agustinus, dan Thomas Aquino.
- Teori Kedaulatan
Ada 2 sub-teori yang berhubungan dengan kedaulatan, yaitu:
a. Teori kedaulatan negara, yaitu negara memegang kekuasaantertinggi untuk menciptakan hukum demi mengatur kepentingan rakyat. Penganut teori ini adalah Paul Laband dan Jellinek.
b. Teori kedaulatan hukum, yaitu hukum memegang peranan tertinggi dan kedudukannya lebih tinggi dari negara. Penganut teori ini adalah Krabbe.
3. Nasionalisme muncul di Indonesia seiring dengan ekspansi kolonalisme negara-negara barat ke kawasan Asia yang mempengaruhi masyarakat Indonesia untuk melawan kolonialisme dan menciptakan sebuah tata kehidupan yang merdeka. Kolonialisme adalah induk dari kapitalisme di Eropa, artinya tanpa ekspansi kolonial maka transisi menuju kapitalisme tidak akan terjadi di Eropa. Kapitalisme sendiri adalah suatu bentuk organisasi sosial dan ekonomi yang melalui modal memainkan peranan utama pada proses produksi ekonomi dan dengan eksistensi pasar yang luas dalam produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa (termasuk buruh) yang diorganisir.
Nasionalisme di Indonesia tidak hanya berakar dari kondisi penjajahan abad ke-20, akan tetapi sebagian akar terpenting justru menjalar hingga ke dalam lapisan sejarah yang jauh lebih tua.Nasionalisme tersebut muncul dari adanya solidaritas yang tinggi yaitu rasa bahwa bangsa Indonesia tidak lebih rendah dari bangsa penjajah. Seperti keyakinan bahwa bangsa Indonesia memiliki peradaban besar yang pernah terjadi di nusantara yaitu kerajaan Majapahit, Sriwijaya dan kerajaan-kerajaan yang lainnya telah membuktikan bahwa bangsa Indonesia dahulu mampu bersaing dengan bangsa asing. Perlu diingat bahwa paham nasionalisme di Indonesia berkembang pertama-tama di kalangan kaum terdidik Hindia Belanda yang jumlahnya sedikit.Golongan terpelajar itu menyadari akan nasib bangsanya sehingga terbentuk kepribadian, pola pikir dan etos juang yang tinggi untuk membebaskan diri dari penjajahan yang mana mereka juga sadar bahwa tujuan tersebut tidak hanya dicapai dalam perjuangan fisik akan tetapi juga perjuangan politik. Memang nasionalisme di negeri jajahan berbeda dengan nasionalisme dan proses terbentuknnya negara-bangsa di Eropa yang umumnya didasarkan pada kesamaan ras atau bahasa. Bangsa menurut Ernest Renan adalah suatu azas-akal yang terjadi dari dua hal, pertama rakyat itu dulunya harus bersama-sama menjalani suatu riwayat. Kedua, rakyat itu sekarang harus mempunyai kemauan, keinginan hidup menjadi satu.Otto Bauer juga menjelaskan bahwa bangsa adalah suatu persatuan perangai yang terjadi dari persatuan hal ikhwal yang telah dijalani oleh rakyat itu. Jadi nasionalisme adalah suatu iktikad, suatu keinsyafan rakyat bahwa rakyat itu ada satu golongan dan satu bangsa.
Dampak pemerintahan kolonial Belanda terhadap struktur sosial bangsa Indonesia dimulai tidak lama setelah berdirinya VOC pada 1602. Tujuan utama VOC memang memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya dalam perdagangan dan untuk merealisasikan tujuan tersebut mereka merasa perlu memonopoli ekspor dan impor. Perhatian VOC yang pada mulanya terpaku pada rempah-rempah dari Maluku, segera beralih kepada aktivitas dagang yang luas dan mapan yang berpusat di Pulau Jawa. Di Pulau Jawa, VOC memperoleh hak-hak istimewa yang awalnya terbatas oleh pemegang otoritas lokal. Awalnya VOC menggunakan sistem pemerintahan tidak langsung yang tidak memerlukan banyak biaya dan intinya adalah pendayagunaan struktur kekuasaan pribumi untuk kepentingan VOC itu sendiri. Lebih tepatnya mempertahankan sekaligus memperkuat kedudukan maupun kekuasaan kaum ningrat Jawa yang bersedia diatur. Kekuasaan kaum ningrat Jawa tersebut diperkokoh dengan kekuatan militer Belanda yang siap mendukung mereka melawan rakyat Jawa selama mereka bersedia mengatur kegiatan ekonomi sesuai kepentingan VOC.
Akibatnya, masyarakat Jawa sungguh-sungguh kehilangan keseimbangan dan kaum tani yang semula kuat tidak dapat lagi mengekang perilaku sewenang-wenang dari kaum elite ningrat. Semenjak saat itu pemerintahan VOC semakin berkonsentrasi di Jawa dan bersifat otoriter. Hal tersebut mengingat tipologi penjajahan Belanda di Indonesia yang bersifat kapitalisme setengah kikir dan bercorak menindas, berbeda dengan imperialisme Inggris di India dan imperialisme Amerika di Fillipina yang cenderung royal terhadap negara jajahannya. Adanya pembagian kedudukan antara pihak Belanda, golongan pedagang Asia Timur dan kaum ningrat menjadikan golongan pribumi semakin tereksploitasi karena kaum ningrat telah diberikan kekasaan yang luas dalam bidang ekonomi atas kaum petani.
Keseluruhan sistem pemerintahan seperti itu bekerja dalam rangka mengeksploitasi desa sebanyak mungkin. Penduduk desa dipaksa untuk menyerahkan sebagian besar hasil panennya dan melakukan kerja paksa pada bidang-bidang non-pertanian secara besar-besaran.Mohammad Hatta juga menambahkan bahwa, dimata perekonomian kapitalis, Indonesia merupakan perkebunan besar. Eksploitasinya didasarkan kepada dua faktor yang menguntungkan, yaitu tanah yang subur dan upah yang murah. Sedangkan produksinya tidak dilakukan untuk memuaskan keperluan di dalam negeri, melainkan untuk pasar dunia yang menjamin keuntungan yang sebesar-besarnya.
Kondisi tersebut menimbulkan reaksi berupa penolakan dan perlawanan rakyat untuk mengusir penjajah. Jadi kolonialisme dan imperialisme tersebut menimbulkan reaksi bangkitnya semangat kebangsaan yang berupa perasaan senasib dan sepenanggungan serta menyatukan kehendak dan tekad untuk lepas dari penjajahan sebagai inti dari nasionalisme di Indonesia. Titik tolak kebangkitan nasionalisme di Indonesia diawali dengan kemenangan Jepang (Asia) melawan Rusia (Eropa) pada tahun 1905 yang mematahkan pandangan bahwa orang Barat lebih tinggi kedudukannya dari orang timur. Perang yang dimenangkan oleh Jepang ini membuat bangsa-bangsa di Asia sadar bahwa sebenarnya mereka tidak kalah kehebatannya dari bangsa-bangsa Eropa atau Barat. Standar akal budi dan kemajuan universal seolah-olah hanya ada pada bangsa Barat, sedangkan untuk bangsa Timur dipaksakan untuk mengikuti Barat, dengan dalih bahwa dominasi mereka di negara-negara Timur adalah baik untuk kemajuan orang Timur.
Tak berselang lama dari kemenangan Jepang atas Rusia (1905) tersebut nasionalisme di Indonesia tumbuh begitu cepat seiring munculnya Budi Utomo yang juga menjadi pelopor organisasi perjuangan. Corak perjuangan Budi Utomo yang dibangun oleh Sutomo lulusan STOVIA dan Wahidin Sudirohusodo tersebut dipengaruhi oleh politik etis Belanda yang melahirkan priyayi baru jawa atau priyayi rendahan yang tidak bisa bersekolah karena kondisi ekonomi Jawa yang saat itu terpuruk. Ricklefs menyebutkan bahwa kalangan priyayi jawa yang baru atau yang lebih rendah memandang pendidikan sebagai kunci menuju kemajuan.
Pada tahun 1909, seorang lulusan OSVIA bernama Tirtoadisuryo mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia. Sarekat Dagang Islamiyah ini juga menjadikan paham nasionalisme semakin tumbuh dengan pesat di Indonesia. Pada tahun 1912, organisasi tersebut mengubah namanya menjadi Sarekat Islam (SI) yang mana dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto. Sejak itu SI berkembang pesat dan untuk yang pertama kalinya tampak adanya basis rakyat walaupun sulit untuk dikendalikan dan hanya berlangsung sebentar. Tidak seperti Budi Utomo, SI berkembang ke daerah-daerah di luar Jawa, tetapi Jawa tetap menjadi pusat kegiatannya. HOS Tjokroaminoto pun dianggap sebagai Ratu Adil "raja yang adil" yang ada dalam ramalan tradisi-tradisi Jawa yang disebut Erucakra. Akan tetapi SI kemudian pecah menjadi dua golongan karena infiltrasi dari paham komunisme yang dibawa oleh Henk Sneevliet dan mempengaruhi pola pemikiran Semaun yang pada 1915 dipindah tugaskan dari SI Surabaya ke SI Semarang yang kemudian bergabung dengan ISDV.
Pada bulan Mei 1920 ISDV berganti nama menjadi Perserikatan Kommunist di India dan pada 1924 berganti lagi menjadi Partai Komunis Indonesia. Akan tetapi PKI kemudian bubar seiring dengan adanya pemberontakan di Jawa pada tahun 1926-1927. Setelah hancurnya PKI muncullah pemimpin-pemimpin baru, dan perhatian utama tertuju pada Sukarno sebagai putra seorang Jawa dan Bali. Pada 1927, Soekarno dan tujuh tokoh bangsa lainnya mendirikan PNI pada 4 Juli 1927 dan bertepatan dengan hari kemerdekaan Amerika yang secara sadar dipilih oleh Soekarno karena keterkaitannya dengan sejarah dunia. Adapun 3 dari 8 tokoh yang mendirikan PNI adalah mantan aktivis Perhimpunan Indonesia dan memiliki idealisme yang sama dengan pemuda di tanah air. Nasionalisme yang dibawa oleh Sukarno dan beberapa tokoh PNI lainnya yaitu nasionalisme yang secara konseptual bersifat eklektis yang menggabungkan aspek-aspek partikular di negeri ini dan aspek-aspek universal dari pemikiran Barat.
Nasionalisme yang dikembangkan para tokoh pergerakan mampu berbicara atas nama bangsa dan membela rakyat kecil. Meskipun para tokoh pergerakan tersebut berasal dari kalangan kecil elite sosial yang dididik dalam sistem kolonial, mereka mengkritisi banyak nilai kolonial dan tidak menganggapnya sebagai nilai-nilai masyarakat modern yang seharusnya ada. Retor Kaligis juga menambahkan bahwa Sukarno dan Mohammad Hatta tidak menginginkan kehidupan berbangsa yang dikembangkan di Indonesia seperti pelaksanaan Revolusi Perancis yang menumbuh suburkan borjuisme dan tidak memberikan kekuasaan bagi rakyat kecil, meski pada awalnya berjuang bersama-sama dengan kaum borjuis menumbangkan rezim feodal. Rakyat kecil hanya memperoleh kebebasan, sedangkan persamaan dan persaudaraan cuma menjadi slogan. Soekarno menekankan agar nasib kaum marhaen Indonesia jangan seperti rakyat jelata Perancis di masa Revolusi Perancis.Kini meski kolonialisme fisik telah berakhir, kontruksi sosial yang mereka bangun masih tetap ada pada masyarakat Timur, termasuk di Indonesia. hubungan Kristen-Islam, dikotomi pribumi non pribumi, inferioritas Timur dan superioritas Barat merupakan warisan kontruksi sosial yang dibangun saat kolonialisme yang terus berlanjut hingga saat ini.
4. Jepang Menyerah Kepada Sekutu dan Dibentuknya BPUPKI dan PPKI
Kekalahan Jepang kepada Sekutu di Perang Dunia Kedua ditandai setelah dijatuhkannya bom atom di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan di Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Berita kekalahan Jepang pun disambut baik oleh para rakyat Indonesia untuk segera memproklamasikan diri dan segera bebas.
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai didirikan sebagai persiapan kemerdekaan Indonesia dengan dipimpin oleh Radjiman Wedyodiningrat. Setelah itu BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Inkai dan dipimpin oleh Soekarno dan Hatta.
Pada 12 Agustus 1945 perwakilan Jepang, Marsekal Terauchi, bertemu dengan pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat di Dalat, Vietnam. Marsekal Terauchi memberitahukan bahwa Jepang akan memberikan Indonesia kemerdekaan. Namun, Sutan Syahrir medesak Soekarno dan Hatta agar Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaan karena berpikir hadiah kemerdekaan tersebut hanyalah tipu muslihat Jepang saja.
Peristiwa Rengasdengklok
Golongan pemuda dan golongan tua dari para pejuang dulu sempat memiliki argumen panas menanggapi kapan seharusnya Proklamasi dilakukan. Golongan muda seperti Sutan Syahrir, Wikana, Chaerul Saleh, Sukarni selalu mendesak agar Proklamasi segera dilakukan. Mereka ingin mendapatkan kemerdekaan dengan perjuangan sendiri dan bukannya karena hadiah dari Jepang.
Pada 16 Agustus 1945 dini hari para pemuda membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Para pemuda ingin kembali meyakinkan Soekarno dan Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan dan tidak terpengaruh dengan Jepang. Mereka meyakinkan bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu dan itu adalah saat yang tepat untuk segera merdeka.
Ahmad Subardjo pun datang ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta serta memberi keyakinan kepada para pemuda bahwa Proklamasi akan dilakukan tapi tak boleh tergesa-gesa. Ia juga menyebutkan bahwa Proklamasi akan dilakukan pada 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya pukul 12.00 siang.
Dirumuskannya Teks Proklamasi
Setelah dari Rengasdengklok, Soekarno dan rombongan kembali ke Jakarta dan segera melakukan pertemuan untuk membahas persiapan Proklamasi kemerdekaan. Pertemuan itu dilakukan di kediaman Laksamana Maeda yang saat itu menjabat sebagai Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut Jepang.
Di sana Soekarno, Hatta, Sukarni, Ahmad Soebardjo, Mbah Diro dan B.M. Diah melakukan rapat untuk menentukan isi teks Proklamasi. Setelah disepakati mengenai isi teks Proklamasi kemudian ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta yang menjadi wakil bangsa Indonesia sebab mereka memiliki pengaruh yang besar bagi rakyat Indonesia.
Setelah itu, Soekarno memerintahkan Sayuti Melik untuk mengetik teks Proklamasi. Dari awal rapat yang dimulai sejak dini hari pada 17 Agustus 1945, akhirnya baru diselesaikan pada pukul 04.00 pagi saat teks Proklamasi selesai diketik dan ditandatangani.
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoesaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 Tahoen '05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno - Hatta
Pembacaan Teks Proklamasi
Pembacaan teks Proklamasi dilakukan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di kediaman Soekarno di Jl. Pegangsaan Timur No.56 Jakarta (Jl. Proklamasi) pada pukul 10.00 pagi. Para tokoh perjuangan serta rakyat Indonesia berkumpul untuk menyaksikan teks Proklamasi dibacakan dan melihat pengibaran bendera Merah Putih.
Setelah Soekarno yang didampingi Hatta membacakan teks Proklamasi, bendera Sang Saka Merah Putih yang dijahit oleh ibu Fatmawati juga dikibarkan oleh Suhud dan Latief Hendradiningrat. Saat pengibaran bendera para hadirin yang datang pun menyanyikan Indonesia Raya.
Indonesia pun dinyatakan telah merdeka dari penjajahan dengan perjuangan tak kenal menyerah dari para pahlawan. Meskipun banyak menghadapi kendala dan argumen akhirnya para tokoh bisa mempersatukan diri karena memiliki cita-cita yang sama yaitu ingin merdeka.
5. Pemuda Indonesia merupakan lapisan kaum muda dan kader potensial yang menginisiasi dan mengisi formasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pemuda juga mewarnai dan menandai transisi dan konfigurasi kepemimpinan di berbagai lini.peran pemuda seharusnya sebagai garda depan dan gugusan utama masyarakat dan bangsa Indonesia harus senantiasa bergotong royong dan bekerja bersama memajukan masyarakat,membangun bangsa,memakmurkan NKRI yang berideologi Pancasila berdasarkan konstitusi UUD 1945 dengan etos dan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar