Selasa, 28 Maret 2017

(161310138-02) PEMILU HANYALAH UTOPIA?

Pemilihan umum atau yang biasa kita dengar dengan Pemilu adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Dalam Pemilu, para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih.

Namun dalam pemilu, kampanye merupakan salah satu kegiatan yang melelahkan. Bagaimana tidak, seluruh calon peserta pemilu menawarkan janji-janji dan program visi misinya untuk mengambil simpati masyarakat, blusukan ke berbagai daerah, mempromosikan diri di berbagai media. Tak sedikit dana yang dikeluarkan untuk kegiatan tersebut.

Namun, sebagai ritual demokrasi, Pemilu tetap mutlak harus dijalankan. Sebab, sah-tidaknya praktik demokrasi ditentukan oleh Pemilu; tidak akan ada demokrasi tanpa Pemilu. Karena itu, semahal apapun dan sekalipun melelahkan Pemilu harus tetap berjalan.

Pemilu selama ini diharapkan mampu membawa perubahan yang lebih baik. Nyatanya, Pemilu dan demokrasi tidak membawa perubahan apapun. Janji-janji yang disampaikan oleh parpol peserta Pemilu, caleg, capres dan cawapres akhirnya terbukti hanya pepesan kosong. Wajar jika Pemilu pun nyaris diabaikan. Bisa dikatakan hampir ditinggalkan sebagian rakyat. Tak ayal, banyak rakyat memilih menjadi bagian dari Golongan Putih atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Gol-Put (Sebutan untuk kelompok masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya secara sengaja dan penuh kesadaran karena tidak percaya dengan sistem politik yang ada) sebagai cara mereka mengabaikan kegiatan tersebut.

Demokrasi sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat itu hanyalah utopia. Memang betul mereka dipilih oleh rakyat, dan dari rakyat, tetapi jangan berharap mereka memperjuangkan kepentingan rakyat. Pemilu sebagai proses perubahan juga hanyalah utopia. Nyatanya, Pemilu sudah berlangsung berkali-kali, tetapi nasib rakyat tidak pernah berubah. Inilah realitas demokrasi dan Pemilu, yang ternyata hanyalah fatamorgana. Dari jauh tampak indah, ternyata setelah dekat, semuanya hampa.

Pertanyaannya, dengan cara apa kesejahteraan rakyat dapat dijamin di negara ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar