- PENDAHULUAN
Situasi perekonomian sejak pertengahan 2007 diwarnai oleh berbagai faktor eksternal yang penuh ketidakpastian (uncertainty) dan sulit diprediksikan (unpredictable). Kehancuran pasar uang global telah berdampak pada sektor riil dimana banyak industry besar terancam bangkrut atau setidak-tidaknya terjadi penurunan kapasitas produksi.
Akibatnya, ancaman akan terjadinya lonjakan jumlah pengangguran dunia akan sulit dihindari. Bagi negara-negara berkembang dan emerging markets, situasi ini dapat merusak fundamental perekonomian dan memicu terjadinya krisis ekonomi. Banyak Negara yang terpaksa harus meminta bantuan lembaga keuangan internasional untuk menyediakan likuiditas guna menyelamatkan ekonominya dari kehancuran, seperti Turki, Pakistan, Islandia, dan negara-negara Eropa Timur lainnya.
- ISI
Krisis finansial global yang terus berlangsung saat ini menyebabkan macetnya sistem keuangan dunia sehingga menyebabkan merosotnya aktivitas ekonomi dan perdagangan dunia. Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan menurunnya pertumbuhan volume perdagangan dunia telah terjadi sejak pertengahan tahun 2007.
Volume perdagangan dunia dalam tahun 2009 terus merosot ditunjukkan dengan proyeksi IMF yang mengalami beberapa kali revisi volume perdagangan dunia pada tahun 2009 dari 6,9 persen yaitu proyeksi yang dibuat pada bulan Januari 2008 menjadi 2,1 persen pada bulan November 2008 dan bahkan pada bulan Januari 2009 proyeksi pertumbuhan volume perdagangan dunia direvisi kembali menjadi negatif 2,8 persen.
Hal ini tentunya akan memberikan dampak langsung yang signifikan bagi negara-negara yang perekonomiannya ditopang oleh ekspor seperti Cina, Jepang, Korea, dan Negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia. Melihat perkembangan yang makin memburuk pada tirwulan terakhir ini, seluruh lembaga keuangan dan ekonomi dunia seperti IMF, OECD, Bank Dunia dan ADB melakukan revisi ke bawah tingkat pertumbuhan perekonomian dunia.
- KESIMPULAN
IMF misalnya, menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2009 diperkirakan masih tertekan sehingga perkiraannya direvisi menjadi 2,2 persen pada bulan November 2008, dari sebelumnya 3,0 persen pada bulan Oktober 2008.Namun pada Januari 2009, IMF kembali melakukan revisi ke bawah atas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 0,5 persen.
Merosotnya perekonomian dunia ini tentunya akan sangat berpengaruh pada perkembangan perekonomian Indonesia. Antisipasi yang dilakukan oleh Pemerintah dalam menyikapi kondisi ini adalah melakukan beberapa penyesuaian besaran asumsi makro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar